wacana-edukasi.com– Belakangan ini sedang viral sejumlah publik figur tanah air yang mengadopsi boneka arwah (spirit doll). Oleh pemiliknya, boneka tersebut dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan. Mereka juga memperlakukan boneka tersebut layaknya seorang anak seperti diberi nama, dibelikan baju, hingga dirawat dan diajak jalan-jalan. Bahkan salah satu artis ternama yang mengadosi boneka ini juga mengatakan boneka ini berhak untuk sekolah, tumbuh, hingga menikah dan berkeluarga. Tentu hal ini menuai kontradiktif dari berbagai kalangan.
Dikutip dari laman Scared Familiar, spirit doll ini sudah ada sejak jaman dulu. Di beberapa negara seperti Roma dan Mesir, spirit doll digunakan untuk ritual magis, pelepasan spiritual, pemujaan hingga upacara keagamaan. Sebelum viral di Indonesia, fenomena spirit doll juga sudah merebak di negara Thailand. Di sana, para pemilik boneka ini sering kali membawanya ke seorang biksu untuk didoakan. Ritual tersebut dipercaya sebagai usaha untuk mengisi roh dan memelihara arwah di dalamnya (detikinet.com, 06/01/2022).
Menurut psikolog Stephani Raihana Hamdan, fenomena adopsi spirit doll ini bisa muncul karena kebutuhan seseorang akan merawat dan memelihara sesuatu. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Islam untuk tidak memperlakukan boneka seperti layaknya anak. Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis juga mengingatkan jika boneka arwah (spirit doll) ini dibuat lebih dari mainan maka bisa menjadi perilaku syirik (tribunnews.com, 06/01/2022).
Tak bisa dipungkiri, secara alami manusia memang diberikan potensi oleh Allah SWT berupa naluri berkasih sayang (gharizah nau’). Penampakan dari naluri ini diantaranya ketertarikan pada lawan jenis, rasa kasih sayang kepada orang tua, anak, pasangan, binatang peliharaan dan sebagainya. Namun, jika pemuasan naluri ini dibiarkan berjalan tanpa aturan, tentu akan menjurus pada arah yang salah, menyimpang dan bisa menyebabkan kekacauan atau kerusakan pada umat manusia. Begitu juga jika urusan ini diserahkan pada manusia yang akalnya terbatas pasti akan berpeluang akan terjadi perbedaan, pertentangan, dan perselisihan.
Maraknya spirit doll saat ini tidak bisa terlepas dari sistem kehidupan yang memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme). Menjauhkan peraturan Allah SWT dan mengambil peraturan yang dibuat oleh hawa nafsu manusia adalah dasar dari sistem ini. Agama hanya diperbolehkan mengatur urusan ibadah saja, tidak dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat hingga bernegara. Maka tak heran jika fenomena yang bertentangan dengan fitrah manusia seperti mendewakan boneka, mengadosi, hingga menikahinya terus berkembang saat ini hingga ke negeri-negeri muslim. Inilah salah satu kerusakan sistem liberalisme sekular yang patut kita waspadai.
Dalam kaidah hukum syariat Islam, hukum asal suatu benda adalah boleh selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Begitu halnya boneka diperbolehkan dalam pandangan Islam. Namun berbeda dengan boneka biasa, spirit doll ini dipercaya memiliki jiwa atau arwah sehingga dipersepsikan seperti anak yang bernyawa. Menganggap boneka ini bisa memberi keberuntungan dan kebahagian bahkan dikultuskan untuk mendatangkan rezeki dan ketenaran adalah jelas sesuatu yang haram. Terlebih hingga diagungkan dan disembah, maka hal tersebut merupakan perbuatan syirik karena termasuk menyekutukan Allah SWT dengan yang lain.
Pembiaran kesyirikan memang bukan hal yang aneh. Dalam sistem liberalisme sekuler, negara memberi kebebasan kepada setiap individu masyarakat untuk memilih keyakinannya, termasuk membiarkan rakyatnya untuk memilih berbuat syirik atau tidak. Kesyirikan tidak dianggap sesuatu yang membahayakan atau kejahatan tetapi hanya sebuah kebebasan pilihan keyakinannya saja.
Hal ini sangat berbeda dengan ajaran Islam. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab dalam penjagaan akidah umat, sehingga tak ada satupun perbuatan syirik yang dibiarkan. Negara juga akan melakukan upaya untuk mengukuhkan keimanan setiap rakyatnya. Penerapan syariat Islam secara kaffah akan mampu menjaga akal, jiwa, keturunan, harta, kehormatan, keamanan, menjaga agama hingga kesatuan negara. Untuk itu, manakah yang akan kita pilih, sistem liberalisme sekuler yang membiarkan kesyirikan dan merusak akidah umat atau sistem Islam yang menjaga dan mengukuhkan keimanan?
Galuh Metharia
Views: 8
Comment here