Surat Pembaca

Abaya Dilarang, Wujud Hipokrit HAM

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Vina A. Nabilah (Pegiat Literasi Pena Langit)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Pelarangan Abaya bagi muslimah kini tengah menjadi perbincangan hangat. Menteri Pendidikan Nasional dan Pemuda Prancis Gabriel Attal menyampaikan bahwa sekitar 300 siswi muslim sengaja datang ke sekolah mengenakan abaya untuk menentang larangan pemakaian abaya di lingkungan sekolah. Sebagian besar siswi setuju membuka abaya mereka, sementara 67 siswi lainnya yang menolak dipulangkan ke rumah dan diberikan surat yang ditujukan kepada keluarganya, dengan mengatakan bahwa “sekulerisme bukanlah sebuah kendala, namun sebuah kebebasan” (CNN, 5/9/2023)

Pelarangan tersebut disampaikan secara langsung oleh presiden Perancis Emmanuel Macron ke awak media usai mengunjungi salah satu sekolah di wilayah Vaucluse, Perancis Selatan, pada Jumat (1/9) kemarin (CNN, 2/9/2023).

“Sekolah di negara kita bersifat sekuler, gratis, dan wajib. Tapi mereka sekuler. Karena kondisi inilah yang memungkinkan adanya kewarganegaraan dan oleh karena itu simbol-simbol agama apa pun tidak mempunyai tempat di dalamnya,” ujarnya di kutip dari CNN, Sabtu (2/9/2023)

Dilansir dari CNN (2/9/2023), Lebih lanjut, Macron mengatakan para guru dan kepala sekolah di Prancis juga tidak akan dibiarkan sendirian untuk melaksanakan aturan tersebut. Aparat hukum akan dikerahkan untuk memastikan penegakan peraturan tersebut.

“Dan di sekolah menengah atau perguruan tinggi yang paling sensitif, staf khusus akan dikirimkan bersama kepala sekolah dan guru untuk mendukung mereka dan untuk terlibat dalam dialog yang diperlukan dengan keluarga dan siswa,” ujar Macron.

Prancis, sebagai negara yang berasaskan sekulerisme telah menerapkan berbagai kebijakan yang melarang dan membatasi penggunaan simbol-simbol keagamaan di antaranya mengenai pakaiaan muslim. Kebijakannya kerap kali menuai kemarahan negara-negara muslim.

Sebelumnya Prancis telah lebih dulu mengeluarkan pelarangan terhadap pemakaian hijab yang dinilai dapat membahayakan keselamatan pemakainya saat berolahraga.

Jika kita lihat, pelarangan hijab maupun abaya di institusi pendidikan bukanlah fenomena yang baru. Pasalnya hal tersebut seringkali terjadi pada negara-negara yang muslimnya minoritas. Tentu saja lahirnya kebijakan kontroversial tersebut disebabkan oleh ide sekuler, yakni pemisahan agama dari kehidupan yang kini menjadi asas bagi banyak negara.

Prinsip kebebasan dan HAM yang dieluh-eluhkan nyatanya hanya omongan belaka. Pasalnya, kebebasan yang disusung tidak pernah memihak kepada umat Islam yang ingin menjalankan syariat. Hijab seringkali dilabeli sebagai seragam kelompok Islam radikal. Padahal, hijab merupakan wujud ekspresi ketaatan seorang muslimah kepada Allah SWT.

Derita yang dialami oleh banyak muslimah hari ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi umat Islam sedunia. Ada beberapa hal yang seharusnya disadari oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia:
Pertama, menggunakan hijab berupa gamis/abaya dan khimar merupakan hal yang fardhu bagi setiap muslimah yang telah mencapai baligh.

Kedua, setiap muslim wajib menyadari bahwa nilai-nilai sekulerisme yang diusung oleh demokrasi tidak pernah sejalan dengan syariat Allah yang mengatur kehidupan publik seperti larangan mengkonsumsi khamar, aktivitas perjudian, perzinahan, riba dan sejenisnya.

Ketiga, permasalahan ini tidak bisa diatasi oleh individu maupun kelompok, melainkan hanya dengan institusi Islam yang hadir sebagai perisai yang menjaga, membela dan melindungi kehormatan umat.

Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam :

إِنَّمَا ‌الإِمَامُ جُنَّةٌ، يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ، وَيُتَّقَى بِهِ
“Sungguh Imam (khalifah) itu (laksana) perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasan)-nya
(HR. Al-Bukhari, Muslim, an-Nasai, Abu Dawud, dan Ahmad)

Sejarah mencatat sebuah kisah yang mahsyur mengenai kepedulian seorang khalifah Al Mu’tasim Billah kepada seorang budak Muslimah yang dilecehkan orang Romawi di pasar. Pakaian budak Muslimah tersebut dikaitan ke paku sehingga tersingkap sebagian auratnya saat berdiri. Ia kemudian berteriak meminta pertolongan dan menyebut nama khalifah.

Berita tersebut akhirnya sampai kepada khalifah. Untuk memenuhi seruan Muslimah tersebut, khalifah segera mengirimkan puluhan ribu pasukan untuk menuju Ammuriah, yang barisannya tidak terputus dari gerbang istana khalifah di Baghdad hingga Ammuriah di Turki. Atas peristiwa tersebut, kota Ammuriah akhirnya berhasil dibebaskan dari kekuasaan Romawi dan budak muslimah tersebut dimerdekakan.

Begitulah gambaran bagaimana kepemimpinan Islam yang berperan sebagai perisai bagi para Muslimah di seluruh dunia. Keberadaannya merupakan sesuatu yang genting dan penting untuk diperjuangakan. Sebab, sejak runtuhnya khilafah Islamiyah, kaum muslim hidup tanpa adanya perisai, dan kehilangan hak untuk menegakkan aturan Allah secara kaffah.

Wallahu a’lam bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 41

Comment here