Opini

Air Bersih Semakin Sulit Didapat

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis : Ranti Afifah, S.E. (Pendidik dan Aktivis Dakwah)
 
Wacana-edukasi.com, OPINI–
Indonesia Negeri yang kaya akan sumber daya alamnya, dengan kepulauan terbesar yang dikelilingi lautan, juga segala keindahan yang dimilikinya. Namun sayangnya seluruh harta yang dimiliki Indonesia tak mampu menyejahterakan masyarakatnya. Indonesia memiliki musim tropis yang menjadi khas yakni musim kemarau dan penghujan. Sekarang Indonesia memasuki musim penghujan,  ini menunjukkan adanya ketidak seimbangan  antar ketersediaan air bersih di berbagai Daerah terpenuhi.
 
 Pasalnya di berbagai daerah sedang dihadapkan pada problematika ketersediaan air bersih yang semakin minim didapatkan penduduk setempat yang sedang mengalami krisis air bersih. Air bersih merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kehidupan. Dari sumber mata air masyarakat  sangat menggantungkan kehidupan untuk melanjutkan kehidupan sehari-harinya.
 
10.000 Warga Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, saat ini tengah menghadapi krisis air bersih. Krisis ini disebabkan oleh putusnya pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terletak di bawah laut akibat tersangkut Jangkar kapal. Masalah ini berlangsung sejak 7 November 2024, dan berdampak signifikan pada kebutuhan air bersih masyarakat setempat. (Kompas.com, 03/12/2024) Bukan hanya di Surabaya saja yang mengalami krisis air bersih, Daerah seperti  Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bengkalis mengalami problem yang sama.
 
Menganalisis masalah yang terjadi, bukan hanya melihat dari satu sisi faktor saja, tapi ini terjadi dari berbagai faktor yang berimbas pada rakyat. Ramainya isu monopoli sumber-sumber mata air untuk industri, alih fungsi lahan yang merusak daerah resapan, akibat buruknya tata kelola lingkungan maupun industrialisasi, dan buruknya perilaku masyarakat. Dalam cengkraman kapitalis saat ini, kemustahilan dalam penanganan air bersih cepat ditangani.
 
 Tapi malah menjadi problematika besar, sehingga masyarakat mengalami krisis jangka panjang. Hingga mengakses air bersih berkualitas dan gratis bagai angan-angan belaka. Adapun banyaknya terjadi secara legal IUP (Izin Usaha Pertambangan) begitu mudah di akses. Pasalnya seperti tambang emas, kelapa sawit dan pembangunan infrastruktur  banyak dikelola secara pribadi dan mendapatkan keuntungan dinikmati secara pribadi. Padahal, itu milik umum yang keuntungannya bisa dinikamati secara bersama bukan pribadi.
 
Di dalam sistem kapitalisme yang kini diterapkan di negeri kita, seharusnya kita sadar bahwa sistem ini tidak mampu meri’ayah rakyat. Banyak kebijakan-kebijakan yang sangat merugikan, bahkan membuat rakyat kesulitan. Terutama bagi mereka yang tak punya modal besar, atau hidup penuh kekurangan.
 
Negara menjadi objek sebagai pedagang, untuk mengambil keuntungan dari rakyat. Seharusnya rakyat bisa mendapatkan air secara gratis, tapi rakyat harus mendapatkan air dengan membayar air untuk yang digunakan kehidupan sehari-hari.  Inilah arah dari Negara kapitalis yang hanya berpacu pada materi saja, hingga tidak mempedulikan amanah besar yang kelak akan dipertanggung jawaban di akhirat kelak.
 
Dari segala problematika yang sudah kita bahas dipenjelasan sebelumnya. Marilah kita bercermin pada kepemimpinan Islam yang jauh berbeda dengan kepempinan demokrasi yang diterapkan di negeri kita ini. Islam dengan dasar aqidah Islam, dan dasar hukum Al-Qur’an dan Sunnah menjadi satu-satunya sistem pemerintahan yang berorientasi pada akhirat.
 
Dalam ekonomi Islam, bahwasanya terdapat pembagian kepemilikkan, yakni :  individu, umum dan Negara. Dalam hadist dari Rasulullah saw., mengatakan : “Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu air, rumput, dan api,” (HR. Ibnu Majah). Dalam hadist ini menunjukkan bahwa air berada dalam hak kepemilikkan umum. Sumber-sumber mata air, sungai, laut, selat, teluk, danau merupakan hak kepemilikkan umum, tidak boleh dipungut materi.
 
Dalam Negara Islam akan mendistribusikan secara merata agar tidak terjadi ketimpangan di satu pihak saja. Dalam mengolala mata air pun Negara Islam akan menangani secara adil tanpa diskriminasi. Rakyat yang berada di pelosokkan akan dipastikan mendapatkan haknya, serta Negara akan menjamin adanya keamanan daerahnya dalam  resapan tetap terjaga dan terkendali dari bencana.
 
Negara Khalifah kekuasaan itu diraih dengan cara yang ahsan tidak ada penindasan terhadap rakyat, tidak pula nafsu yang menjadi penggerak. Semua berjalan sesuai syariat dengan tata cara Islam yang tepat. Sebagai contoh Umar bin Khaththab yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar sebagai khalifah sebelumnya, karena Umar dinilai mampu memimpin umat Islam. Sebagai seorang penguasa yang taat kepada Allah, amanah yang dibebankan kepada Umar bin Khaththab dijalankan dengan penuh kedisiplinan, tanggungjawab, dan ketegasan.
 
Pernah sekali Umar terlambat ke masjid karena menunggu baju yang satu-satunya kering karena sedang dicuci. Ia juga melarang keluarganya mengambil keuntungan dari kekuasaannya. Begitula sosok pemimpin Islam, yang tak bernafsu terhadap dunia. Namun, kepemimpinannya memang diberikan untuk maslahat umat.
 
Kepemimpinan yang tidak terlalu lama dan singkat. Tapi Umar berhasil mencapai kemajuan yang luar biasa, dan kemakmuran melingkupi segenap negeri.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here