Opini

Anak-Anak Gaza, Kelak Menuntut Tanggung Jawab Kita

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Sri Wulandari (Guru dan Aktivis Dakwah)

Wacana-edukasi.com, OPINI– Kebiadaban zionis yang jauh dari rasa kemanusiaan semakin brutal, genosida yang mereka lakukan meninggalkan kepedihan berupa anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan satu atau kedua orangtua mereka. Data Biro Statistik Palestina menyatakan bahwa Jalur Gaza saat ini sedang menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Selama 534 hari pengeboman, lebih dari 39.000 anak yang menjadi yatim.

Dari data diatas, sekitar 17.000 anak-anak Palestina menjadi yatim piatu dan menjalani kehidupan mereka tanpa perlindungan dan dukungan. Mereka hidup dalam tekanan, ketakutan, dan kelaparan. Dikutip dari international.sindonews.com (11/04/25).

Ketua badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengutip UNICEF pada Jumat (4-4-2025) bahwa sedikitnya 100 anak Palestina telah terbunuh dan terluka setiap harinya di Jalur Gaza sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025. Ia juga menegaskan lebih dari 15.000 anak dilaporkan telah tewas sejak 7 Oktober 2023. Dikutip dari liputan6.com (11/04/25)

Namun mirisnya, fakta-fakta ini terjadi di tengah narasi tentang hak asasi manusia, mengenai aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak Palestina pada 5 April 2025. Faktanya aturan-aturan tersebut hanyalah omong kosong mereka, karena hak-hak tersebut tidak didapatkan anak-anak Palestina. Bahkan mereka tidak akan mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina.

Setelah penghianatan yang dilakukan, Zionis terus-menerus menjatuhkan bom di kamp-kamp pengungsian, hingga tubuh anak-anak, seorang ibu dan ayah bahkan lansia beterbangan di udara. Gedung-gedung yang tersisa terus dihancurkan, anak-anak Palestina tidak bisa mendapatkan pendidikan karena gedung sekolah yang diratakan, dan sarana vital lainnya seperti rumah sakit, toko roti dan lainnya menjadi sasaran, bantuan kemanusiaan diblokade.

Semua pemandangan mengerikan terus berlangsung, Lalu apa yang dunia (kapitalisme) lakukan untuk melindungi anak-anak Palestina? Nyaris tidak ada, dunia menutup mata dengan kondisi Palestina. Lembaga internasional hanya memfokuskan melakukan kecaman dan diplomasi. Sumber masalah utama, yaitu penjajah Zionis Yahudi, yang masih dibiarkan eksis dan terus melakukan genosida terhadap anak Palestina. Tidak ada solusi nyata yang diberikan oleh PBB ataupun organisasi negeri-negeri Islam lainnya untuk menghentikan kekejaman Zionis.

Selama keberadaan penjajah zionis itu masih ada dan bercokol di bumi Palestina, anak-anak Palestina tidak akan pernah merasakan keadaan yang aman, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Hidup mereka akan selalu terancam dan dipenuhi rasa trauma. Apalagi para penjajah itu adalah kumpulan orang-orang pengecut yang bahkan terhadap anak-anak saja mereka menggunakan senjata mematikan, tanpa ada belas kasihan.

Semestinya semua fakta ini bisa menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang diciptakannya.

Lembaga internasional nyatanya hanya alat AS dan sekutu-sekutunya, untuk memimpin dan menguasai dunia melalui jalur diplomasi. Lembaga ini tidak dirancang untuk menolong kaum muslim Palestina, tetapi untuk mengukuhkan pengaruh AS di dunia, khususnya Timur Tengah demi memperoleh keuntungan materi.

Sejatinya masa depan Gaza Palestina ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam atau khilafah yang semestinya sungguh-sungguh mereka perjuangkan. Melaksanakan kewajibannya sebagai raa’in (pengurus rakyat) dan junnah (pelindung rakyat) dengan baik.

Rasulullah Saw. bersabda “Imam adalah pengurus rakyat (raa’in) dan ia bertanggung jawab atas pengurusannya.” Hadits riwayat Al-Bukhari.

Perlindungan sistem Islam menjadikan umat terbebas dari genosida, perampasan hak, kezaliman, dan penistaan, sebagaimana yang dialami oleh anak-anak Gaza. Hal ini dibuktikan selama belasan abad masa kejayaan Islam, para pemimpin Islam berhasil menjadi pelindung yang aman dan memberikan support sistem terbaik bagi tumbuh kembang anak.

Islam memandang anak sebagai generasi penerus dan pejuang yang harus terpenuhi dan terjamin segala kebutuhannya, seperti sandang, pangan, papan yang layak, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Islam tidak akan membiarkan kelalaian dalam memenuhi kebutuhan anak.

Kopral Hasan Al-Aghdarli dan tim nya adalah prajurit terakhir pada masa Khilafah Utsmaniyyah yang ditugaskan untuk menjaga Yarusalem. Sultan Abdul Hamid II juga melindungi bumi Palestina dari tawaran kotor Theodore Herzl. Tak hanya itu, Sultan Salahuddin Al Ayyubi dalam pembebasan Al Quds dari tentara salib, beliau mengerahkan semua kekuatan dan kemampuannya.

Begitulah penjagaan dalam sistem Islam agar tanah kaum Muslimi tetap menjadi miliki kaum Muslim. Maka dari itu, upaya yang harus dilakukan hari ini agar setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya Khilafah. Upaya ini harus diambil supaya mereka memiliki hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka yang dibantai oleh Zionis dan sekutu-sekutunya. Maka saat ini, umat Islam juga harus berjuang bersama melalui partai ideologis dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah untuk menegakkan kembali perisai umat Islam, yaitu daulah Khilafah.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here