Opini

Anomali Pembangunan Pariwisata dalam Genggaman Kapitalis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Ade Farkah

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah pusat dan daerah terus berupaya untuk menggenjot sektor pariwisata. Meningkatkan sumber devisa negara menjadi alasan utama pembangunan di sektor ini.

Bahkan, pembangunan infrastruktur terkait pariwisata dan industri masih tetap berlangsung meski di masa pandemi. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Di Jawa Barat misalnya, pengembangan pariwisata di fokuskan pada upaya perbaikan akses, pembuatan destinasi wisata baru, menggelar Event Tourism Summit, serta akselerasi desa wisata.

Sebagai bagian dari provinsi Jawa Barat, Indramayu benar-benar telah merealisasikan komitmennya dalam membangun sektor pariwisata. Salah satunya adalah pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah eks pasar Jatibarang.

Pembangunan yang rampung beberapa waktu lalu, kini telah ramai. Deretan pedagang kaki lima turut pula mengambil bagian untuk menambah daya tarik pengunjung.

Tak hanya itu, bahkan saat ini Ruang Terbuka Hijau (RTH) Jatibarang dijadikan tempat nongkrong bagi para anak jalanan (Anjal) yang sebagiannya justru berasal dari luar kabupaten Indramayu (radarcirebon.com, 22/2/21).

Sebelumnya, pemerintah setempat melalui petugas gabungan TNI, Polri dan Satpol PP juga pernah melakukan penertiban anak jalanan. Hal itu dikarenakan bahwa kehadiran anak jalanan dianggap meresahkan warga dan sejumlah pedagang (kompas.tv, 4/1/21).

Adanya beberapa fakta tersebut di atas, merupakan sebuah anomali yang muncul sebagai efek domino dari pembangunan pariwisata. Mengapa demikian?

Karena, sejak awal sektor pariwisata dibangun hanya untuk mendongkrak perekonomian. Sehingga konsentrasi pemerintah hanya terfokus pada perekonomian semata. Pemerintah cenderung abai terhadap dampak lain yang mungkin ditimbulkan.

Apalagi keadaan tersebut terjadi disaat pandemi yang masih berlangsung. Seharusnya, pemerintah dapat mengantisipasi berbagai dampak yang mungkin muncul dari adanya pembangunan tersebut.

Sangat disayangkan, dalam hal ini pemerintah terkesan pragmatis. Namun demikian, tak dapat dipungkiri berbagai tekanan finansial membuat pemerintah harus mengambil jalan pintas.

Karut marut seperti ini merupakan konsekuensi logis atas terlibatnya pihak asing dan para kapitalis dalam setiap kebijakan negara. Mengapa demikian? Karena, sistem Demokrasi memberikan ruang yang sangat terbuka bagi mereka.

Sistem politik berbiaya tinggi, menjadi salah satu alasannya. Inilah akar masalah yang menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam berbagai bidang, termasuk pariwisata.

Maka, untuk dapat mengakhiri semuanya diperlukan satu solusi yang bersifat sistemik sehingga mampu menuntaskan segala macam persoalan. Solusi tersebut haruslah bersifat holistik dan universal. Saling terintegrasi satu sama lain.

Ciri-ciri tersebut hanya ada di dalam sistem Islam. Islam merupakan satu-satunya agama yang darinya memancarkan aturan sebagai solusi atas berbagai macam persoalan yang terkait dengan kehidupan.

Hal ini berarti bahwa, selain sebagai agama (ritual), Islam juga merupakan sebuah ideologi yang mampu mengatur setiap kehidupan.

Terkait dengan fakta di atas, Islam memandang adanya pendekatan yang berbeda antara permasalahan ekonomi dengan peningkatan pembangunan pariwisata.

Adapun cara Islam dalam menuntaskan masalah ekonomi yakni dengan melakukan pungutan berupa zakat, jizyah dan kharaj, ghanimah, serta harta orang-orang murtad dan harta orang yang tidak memiliki ahli waris.

Selanjutnya, harta-harta tersebut dihimpun oleh baitul mal untuk di distribusikan kepada masyarakat yang ada dalam naungan negara Islam, baik Muslim maupun non-militer Muslim.

Terkait dengan program pembangunan pariwisata, Islam akan melakukannya dengan tujuan tertentu, yaitu sebagai salah satu cara untuk melakukan dakwah dan propaganda (di’ayah).

Dakwah dilakukan dengan cara mengajak wisatawan untuk memikirkan kebesaran Allah SWT melalui keindahan alam semesta. Sedangkan propaganda dilakukan berkaitan dengan objek wisata peninggalan sejarah. Merenungi berbagai macam peristiwa yang telah terjadi di masa lalu sebagai bukti kejayaan Islam.

Dengan demikian, program pengembangan pariwisata menjadi lebih bernilai. Baik dari sisi sebagai ajang rekreasi untuk menghilangkan kepenatan maupun nilai spiritual untuk meneguhkan keimanan.

Itulah diantara solusi yang ditawarkan Islam untuk mengatasi persoalan yang melanda negeri ini. Sehingga, peningkatan ekonomi dapat dicapai dengan tetap memperhatikan moralitas dan spiritualitas anak bangsa.

Maka, sudah saatnya masyarakat menyadari tentang kebutuhan akan adanya solusi yang mampu mengatasi permasalahan kehidupan secara tuntas. Sehingga, kehidupan yang makmur dan sejahtera bukan sebatas isapan jempol belaka. []

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 88

Comment here