Opini

Agama: Keturunan atau Keyakinan?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Novriyani, M.Pd. (Praktisi Pendidikan)

Wacana-edukasi.com — Berpindah agama di kalangan publik figur bukanlah pertama kali terjadi. Baru-baru ini sosial media banyak yang membahas ingin berpindah agama (murtad). Dengan berbagai alasan yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk murtad. Bahkan sampai mengatakan hal yang paling sia-sia dalam hidupnya adalah terlahir sebagai seorang Muslim.

Dilansir dari FAJAR.CO.ID seorang politikus yang juga merupakan anggota DPRD DKI Jakarta, Eneng Milianasari ramai dikomentari warga net lantaran cuitanya di akun twitter miliknya, @milliyya. Milliya mengaku sia-sia terlahir sebagai seorang yang beragama Islam.“Tapi yang lebih sia-sia lagi buat saya adalah terlahir sebagai penganut Islam,” tuturnya (16/11/2020).

Saat ini, agama hanya dijadikan sebagai identitas diri bukan sebagai keyakinan kepada sang pencipta. Mereka menganggap bahwa agama adalah warisan yang berasal dari keturunan secara turun menurun. Bahkan kebanyakan dari mereka ketika ditanya mengapa beragama Islam, maka mereka akan menjawab karena orang tu dan keluarga mereka Islam.

Inilah pemahaman yang keliru, sehingga mereka akan memisahkan segala aktifitas mereka dari agama. Mereka mengganggap agama hanya sebagai aktifitas ritual semata yang tidak dapat mengatur aktifitas mereka di luar seperti muamalah, pendidikan, dan politik. Sehingga, standar yang digunakan adalah standar manusia dan dengan mudah akan semaunya berpindah agama sesuai dengan keinginan dan manfaat yang diterima bagi mereka.

Orang tua saat ini yang seharusnya menjadi guru pertama bagi anak dalam memberikan pemahaman aqidah justru disibukkan dengan kegiatan karir yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawabnya. Orang tua lebih disibukkan dengan pekerjaannya di luar, sehingga pemahaman agama anak diserahkan oleh sekolah yang hanya mereka dapatkan seminggu sekali.

Pemahaman agama yang diterima anak di sekolahpun lebih banyak mengarah kepada pemisahan agama dari kehidupan (sekuler) dan liberal. Di sisi lain, pendidikan agama di sekolah hanya mengajarkan seputar ibadah saja, tidak ada pembahasan mengenai pemantapan dan pemahaman aqidah.

Peran negara yang harus menjaga dan melindungi pemahaman aqidah setiap individu dari hal-hal yang menyebabkan mereka murtad baik dalam hal media maupun pergaulan dan kebijakan yang dikeluarkan.

Dalam perspektif ideologi, Islam jelas mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan dengan agama-agama lain. Dari segi wilayah ajarannya, Islam tidak hanya mengatur hal yang bersifat spiritual yang dicakup rukun iman serta kegiatan ibadah saja. Namun, Islam juga bersifat politis karena memiliki peran dalam mengatur urusn masyarakat melalui penerapan sistem kehidupan. Dengan demikian nampak kesempurnaan Islam sebagai sebuah agama dan ideologi.

Seperti yang disebutkan dalam AlQur’an Surat Al-Maidah ayat 3,yang artinya:

“Hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian, mencukupkan nikmat-Ku untuk kalian serta meridhai Islam sebagai agama bagi kalian”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Islam telah mengatur semua aspek dalam kehidupan, begitu sempurnanya Islam mengatur berbagai hal yang sederhana hingga hal yang kompleks dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 844

Comment here