Surat Pembaca

Alternatif Tidak Solutif, Merdeka Walk Terpaksa Putus Kontrak

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Sari Ramadani (Aktivis Muslimah)

“Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (TQS. Al-Isra’ [17]: 34).

Sulitnya memenuhi akad-akad pada hari ini bukanlah terjadi begitu saja. Karena ini semua merupakan konsekuensi dan tabiat asli dari penerapan sistem buatan manusia kapitalisme-sekuler yang cenderung menguntungkan sebelah pihak saja, sementara pihak yang lain merasa dirugikan. Selain itu, tidak ada rasa takut kepada Allah Swt. Juga menjadi salah satu alasan mengapa manusia hari ini sulit memenuhi akad-akad yang sudah dibuatnya. Maka, adakah solusi lain selain penerapan Islam kafah yang akan membawa berkah bagi seluruh umat manusia?

Baru-baru ini Endar Sutan Lubis selaku Kepala Dinas Perkimtaru Kota Medan, mengatakan bahwa tenant-tenant Merdeka Walk tidak akan kembali ke Lapangan Merdeka Kota Medan. Pasalnya sesuai rencana, revitalisasi Lapangan Merdeka Kota Medan ditargetkan akan selesai pada tahun 2024. Sementara itu, kontrak kerja sama Merdeka Walk dengan Pemko Medan juga akan berakhir di tahun 2024. Beliau juga menyebutkan bahwa Pemko Medan sudah memberikan solusi kepada pengelola Merdeka Walk dengan menunjuk Taman Lili Suheri sebagai lokasi relokasi, tetapi tampaknya mereka keberatan karena lokasi tersebut dirasa terlalu kecil untuk ditempati tenant-tenant mereka. Hingga akhirnya, mereka lebih memilih untuk mengakhiri kontraknya sendiri. Bukan itu saja, beliau juga tidak dapat memastikan seperti apa kerja sama ke depannya dengan pengelola Merdeka Walk pasca revitalisasi Lapangan Merdeka Medan selesai. Karena sebenarnya, tujuan revitalisasi ini untuk mengembalikan fungsi dari Lapangan Merdeka Medan yaitu sebagai cagar budaya dan ruang terbuka hijau (waspada.co.id, 22/10/2022).

Tampaknya Merdeka Walk akan tinggal kenangan saja. Pasalnya, pengelola Mereka Walk lebih memilih untuk memutuskan kontrak kerja samanya dengan Pemko Medan daripada direlokasi ke Taman Lili Suheri karena dirasa terlalu kecil. Inilah potret buram dari penerapan sistem buatan manusia, yaitu kapitalisme-sekuler yang tidak memperhitungkan akad-akad kontrak secara adil hingga ada pihak-pihak yang merasa dizalimi. Para pemilik usaha di Merdeka Walk terpaksa harus mengakhiri kontraknya walaupun kontraknya masih ada.

Bak mencari jarum ditumpukkan jerami, beginilah sulitnya menemukan orang-orang amanah yang dapat memenuhi akad-akad dengan tepat. Padahal, akad-akad haruslah dipenuhi karena kelak Allah Swt. Akan meminta pertanggungjawaban terkait hal ini di akhirat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.” (TQS. Al-Ma’idah [5]: 1).

Jika kita melihat pada sistem pemerintahan Islam yang diterapkan secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan, negara dalam sistem Islam tidak menghasilkan hubungan penjual dan pembeli antara pemerintah dengan rakyatnya. Sebab, seyogianya negara memiliki andil untuk menjadi pengayom bagi rakyatnya. Negara tidak akan mengambil keuntungan sedikit pun dari rakyatnya, karena negara memiliki kewajiban untuk mempermudah urusan rakyat dan memberikan fasilitas terbaik bagi seluruh rakyatnya.

Tidak seperti hari ini yang pada faktanya negara sebagai pemalak bagi rakyat yang dengan tega mengambil keuntungan dari rakyatnya dalam hal apa pun. Berbeda dengan sistem Islam, Islam sangat memperhatikan akad-akad agar tidak ada pihak yang merasa dizalimi dan tidak ada pula yang akan berbuat zalim kepada siapa pun, karena negara menanamkan ketakwaan pada tiap-tiap individunya, yang dari sini mereka memahami betul bahwa menepati akad-akad adalah sebuah keharusan. Kemudian, mereka juga memiliki rasa takut kepada Allah Swt. sehingga tidak akan ada individu yang berani melanggar akad-akad yang telah dibuatnya sebab takut akan beratnya pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Maka, sudah seharusnya kita sadar dan berbenah agar mau mengganti sistem yang diterapkan hari ini dengan sistem Islam yang akan membawa perubahan dan mampu memberikan solusi bagi seluruh permasalahan, karena berharap pada sistem kapitalisme-sekuler adalah sebuah kebodohan yang tidak akan pernah memberikan penyelesaian bagi segala permasalahan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma’idah [5]: 50).

Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 3

Comment here