Oleh: Rochma Ummu Arifah
wacana-edukasi.com– Di era digital ini, siapa yang tak kenal dengan aneka ragam marketplace, tempat semua orang bisa berbelanja dengan mudah? Iklannya berseliweran di mana-mana dengan menampilkan sejumlah artis papan atas bahkan artis dunia. Mereka tak ragu mengeluarkan dana besar demi mengontrak para artis sebagai model iklannya. Tentu, karena hasil yang diperoleh jauh lebih besar dari modal ini.
Menjamurnya Konsumerisme
Konsumerisme adalah keadaan satu orang atau kelompok yang melakukan proses konsumsi atau pemakaian suatu barang dan jasa dalam jumlah yang berlebih, tanpa sadar serta berkelanjutan. Budaya konsumerisme ini melekat pada diri seseorang ketika dia berbelanja barang hanya didasarkan pada keinginan semata, tanpa disertai pertimbangan kebutuhan.
Banyak dan seringnya iklan marketplace di media informasi yang kita gunakan saat ini, mau tak mau memberikan imbas pada kehidupan kita. Salah satunya adalah semakin terpupuknya budaya konsumerisme.
Selain dari keuntungan melakukan pemenuhan kebutuhan, godaan untuk membeli barang yang tak dibutuhkan juga begitu besar. Ditambah lagi, setiap marketplace mempunyai jurus jitu tersendiri guna memikat pembeli dan calon pembelinya. Misal dengan kemudahan memperoleh potongan ongkos kirim, harga barang yang ditekan menjadi sangat murah serta aneka kemudahan lainnya. Mau tak mau, sedikit demi sedikit, godaan untuk banyak berbelanjanya pun akhirnya muncul.
Terlebih dengan kemudahan di era digital ini. Belanja online tinggal klik saja. Aneka ragam barang sudah tersedia, tinggal dipilih dan dibeli. Tidak ada rekening, ada fitur bayar di tempat yang juga menjadi andalan market place yang ada. Semua semakin memudahkan belanja online.
Tua muda, wanita laki-laki, tak memandang status sosial atau pun strata jabatan, besar kecilnya penghasilan, semuanya orang semakin mudah untuk tergoda kemudahan transaksi jual beli digital ini.
Namun sayang, ujung dari kemudahan ini adalah terciptanya sosok dengan budaya konsumerisme. Awalnya bisa jadi karena butuh, namun lambat laun, bisa karena tergoda kemudahan yang disajikan. Melihat harga yang murah dibandingkan dengan harga lainnya, seakan merasa sayang jika dilewatkan untuk tidak dibeli.
Larangan Hidup Boros
Islam sebagai agama yang paripurna mengatur segala aspek kehidupan umatnya. Semua bentuk pengaturan ini tentu saja untuk kebaikan manusia sendiri. Karena memang aturan Islam berasal dari Sang Pencipta manusia sehingga sangat paham apa yang baik dan buruk bagi manusia tersebut.
Salah satu aturan yang dimiliki Islam adalah larangan untuk berbuat boros. Sebagaimana yang ada disebutkan dalam Surat Al-Isra’ ayat 26-27 yang artinya berbunyi, “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Sangat jelas dalam ayat ini disebutkan larangan hidup boros. Menghamburkan harta tanpa tujuan jelas dimana contohnya dapat kita pahami dari gambaran kehidupan saat ini dari godaan belanja online di aneka ragam market place yang semakin mudah ditemukan lewat gawai di tangan kita.
Jerat Kapitalisme
Inilah era kapitalisme dimana yang berjaya dan diagung-agungkan adalah siapa saja yang memiliki banyak harta. Kebahagiaan hidup ditandai dengan banyaknya harta yang dimiliki. Semakin banyak harta yang dimiliki, diharapkan kebahagiaan semakin mudah untuk diperoleh.
Inilah ciri khas kehidupan kapitalisme yang saat ini sedang menjerat kehidupan kita. Mau tak mau, kita tak bisa terlepas darinya. Sekuat tenaga kita berusaha untuk lari, paling tidak debu-debu Kapitalisme itu tak bisa kita hindari.
Demikian pula dengan kehidupan boros ini. Umat muslim dengan jumlahnya yang amat besar menjadi satu potensi tersendiri bagi para pelaku bisnis di jaman kapital ini. Dengan menghembuskan budaya hidup suka berbelanja dan hidup boros inilah, Kapitalisme menargetkan umat muslim sebagai korbannya semata untuk keuntungan mereka menambah pundi-pundi materi yang mereka miliki.
Dengan berpegang teguh pada bimbingan dan petunjuk Allah sajalah kita bisa melepaskan diri dan terbebas dari jeratan ini. Tidak hidup boros. Berbelanja saat dibutuhkan saja. Semuanya akan membuat kita tetap mempergunakan harta dengan baik. Sehingga kelak, saat hari penghisaban atas semua hal yang kita miliki di dunia, termasuk harta, kita paling tidak memiliki hujjah di hadapan Allah. Semoga saja.
Views: 26
Comment here