Oleh: Siti Aminah, S.Pd. (Pegiat Literasi Lainea Konawe Selatan)
wacana-edukasi.com, OPINI– Palestina adalah suatu negeri yang terus-menerus dijajah dan penduduknya kini mengalami genosida yang berkepanjangan. Kecaman pun muncul dari berbagai negeri, begitu pula dengan pemboikotan terus dilakukan, akan tetapi tidak menjadikan penjajah zionis berhenti untuk membunuh mereka. Yang diserang mulai dari orang tua bahkan bayi yang baru lahir mereka habisi, tidak mengenal laki-laki ataupun perempuan. Kejadian ini pun memunculkan reaksi dan reaktif dari berbagai kalangan. Mulai masyarakat biasa sampai mahasiswa, reaksi ini tidak hanya datang dari negeri-negeri muslim, bahkan negeri-negeri non muslim pun ikut mengutuk kebiadaban zionis ini.
Sebagaimana yang dilansir oleh (BBC news, 31/5/2024), Sebuah gambar buatan AI yang menampilkan tenda-tenda pengungsi Palestina dan slogan bertuliskan “All Eyes on Rafah” menjadi perbincangan hangat di media sosial. Unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 47 juta kali oleh pengguna Instagram termasuk selebritas seperti Dua Lipa, Lewis Hamilton, serta Gigi dan Bella Hadid. Gambar dan slogan tersebut menjadi viral setelah serangan udara Israel dan kebakaran yang terjadi di sebuah kamp pengungsi Palestina di Kota Rafah, Gaza selatan, awal pekan ini.
Maraknya berbagai aksi pro Palestina di berbagai penjuru dunia harus dimanfaatkan untuk membangun kesadaran umat bahwa solusi hakiki Palestina adalah dengan jihad dari kaum muslimin dan tegaknya khilafah. Karena sudah terbukti berbagai kecaman tidak mampu menghentikan genosida yang mereka lakukan. Palestina sudah puluhan tahun terjajah di negerinya sendiri. Persoalan ini tentu tersistem. Maka sistem pula yang harus menghentikan kebiadaban mereka.
Sistem artinya sebuah negara adidaya yang mengobarkan semangat dakwah dan jihad, bukan hanya sekedar kecaman atau kutukan. Negara ini harus memiliki pemimpin yang mengkomandoi militernya, begitu juga dengan militernya, mereka adalah orang-orang pilihan, mereka tangguh dan pantang menyerah melawan musuh, bahkan mereka rela mati demi saudaranya. Jika berlawanan dengan sistem atau negara seperti ini rasa-rasanya kaum muslimin akan cepat memukul mundur musuhnya karena negaralah yang menopang militer untuk bergerak dan menggunakan senjata. Hal ini baru sebanding.
Anehnya, genosida yang dilakukan oleh zionis hari ini, di mana mereka dilengkapi senjata, sementara lawannya adalah individu-individu yang tidak dilengkapi dengan senjata, bahkan anak-anak kecil menjadi lawan mereka dan perempuan-perempuan yang tidak berdaya. Ini sungguh di luar nalar bukan.
Bisa dipastikan mereka tidak akan berhenti selagi negara adidaya yaitu Amerika Serikat membekingi pergerakan zionis, maka harus dilawan juga dengan negara adidaya yang lain. Jika tidak dilawan dengan senjata dan langsung dikomandoi oleh pemimpin sebuah negara, maka mereka akan terus-menerus membombardir kaum muslimin di Palestina. Dengan demikian negara satu-satunya yang mampu mengendalikan dan menghentikan kebiadaban mereka adalah negara Islam yang menerapkan jihad.
Jadi, suatu kewajiban membangun kesadaran pada semua komponen umat bahwa solusi sistemik itu akan terwujud ketika khilafah menjadi opini umum di tengah dunia. Tidak ada yang lain yang bisa melawan mereka, kecuali sistem Islam (khilafah) dan pemimpinnya yaitu kholifah.
Mau berharap kepada siapa lagi, bukankah terpampang nyata di hadapan kita bahwa negeri Arab Saudi saja atau Mesir yang menjadi tetangga terdekat Palestina tidak bisa berbuat apa-apa atas kebiadaban yang dilakukan oleh Israel. Mereka hanya menutup mata dan telinga mereka pada saat saudara seimannya meronta-ronta meminta pertolongan.
Mengapa demikian?
Tidak lain karena kaum muslimin hari ini dikungkung oleh sistem kapitalisme sekulerisme yang melahirkan sifat-sifat nasionalisme. Keperdulian kaum muslimin putus entah kemana, mereka hanya sibuk dengan bangsanya saja. Sementara bangsa lain bukanlah urusannya.
Artinya, kita harus membuang jauh-jauh sistem ini, di mana sistem ini sangat merusak hati nurani seseorang khususnya merusak dan mematikan nurani dari kaum muslimin itu sendiri. Bukankah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam ribuan tahun lalu mengatakan:
“Kaum muslimin bagaikan satu tubuh, jika tubuh yang lain merasakan sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut sakit pula”.
Artinya, kaum muslimin itu bersaudara, tidak mengenal apakah dia berada di belahan bumi yang mana. Jika saudara seimannya tersakit dan terbunuh, maka sesuatu yang wajar dia harus melawan dan marah. Non muslim saja marah dengan kebiadaban zionis. Namun, kaum muslimin hari ini jauh dari apa yang disabdakan oleh Rasulull kita Muhammad, mereka tidak lagi saling memperdulikan antara satu dengan yang lain, karena kita di sekat-sekat oleh nation state (negara bangsa). Dengan slogan negara dimerdekakan, padahal kemerdekaan itu untuk saling melupakan antara muslim satu dengan muslim yang lain. Sungguh sangat miris.
Oleh karena itu, kaum muslimin harus menyadari bahwa kita hari ini membutuhkan perisai dan pemersatu, satu pemikiran, satu perasaan, dan satu peraturan. Tidak berbeda-beda memandang Palestina. Baik itu muslim yang ada di Indonesia, Malaysia, Mesir, Turki, Saudi Arabia, dan yang lainnya. Harus satu suara yaitu Palestina membutuhkan sistem Islam. Dengan adanya sistem Islam maka jihad akan tegak.
Umat Islam juga harus memiliki pemahanan yang shahih ketika memandang persoalan Palestina agar dapat terus bergerak dan berdakwah bersama-sama dengan tujuan yang sama yaitu kembalinya perisai dan mahkota bagi kaum muslimin. Karena perisai dan mahkota bagi kaum muslimin ini sudah pernah diwujudkan dalam kehidupan selama kurang lebih 14 abad lamanya menjadi negara adidaya dan tentu sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya.
Wallahu a’lam bishawab.
Views: 13
Comment here