Oleh: Hasna Huseini, S.Kom.
“Anak saya itu nakal, keras kepala persis kayak ayahnya, susah diatur, pokoknya kalau dikasih tau itu ngak cukup sekali, memang sudah keturunan mau diapain lagi.”
Wacana-edukasi.com –Di era digital ini semua serba gampang, cepat, dan banyak hal yang bisa dilakukan secara instan, tetapi tidak dalam mendidik anak. Mengasuh anak tidak mudah dan tidak ada yang instan, ada proses, fase yang harus ditempuh. Celotehan di atas sering kita dengar dan ocehan itu biasanya terlontar dari lisan seorang ibu. Mungkin saking kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan kelelahan dalam mendidik anak atau sudah mencoba banyak hal tapi hasilnya nihil sehingga terlontarlah perkataan di atas.
Banyak tantangan dalam mendidik anak di zaman canggih ini. Seperti kecanduan gadget bisa menjadikan anak susah diatur, tontonan di televisi juga tidak semua baik di konsumsi anak. Anak juga sangat mudah meniru apa yang mereka lihat sehingga apa yang anak tonton maka itu yang akan mereka jadiakan contoh. Tidak jarang kita dapati anak meniru prilaku, cara bicara dari aktor film idolanya. Sehingga sebagai orang tua kita harus bisa memilah tontonan mana yang mengedukasi anak.
“Anak peniru ulung orang tuanya” begitu ungkapan yang sering kita dengar. Anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya baik itu perbuatan baik ataupun buruk. Misalnya ketika orang tua suka membentak, anak akan menirunya dan melakukan hal itu pada adik, teman, atau bisa saja dia akan membentak orang tuanya. Ketika kita makan dan minum berdiri anak akan mencontohnya. Bahkan bahasa tubuh kita pun ditiru oleh mereka. Misalnya gerak wajah kita ketika merespons sesuatu atau mimik muka kita saat sedang marah, saat tersenyum, bahkan tertawa. Benarlah ungkapan “Anak copy paste orang tuanya.”
Jika kita analisis ungkapan di atas “Kenakalan seorang anak itu karena faktor keturunan”. Padahal bukankah anak itu lahir suci bersih layaknya kertas putih tanpa noda dan pengalaman dari lingkunganlah yang memengaruhi dan membuatnya berkembang baik atau buruk. Peran orang tua sangatlah penting dalam menularkan hal-hal baik terhadap anak. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan itu terlahir dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya ia menjadi seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR.Bukhari)
Dari hadis di atas sudah jelas bahwa anak terlahir suci dan orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Jika perkara keyakinan saja orang tua adalah tolak ukurnya apalagi hanya masalah kenakalan anak. So, anak persis seperti orang tuanya baik tingkah laku, perkataan, dan kebiasaan bukan karena faktor keturunan tetapi anak membeo apa yang dia lihat dan bagaimana ia diperlakukan.
Apa-apa yang datangnya dari Allah Swt. maka manusia tidak dimintai pertanggung jawaban. Misalnya bentuk fisik, hidung mancung, wajah bulat, warna kulit hitam, warna bola mata, rambut keriting, azal, jodoh, rezeki, dan lainnya. Semua itu tidak dimintai pertanggung jawaban. Lain hal dengan tingkah laku atau perbuatan karena hal ini adalah wilayah yang manusia diberikan kebebasan untuk memilih dengan adanya akal sebagai penimbang perbuatan. Manusia akan ditanyai tentang apa yang diperbuatnya di dunia.”Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.” (TQS. Al-Muddassir 38).
Anak adalah amanah dari Allah. Tugas mendidik anak merupakan tanggung jawab yang dibebankan kepada kedua orang tua. Tiap-tiap orang di antara kita adalah pemimpin dan kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas apa yang kita pimpin. Jelaslah bahwa anak nakal bukan faktor keturunan kitalah orang tuanya yang mewarnai kertas putih itu mau jadi warna apa. Ketika kita menginginkan anak yang soleh soleha sudah seharusnya kita sebagai orang tua menjadi teladan bagi mereka. Bila kita ingin anak menjadi pribadi yang sabar maka kitalah yang mencontohkannya. Karena peran orang tua sangat penting dalam pengasuhan anak.
Jadi bisa disimpulkan bahwa tidak ada anak yang nakal karena keturunan yang ada adalah mereka membeo orang tuanya dan bisa jadi kita sebagai orang tua tidak tahu bagaimana cara memperlakukan mereka. Padahal ketika anak merasa dicintai maka anak akan bahagia dan mudah kita kontrol. Jadi, tidak ada pilihan lain selain belajar dan senantiasa meng-upgrade diri dengan ilmu Islam dan parenting sehingga kita sebagai orang tua bisa menjadi panutan bagi anak-anak kita.
Views: 663
Comment here