Penulis: Fitriani, S.Pd. (Praktisi Pendidikan)
Wacana-edukasi.com, OPINI--Penyerangan Zionis Yahudi dimulai kembali sejak mereka melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025. Dalam serangan tersebut Sekitar 100 anak terluka dan tewas terbunuh setiap hari di wilayah Gaza. Sungguh ini menjadi fenomena yang sangat memprihatinkan, genosida yang dilakukan Israel telah membuat banyak anak Palestina kehilangan orang tua dan keluarga. Data yang dirilis menjelang Hari Anak Palestina pada 5 April 2025, ada 39.384 anak yang menjadi yatim dan sebanyak 17.000 anak menjadi yatim piatu dalam rentang 534 hari pengeboman brutal.
Biro Statistik Pusat Palestina menyatakan Gaza sedang mengalami krisis anak yatim terbesar dalam sejarah modern, dengan puluhan ribu anak kehilangan orang tua mereka karena serangan Israel yang sedang berlangsung.
“Anak-anak ini hidup dalam kondisi yang memilukan—berlindung di tenda-tenda robek atau reruntuhan rumah, tanpa akses pada perawatan sosial maupun dukungan psikologis,” ungkap Biro Pusat Statistik Palestina, dikutip Al Jazeera.(mediaindonesia.com)
Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini menyebut bahwa Israel telah mengambil tindakan menjadikan bantuan kemanusiaan itu sebagai senjata perang di Jalur Gaza. Akibatnya, kelaparan dan keputusasaan semakin meluas. Lazzarini mencatat bahwa sudah lebih dari sebulan Jalur Gaza berada dalam keadaan pengepungan total, dengan otoritas Israel menghalangi masuknya pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Kondisi ini juga bisa menjadikan melemahkan tatanan sipil.
Kekuatiran Hamas memperingatkan bahwa impunitas yang dilakukan Israel semakin mendorong eskalasi lebih lanjut atas kejahatan terhadap anak-anak Palestina. Hamas dalam sebuah pernyataannya menyampaikan “Sekitar 1.200 anak-anak Palestina dari Tepi Barat telah ditahan oleh tentara Israel sejak 7 Oktober 2023 dan sekitar 39.000 lainnya telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua karena kekerasan brutal tersebut,”.
Pendudukan Israel, “terus-menerus menargetkan mujahid cilik Palestina melalui kejahatan secara sistematis, termasuk menggunakan mereka sebagai tameng manusia, merampas hak pendidikan mereka, dan terus berupaya memutuskan identitas nasional mereka di wilayah pendudukan tahun 1948 melalui manipulasi kurikulum, penyebaran kejahatan, dan penghancuran nilai-nilai”.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa anak-anak yang ditahan mengalami “penyiksaan, kelaparan, pengabaian medis, dan perampasan sistematis setiap hari”.
Berbagai macam instrumen hukum dan standar telah diterapkan oleh masyarakat internasional demi melindungi hak-hak anak Palestina. Kenyataannya, pelanggaran demi pelanggaran terhadap hak anak-anak Palestina terus terjadi dari tahun ke tahun. Bahkan Ayed Abu Eqtaish selaku Direktur Organisasi Defence for Children International mengungkap bahwa anak laki-laki muda menjadi mayoritas sasaran pasukan pendudukan Israel. (inh.or.id)
Begitu nyata kezaliman dunia, meskipun banyak pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional, tidak ada upaya serius dari PBB maupun organisasi negeri-negeri Islam seperti OKI dan Liga Arab untuk menghentikan langkah Zionis.
Diyakini aksi mereka telah mendapat lampu Hijau untuk terus melakukan aksi brutalnya, termasuk melanggar hak-hak warga sipil Palestina juga terhadap anak di bawah umur.
Dunia kapitalisme yaris tidak melakukan apa-apa untuk melindungi anak-anak Palestina. Penjajah Zionis Yahudi masih dibiarkan eksis dan terus melakukan genosida terhadap anak Palestina.
Anak-anak Palestina tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dan keamanan selama pendudukan kafir penjajah masih ada dan terus bercokol di wilayah suci itu. Anak Palestina akan selalu merasa hidup dalam ancaman maut. Apalagi para penjajah bahkan bersikap sangat brutal, terhadap anak-anak saja mereka menggunakan senjata mematikan. Zionis penjajah tidak ubahnya seorang pengecut.
Kemenangan palestina dan kebebasan anak-anak Gaza hanya bisa diraih dengan adanya persatuan kaum muslimin yang berjuang dibawah satu kepemimpinan negara Islam yakni Khilafah Islamiyah.
Kepemimpinan politik Islam atau disebut juga Khilafah berfungsi sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai pelindung) terhadap umat Islam, termasuk di Palestina. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw,
“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’alaih)
Seorang Pemimpin dalam negara Islam tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya, sebagaimana kondisi Palestina. Pemimpin akan mengerahkan militernya melawan Zionis Yahudi dengan jihad fi sabilillah. Ini sebagaimana perintah Allah Taala,
“Perangilah mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 191).
Demikianlah fungsi pemimpin sebagai pelindung. Hal ini pernah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khaththab ra. di mana ia telah membebaskan Palestina dari penjajahan Romawi dan memimpinnya dengan adil, juga memberikan support sistem terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi cemerlang, pembangun peradaban emas dari masa ke masa.
Dalam negara Islam pemenuhan hak anak juga terjamin. Sebagaimana Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai salah satu khalifah yang paling peduli dengan anak-anak dan masyarakat. Memberikan perhatian pada pendidikan anak-anak dengan mendirikan banyak sekolah. Mengalokasikan dana untuk membantu anak-anak yatim dan memberikan mereka perawatan yang baik, serta mengembangkan sistem kesehatan yang baik untuk memberikan perawatan kesehatan yang baik kepada anak-anak.
Dalam menghadapi tantangan dan kezaliman yang dialami oleh rakyat Palestina, terutama anak-anak yang menjadi korban, kita harus menyadari bahwa persatuan umat adalah kunci untuk mencapai kemenangan. Hanya dengan bersatu, kita dapat memperkuat suara kita, meningkatkan kesadaran global, dan menekan tekanan internasional terhadap Israel untuk menghentikan kezaliman dan kekerasan terhadap rakyat Palestina.
Untuk itu, setiap muslim wajib
memperjuangkan tegaknya Syariah dan Khilafah. Selain menjadi jalan pembebasan terhadap Palestina juga kelak akan menjadi hujjah dihadapan Allah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan sekutu-sekutunya. Sesungguhnya Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan jihad dan khilafah. [WE/IK].
Views: 0
Comment here