Oleh: Elsa
Wacana-edukasi.com, OPINI-– Al Qur’an adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada manusia, maka seharusnya kita wajib untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman kita bagi setiap individu dan masyarakat muslim. Tetapi tidak hanya di setiap individu dan masyarakat muslim, Al-Qur’an pun wajib menjadi pedoman dalam kehidupan bernegara.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyelenggarakan peringatan Nuzulul Qur’an 1446 H/2025 M di Masjid At Taqwa, Kemhan, Jakarta, Jumat (21/03/25). Peringatan Nuzulul Qur’an 1446 H/2025 M mengambil tema “Dengan Memperingati Nuzulul Qur’an Kita Implementasikan Al-Qur’an Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Negara”, dan hadir sebagai penceramah yaitu Ustaz Drs. H. Wijayanto, M.A.
Dalam sambutan Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin yang dibacakan oleh Staf Ahli Menhan Bidang Keamanan menegaskan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan. Al-Qur’an tidak hanya sebagai bacaan, tetapi juga sebagai sumber nilai dan prinsip yang harus diterapkan dalam kehidupan pribadi, sosial, serta dalam membangun bangsa dan negara (Kemhan, 21/03/2025).
Tidak hanya itu, peringatan Nuzulul Qur’an juga diperingati di Mataram, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Mataram menggelar peringatan Nuzulul Qur’an pada 22 Maret 2025 di Aula Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB. Acara ini dihadiri oleh anggota PMII dari berbagai kampus di Kota Mataram, mencerminkan antusiasme mahasiswa dalam memperingati turunnya Al Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam. Rangkaian acara berlangsung khidmat dan penuh makna, dimulai dengan Khotmil Al Qur’an yang dipimpin oleh Al-Muhajirin, Ketua LPTQ PMII Mataram. Kemudian dilanjutkan dengan ceramah Nuzulul Qur’an oleh Hadi Wijaya,
Ketua Majelis Pembina Cabang (Mabincab) PMII Mataram. Acara ditutup dengan doa bersama dan buka puasa bersama, yang semakin mempererat kebersamaan di antara para peserta. Wakil Ketua III PC PMII Kota Mataram, Lalu Rizki Hidayat, dalam sambutannya menegaskan bahwa peringatan Nuzulul Qur’an bukan sekadar seremonial, tetapi juga sebagai refleksi terhadap makna Al Qur’an dalam kehidupan (MetroNTB.cm, 22/03/2025).
Namun miris, di tengah kemeriahan memperingati Nuzulul Qur’an ini umat Islam masih hidup di bawah aturan yang tidak bersumber dari Al Qur’an melainkan dari akal manusia. Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim misalnya, saat ini diatur oleh sistem Demokrasi Kapitalisme, sistem politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan sanksi disandarkan pada asas Sekularisme yang mengabaikan peran agama di dalamnya. D
emokrasi Kapitalisme telah menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan padahal manusia adalah makhluk yang lemah sehingga berpotensi adanya pertentangan dan berkonsekuensi lahirnya berbagai permasalahan.
Dalam sistem ini prinsip kedaulatan berada ditangan rakyat manusia menjadi penentu hukum yang tidak lepas dari pengaruh hawa nafsu dan kepentingan pribadi bukan oleh kebenaran yang hakiki yang diajarkan dalam Al Qur’an. Di bawah Hegemoni sistem Sekularisme dan Kapitalisme bulan Ramadan tampaknya belum membawa perubahan apa pun bagi nasib kaum muslim di seluruh dunia. Umat Islam seluruhnya masih dalam keadaan terpuruk dan terhina musuh-musuh Allah Swt. masih membunuhi dan menjajah kaum muslim, sebagaimana yang terjadi di Palestina. Para penguasa di Negeri muslim juga masih saja mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat.
Sudah seharusnya umat Islam merenungi firman Allah Swt., “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamanya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda…”. (TQS Al-Baqarah(2):185), sebagai petunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan, Al Qur’an memberikan penjelasan atas segala sesuatu Allah Swt., menegaskan, “…Dan kami turunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri”. (TQS An-Nahl (16):89).
Dari kedua ayat tersebut, umat Islam diwajibkan untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup utama, sumber hukum yang mengatur segala aspek kehidupan serta sebagai solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi. Al-Qur’an seharusnya menjadi landasan setiap individu, masyarakat hingga menjadi landasan dalam bernegara. Namun hari ini justru individu yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menyerukan untuk kembali kepada penerapan aturan Islam secara sempurna dianggap radikal.
Berpegang pada Al-Qur’an sejatinya konsekuensi dari keimanan yang tulus dan seharusnya terwujud pada diri setiap muslim. Al-Qur’an bukan hanya sekedar bacaan tetapi petunjuk hidup yang menyentuh setiap aspek kehidupan, apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al-Qur’an harus menjadi asas kehidupan.
Umat harus menyadari kewajiban berpegang pada Al-Qur’an secara keseluruhan dan memperjuangkannya untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan.
Untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan dakwah kepada umat yang dilakukan oleh jamaah dakwah ideologis untuk membangun kesadaran umat akan kewajiban menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan secara nyata, tidak hanya bagi individu, namun juga oleh masyarakat dan negara. [WE/IK].
Views: 2
Comment here