Surat Pembaca

Toleransi Jangan Kebablasan

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Allah Swt. berfirman “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”.(Q. S. Al-Kafiruun :6)

Dalam ayat ini, Allah Swt. telah menegaskan bagaimana sikap kita terhadap umat yang berbeda agama. Tetapi sungguh mengherankan mengapa setiap akhir tahun selalu saja umat ini dihadapkan dengan persoalan toleransi beragama.

Beredar di media sosial surat imbauan Kakanwil Sulsel yang ditujukan kepada kepala Kantor Kemenag Kab/ Kota, kepala MI, MTs dan MA serta kepala KUA yang ada di wilayah Sulawasi Selatan, untuk memasang spanduk ucapan natal (fajarindonesia, 15/12/21).

Umat Islam dituntut untuk mengucapkan selamat natal, sehingga dianggap salah ketika tidak mengucapkannya. Bahkan ada buzzer yang seenaknya membuat sayembara dengan imbalan uang 50 juta dengan syarat menunjukkan dalil larangan mengucapakan selamat natal, sungguh pemikiran yang sangat dangkal.

Adanya surat imbauan tersebut menggambarkan terus digulirkannya pesan-pesan moderasi beragama, yang saat ini sedang getol dikampanyekan oleh penguasa. Di dalam moderasi, umat digiring untuk menjadi umat yang moderat, mengganggap semua ajaran agama sama (pluralisme). Ide yang lahir dari sistem kehidupan sekuler, yang sangat berbahaya karena umat akan semakin jauh dari agama sendiri.

Dengan dalih toleransi persoalan ini terus muncul setiap tahun di tengah umat. Mereka menuduh Islam agama yang tidak toleran padahal Islam adalah agama yang sangat toleran dan menghargai pemeluk agama lain. Hanya saja umat perlu ingat, jangan sampai keliru sehingga menjadi toleransi yang kebablasan. Dengan mencampuradukkan ajaran agama.

Islam memiliki pandangan yang khas terhadap ucapan selamat natal. Perayaan ini adalah perayaan agama Nasrani, untuk memperingati hari kelahiran Yesus, maka ketika kita mengucapkan selamat kepada mereka kita sudah membenarkan sesuatu yang sejatinya bathil.

Rasul bersabda “Sungguh setiap kaum mempunyai hari raya dan kita mempunyai raya ini (Idul Fitri dan Idul Adha) itulah hari raya kita (HR. Bukhari Muslim). Dengan hadits tersebut menegaskan bahwa setiap kaum punya hari raya, maka kita tidak usah ikut merayakan hari raya selain hari raya Islam. Itulah bentuk toleransi yang benar. Membiarkan suatu kaum dengan hari rayanya. Janganlah hanya karena alasan toleransi kita melakukan dosa dengan ikut merasa bahagia dan bahkan merayakan. Astaghfirullah.

Ai Khadijah

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 69

Comment here