Opini

Mitigasi, Tak Hanya Saat Erupsi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Ummu Hanan (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com– Erupsi Gunung Semeru telah mengejutkan banyak pihak. Tidak sedikit warga setempat yang harus kehilangan sanak keluarga mereka serta harta benda akibat awan panas dan debu vulkanik Semeru. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang terdapat setidaknya 13 korban meninggal dan 902 warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru (kompas.com, 05/12/2021). Beberapa kalangan mengkhawatirkan terjadinya efek susulan erupsi pada gunung lainnya seperti Merapi. Namun demikian menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) tidak ada pengaruh antara aktivitas vulkanik satu gunung dengan lainnya.

Perhatian masyarakat terhadap korban terdampak erupsi Semeru juga begitu besar. Tidak sedikit masyarakat yang ambil bagian menolong warga setempat dengan turut ambil bagian dalam proses evakuasi korban. Beberapa anggota masyarakat lainnya membantu dengan cara menggalang donasi serta memasok logistik berupa bahan kebutuhan pokok. Dengan tujuan meringankan beban sesama antusiasme menolong warga terdampak erupsi selalu datang silih berganti. Namun tentu persoalan erupsi tidak hanya tentang bagaimana kita berupaya menolong korban, tetapi bagaimana upaya yang telah dan akan dilakukan guna meminimalisir jatuhnya korban dan yang lebih besar di kemudian hari.

Diantara hal krusial yang menjadi sorotan pasca erupsi Semeru adalah soal mitigasi bencana. Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi didefinisikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun peyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Pelaksanaan mitigasi yang baik akan membantu seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi suatu bencana termasuk pada masa pemulihannya. Sebaliknya, mitigasi yang buruk akan membuka peluang timbulnya kerusakan serta kerugian bagi warga masyarakat terdampak.

Mitigasi adalah persoalan yang sangat penting dalam penanganan bencana. Mitigasi juga membutuhkan peran serta aktif masyarakat, namun daya jangkau dan keberhasilan mitigasi sangat bergantung pada dukungan yang diberikan oleh negara. Negara dalam hal ini memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup masyarakat. Termasuk dalam masalah mitigasi, negara berperan menjaga keselamatan jiwa manusia ketika terjadi musibah atau bencana alam. Penjagaan atas nyawa manusia menjadi prioritas utama diatas kepentingan yang lain. Kondisi semacam ini nantinya akan menuntut negara untuk selalu optimal dalam mitigasi. Tidak berkilah di balik minimnya sarana dan prasarana yang ada.

Dalam pelaksanaannya mitigasi bergantung pada bagaimana negara memandang urusan rakyat. Jika berkaca pada sistem kapitalisme, negara menempatkan posisinya sebatas sebagai regulator atau pihak pembuat kebijakan yang menjembatani kepentingan para kapitalis dengan kebutuhan rakyat. Artinya pada saat yang sama negara juga berperan sebagai fasilitator. Sistem kapitalisme tidak mendudukkan negara sebagai penjamin kebutuhan rakyat, termasuk dalam urusan yang paling pokok sekalipun seperti keselamatan jiwa. Negara yang berpijak pada cara kapitalisme akan menyerahkan pemenuhan kebutuhan hidup pada individu rakyat. Sehingga saat muncul adanya musibah atau bencana maka masyarakat lah yang dituntut untuk lebih sigap membantu dan memberi pertolongan. Alhasil bantuan yang dirasakan oleh warga terdampak tidak tersentuh secara signifikan.

Islam memiliki cara pandang yang sangat bertolak belakang dengan kapitalisme. Dalam pandangan Islam negara berperan sebagai penanggungjawab atau raa’in atas pengaturan urusan rakyat. Rasulullah Saw bersabda dalam salah satu hadits yang artinya, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al Bukhari). Melalui hadits ini kita akan dapati bagaimana perhatian negara yang direpresentasikan oleh Khalifah sangat besar terhadap rakyatnya. Konsep imam sebagai raa’in akan menjadikan negara berupaya optimal mencurahkan daya dan upaya dalam mengayomi rakyat.

Keberadaan negara sebagai pengayom rakyat adalah manifestasi dari penerapan sistem Islam kaffah. Negara yang berlandas pada cara pandang ideologi Islam akan mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki seperti kecakapan SDM serta sarana-prasarana terbaik dalam menjaga keselamatan jiwa rakyat. Maka problem mitigasi tidak sekadar menjadi wacana yang selalu dibahas namun minim implementasi. Mitigasi membutuhkan upaya serius negara untuk meltakkan kepentingan rakyat di atas kepentingan korporasi sebagaimana dalam sistem kapitalisme. Inilah saatnya kita memahami urgensitas mitigasi berperspektif Islam agar mitigasi tak hanya penting saat erupsi namun dalam setiap kondisi yang mengancam keselamatan jiwa masyarakat luas.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 4

Comment here