Oleh: Rahmatul Aini (Penulis & Aktivis Dakwah)
Wacana-edukasi.com, OPINI— Presiden Prabowo Subianto awalnya menetapkan anggaran Makan Bergizi Gratis (MBG) Rp15.000 per anak per hari, namun karena ada penyesuaian anggaran maka diputuskanlah MBG jadi Rp10.000 per anak. Hal itu ia putuskan setelah rapat terbatas di istana. Presiden Prabowo Subianto mengatakan program makan bergizi ini rata-rata minimumnya indeks per anak, per ibu hamil, itu Rp10.000 per hari (CNNIndonesia.com, 29/11).
Sudah bukan jadi rahasia umum visi misi masa kampanye dan setelah menjabat berbanding terbalik, seribu janji telah mereka usungkan namun ketika terpilih hanya sebuah wacana atau sedikit yang terealisasikan.
Fakta tentang MBG misalnya, adalah salah satu contoh bagaimana visi masa kampanye dan setelah menjabat tak sesuai dengan pengusulan di awal dengan alasan minimnya anggaran. Padahal faktanya pemerintah mengalokasikan dana 71 triliun untuk program Makanan bergizi gratis khusus anak-anak dan ibu hamil (Republika.co.id, 30/11).
Turunnya alokasi anggaran MBG yang sudah ditetapkan oleh presiden menjadikan pemberian makanan bergizi jauh dari harapan. Target perbaikan gizi tentu makin tidak realistis di tengah tingginya inflasi dan naiknya harga-harga bahan makanan. bagaimana mungkin makanan bergizi didapatkan sedangkan, anggaran hanya jatuh Rp10.000 perhari, ‘kan, gak masuk akal!
Pemerintah pun tidak tepat menangani persoalan perbaikan gizi karena faktanya anggaran MBG mencapai 71 triliun, sedangkan yang didapatkan per anak dan ibu hamil hanya Rp10.000 dan tidak bisa memenuhi gizi harian dan kualitas makanan. Namun pemerintah mengeklaim uang Rp10.000 dapat memenuhi kebutuhan makanan bergizi dengan jumlah 600-700 kalori dalam satu porsi, berdasarkan uji coba selama hampir setahun di Pulau Jawa. Ahli gizi Hafizha Anisa mengatakan Rp10.000 dengan nominal itu jauh dari kata cukup jika tujuannya mencegah stunting dan kandungan gizinya kurang. Harga ini mencekik penyedia makanan (CNNIndonesia.com, 04/11).
Bahkan, beberapa pengusaha rumah makan dan katering memandang uang Rp10.000 untuk seporsi makan tidak masuk akal.Terbukti pemerintah tidak mampu memberikan solusi perbaikan gizi generasi.
Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia yang seharusnya menjadi pemasukan negara dan menjamin kesejahteraan rakyat, nyatanya di keruk habis oleh para korporat. PT Newmont dan Freeport adalah bukti kekayaan alam Indonesia yang justru dikuasai oleh asing dan aseng. Alhasil kesejahteraan tidak didapatkan pribumi.
Dalam sistem Islam kebutuhan rakyat dari segi sandang, pangan, papan harus dipenuhi. Negara menjamin pemenuhan kebutuhan hidup rakyat, termasuk didalamnya kesehatan, pendidikan dan keamanan semua menjadi tugas pokok negara.
MBG bukan hanya saja didapatkan untuk anak dan ibu hamil saja, tapi seharusnya seluruh ummat merasakannya. Makanan bergizi adalah salah satu kebutuhan pokok rakyat yang memang harus di perhatikan dan wajib dipenuhi, terlebih untuk generasi agar tumbuh menjadi generasi yang sehat dan kuat secara fisik.
Islam membutuhkan SDA yang kuat karena merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting untuk mewujudkan negara yang kuat lagi mandiri, generasi yang kuat bisa diberdayakan untuk kepentingan dakwah Islam misalnya menjadi panglima militer, anggota perang, jihad. Begitu juga halnya dengan kecerdasan intelektual Mereka difasilitasi dalam sistem pendidikan. Alhasil, output generasi kuat secara fisik cerdas secara intelektual. Mampu berdaya saing dikancah dunia.
Islam menjadikan negara sebagai ra’in (periayah) yang akan menjamin kebutuhan hidup rakyat. Negara Islam dan dipimpin oleh Khalifah mengupayakan pemenuhan kebutuhan rakyat karena menjadi tanggung jawab penguasa menjamin kesejahteraan rakyatnya yang akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Swt.
Sebagaimana Sabda Rasulullah saw.
“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban” (HR Imam Bukhari)
Islam pun menetapkan standar hidup yang tinggi, negara akan mampu mewujudkan kesejahteraan yang menjadikan sumber pemasukan yang beragam, kekayaan alam SDA, jizyah, harta fa’i, ghanimah. Semua pemasukan negara disimpan dan dikelola dalam Baitulmal akan diberikan dan distribusikan sepenuhnya demi kesejahteraan rakyat tapa melihat ras, suku, agama, semuanya mendapatkan hak-hak yang sama.
Penguasa (ra’in) dalam Islam tidak mendapatkan upah bulanan melainkan berupa santunan ini karena penguasa sudah mendedikasikan hidupnya untuk mengurus ummat. Bukan malah membebani rakyat dengan pajak yang mencekik demi menyejahterakan para penguasa seperti sistem demokrasi sekarang.
Inilah pembeda antara sistem Islam dan sistem kapitalisme hari ini, perbandingan yang sangat jauh berbeda. Bukti bahwa kecacatan peraturan yang dibuat oleh manusia dan kesempurnaan aturan yang berasal dari Allah Swt.
Sejarah Islam telah membuktikan bahwa kesejahteraan yang rakyat rasakan bukan hanya semu atau utopis tapi benar-benar nyata. Peradaban Islam 13 Abad lamanya menjadi mersucuar dunia menjadi negara adidaya. Islam mampu menorehkan sejarah generasi yang berkualitas, Salahuddin Al-Ayubi sang pembebas Al-Quds, Muhammad Al Fatih sang pembebas konstantinopel, Al-Khawarizmi, Maryam Al-Asturlabi, Fatimah Al-Fihri. Mereka adalah tokoh yang berpengaruh bagi dunia bahkan karya-karya mereka dan dedikasi mereka masih bisa dirasakan sampai detik ini. Semua itu bermuara pada sistem Islam dan aturan yang diberlakukan (Al-Qur’an dan hadits)
Sudah selayaknya kita beralih dari sistem kufur menuju sistem Islam yang sahih, Islam bukan hanya mengatur ibadah ritual tapi esensinya lebih dari itu patuh terhadap hukum-hukum syara’ secara totalitas.
Allah Swt. berfirman:
“Masuklah kedalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu”. (TQS Al-Baqarah: 208).
Views: 1
Comment here