wacana-edukasi.com– Gunung Semeru meletus dan mengakibatkan 15 orang meninggal, 27 orang hilang, dan 1.707 warga mengungsi. Erupsi Gunung Semeru juga membuat 2.970 unit rumah, fasilitas pendidikan, dan jembatan rusak.
Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Profesor Nana Sulaksana mengatakan, letusan yang terjadi ternyata tidak terjadi tiba-tiba. Erupsi gunung berapi sudah bisa diprediksi sebelumnya berdasarkan tanda-tanda alam yang muncul.
Sejumlah pihak mempertanyakan mengapa tidak ada peringatan dini. Di lapangan, sejumlah warga juga mengaku tidak mendapatkan peringatan dini terkait prediksi munculnya erupsi dan sistem evakuasi tidak berfungsi dengan baik.
Bencana adalah ketetapan Allah SWT yang harus disikapi dengan sabar dan rida terhadap segala kehendak-Nya. Keberadaan potensi bencana alam di suatu tempat merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari. Namun, manusia berkewajiban melakukan upaya untuk menghindarkan diri dari keburukan yang mungkin akan timbul.
Negara harus tanggap dalam menangani bencana. Sistem peringatan dini dibuat agar warga bisa waspada dan evakuasi sejak awal sehingga tidak banyak korban jiwa yang berjatuhan. Lalu menggerakkan semua potensi untuk memenuhi hajat korban seperti penyiapan lokasi-lokasi pengungsian, pembentukan dapur umum dan posko kesehatan yang layak, serta pembukaan akses-akses jalan maupun komunikasi untuk memudahkan tim SAR untuk berkomunikasi dan mengevakuasi korban yang masih terjebak oleh bencana.
Bila banyak korban berjatuhan akibat kelalaian Negara dalam menyiapkan sistem tanggap bencana dan pengelolaan pasca bencana terjadi, maka menjadi koreksi besar untuk pemerintah Negeri ini. Mengapa proyek infranstruktur besar dapat terus terlaksana, sementara sistem penanganan bencana terabaikan?
Dari kejadian ini, semoga kita dapat memetik hikmah yang besar, berintrospeksi diri agar segera menerapkan syariat Allah secara menyeluruh, supaya tidak terus mengundang murka Allah SWT.
Mayang Trisna W
Mahasiswi
Bogor
Views: 5
Comment here