Oleh Sari Ramadani (Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com“Jalan-jalan naik kereta
Singgah sebentar ke Belanda
Virus corona melanda dunia
Ketika kapitalisme dijadikan Mabda.”
Pantun di atas, jelas menggambarkan kondisi saat ini. Saat dunia dilanda duka, sebab varian virus corona terus saja berkembang menyebar keseluruhan dunia. Lantas, adakah solusi hakiki untuk menyelesaikan masalah pandemi?
Seperti yang terjadi baru-baru ini, dunia kembali dihebohkan dengan mutasi virus Covid-19 baru B.1.1.529. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian B.1.1.529 yang telah terdeteksi di Afrika Selatan sebagai “variant of concern” SARS-CoV-2. WHO juga menjelaskan bahwa varian dari B.1.1.529 yang disebut omicron ini menunjukkan varian berbahaya yang mudah menyebar dengan cepat. (viva.co.id, 28/11/2021)
Beberapa negara yang sudah mengonfirmasi temuan kasus dari varian omicron ini ialah, Afrika Selatan, Bostwana, Namibia, Zimbabwe, Lestotho, Mozambik, Eswatini, Nigeria, Angola, Zambia, Hongkong, Inggris, Itali. (hot.liputan6.com, 29/11/2021)
Dari wabah sebelumnya yaitu Covid-19, dikabarkan bahwa adanya dugaan keterlibatan Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Menteri BUMN Erick Thohir dalam bisnis polymerase chain reaction (PCR) Covid-19 yang dilakukan oleh PT GSI. (kompas.com, 29/11/2021)
Masih segar di ingatan bagaimana awal mula kemunculan Covid-19 yang sudah berhasil mengubah tatanan dunia hingga detik ini. Kini, negeri ini harus bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan datangnya virus varian baru dari corona yaitu omicron.
Wabah omicron yang disebut-sebut sebagai varian baru dari corona, mau tak mau akan menambah daftar panjang penderitaan tak berujung yang dialami masyarakat. Belum usai Covid-19, kini masyarakat harus dipusingkan dengan wabah baru yang mungkin saja akan menyapa negeri ini.
Kemunculan wabah omicron di beberapa negeri, jelas menjadi ancaman nyata bagi negeri ini. Pasalnya, tak ada penanganan tegas dari penguasa untuk mengusir wabah yang datang sebelumnya. Akibatnya masyarakatlah yang menjadi korban ari setiap peristiwa yang terjadi. Belum lagi harga kebutuhan pokok yang semakin hari makin melonjak, kini masyarakat harus memikirkan masalah kesehatan yang jelas-jelas merupakan tanggung jawab negara.
Tak hanya itu, komersialisasi dibilang kesehatan pun juga menjadi salah satu faktor yang membawa dampak buruk ditengah-tengah masyarakat. Sehingga, dari sini dapat dilihat ketimpangan yang begitu jelas. Bahwa, pada akhirnya, masyarakat kalangan atas saja yang akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik sebab memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya kesehatan. Sementara untuk kalangan bawah, jangankan memikirkan masalah kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan hidup saja sudah susah.
Inilah bukti betapa Mabda kapitalisme telah gagal dalam menangani pandemi. Alih-alih memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, penguasa hari ini pada akhirnya akan dengan sengaja mengambil keuntungan dari setiap kondisi yang menimpa negeri ini. Hal ini terbukti dengan adanya dugaan bahwa tes PCR yang merupakan tanggung jawab negara dan harus dikelola oleh negara, malah diambil alih oleh individu yang merupakan salah satu pejabat pemerintahan.
“Imam/khalifah adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.” (h.r. Al-Bukhari)
Padahal, memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakatnya adalah tugas seorang penguasa. Bukan malah menjadikan masyarakat sebagai mesin pencetak uang akibat dari keserakahan penguasa pada hari ini. Hal ini sangat jauh jika dibandingkan dengan sistem Islam. Sistem yang sudah menaungi selama kurang lebih 1300 tahun lamanya dan menguasai hampir 2/3 dunia.
Sejatinya masyarakat hanya membutuhkan solusi hakiki yang memang benar-benar mampu dan telah terbukti dapat menyelesaikan masalah wabah dengan tuntas. Dan solusi itu tak mungkin datang dari Mabda kapitalisme yang telah terbukti gagal dalam menangani wabah dan juga dalang dari datangnya wabah baru.
Maka, benarlah jika saat ini umat benar-benar membutuhkan perubahan sistem, dari kapitalisme menuju sistem Islam yang menyolusi. Karena dalam sistem Islam, kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh negara dan disediakan secara cuma-cuma.
Negara akan menyediakan pelayanan terbaik untuk masyarakat dengan mengerahkan seluruh tenaga profesional yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Termasuk dalam masalah kesehatan. Tak hanya itu, negara akan memberikan anggaran untuk riset dibidang kesehatan yang bertujuan untuk menemukan obat paling ampuh agar pandemi cepat berlalu. Yang dengan itu, tak ada lagi korban baru dan masyarakat dapat beraktivitas seperti biasanya.
Untuk itu, sudah selayaknya kita ganti sistem hari ini dengan sistem Islam yang dapat memberikan solusi hakiki. Bukan kapitalisme yang hanya menjadi biang keladi, karena sejak dua tahun ini, telah terbukti gagal mengusir pandemi.
Wallahualam bissawab.
Views: 16
Comment here