Opini

Badai Covid Runtuhkan Sistem Kesehatan Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh R. Nugraha, S.Pd.

Kesehatan merupakan kebutuhan vital masyarakat yang pelayanannya dijamin oleh negara. Layanan kesehatan tersebut merupakan kebutuhan dasar (primer) bagi seluruh warga negaranya.

Wacana-edukasi.comPandemi Covid-19 sudah memasuki tahun kedua. Diprediksi perjalanan pendemi ini masih sangat panjang. Hal ini dikarenakan virus jenis baru. Segala cara dilakukan untuk meredam bertambah meluasnya sebaran Covid-19. Namun alih-alih menghentikan sebaran, yang terjadi justru sebaliknya. Angka kasus positif Covid-19 semakin meningkat. Kasus kematian karena terpapar Covid-19 pun semakin melejit.

Hingga kini dunia internasional masih disibukkan dengan penanganan pandemi Covid-19 yang sama sekali belum bisa dipastikan kapan berakhirnya. Solusi awal berupa _lockdown_ wilayah, isolasi bagi pasien Covid-19, hingga program vaksinasi belum menunjukkan berkurangnya kasus pandemi ini secara signifikan.

Saat ini, salah satu upaya yang dilakukan oleh negara-negara di seluruh dunia untuk menangani pandemi Covid-19 adalah melalui program vaksinasi.

Pakar epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama mengatakan, munculnya gelombang baru infeksi umumnya terjadi karena adanya pelonggaran protokol kesehatan. “Sebagian besar gelombang naiknya terjadi karena ada pelonggaran protokol terutama di tempat publik, contoh di India, Chili, dan Thailand,” ujar Bayu (Kompas.com, 21/4/2021).

Seiring dengan berjalannya program vaksinasi, di sejumlah negara di dunia justru tetap dihantui oleh lonjakan kasus Covid-19 yang semakin meningkat. Bahkan ada negara yang saat ini tengah menghadapi gelombang keempat Covid-19, yaitu Iran. Tepatnya di Teheran.

Selain Iran, ada tiga negara lain yang ternyata juga mengalami lonjakan kasus secara signifikan dan tengah dalam status waspada untuk menghadapi gelombang keempat Covid-19, yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan India.

Sedangkan di Indonesia, kasus penularan Covid-19 melonjak sejak awal Juni 2021. Penambahan kasus rata-rata mencapai lebih dari 10 ribu setiap harinya. Pada Selasa (22/6) kemarin, data menunjukkan total kasus positif Covid-19 tembus 2.018.113 sejak pertama kali diumumkan pada awal Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tambahan kasus positif Covid-19 menembus rekor tertinggi pada 21 Juni kemarin, yakni 14.536 kasus.

Dengan meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19, pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp699,43 triliun untuk anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan penanganan Covid-19 tahun ini (cnnindonesia.com, 23/06/2021).

Dengan berjalannya waktu, selama dua tahun ini virus corona telah meluas ke seluruh penjuru dunia dan mengguncang masyarakat dari lapisan atas hingga bawah. Goncangan ini sangat memengaruhi segala segi kehidupan manusia.

Selama dua tahun ini pula tidak ada satu pun negara di dunia yang sigap dan tanggap mengatasi virus corona. Secanggih apa pun peralatan yang dimiliki. Sebagus apa pun sistem kesehatan yang mereka miliki, ternyata belum mampu mengentaskan masalah pandemi ini.

Di atas segalanya, pandemi Covid-19 ini telah mengungkapkan semua kebobrokan sistem kapitalisme. Termasuk masalah yang muncul pada sistem kesehatan yang merupakan satu paket dalam sistem kapitalis secara keseluruhan.

Sistem kesehatan kapitalisme terlahir dari sistem kehidupan kapitalisme. Oleh karena itu, kebijakan yang berkaitan dengan sistem kesehatan pun akan berdasarkan asas dari sistem kapitalisme. Apa pun persoalan yang melanda kehidupan, maka solusi sistem kapitalisme lebih mengutamakan investasi (kapital). Inilah mengapa sistem ini disebut sebagai sistem kapitalisme. Sebab lebih mengutamakan kapital di atas segala kepentingan.

Ketika pandemi Vovid-19 mulai melanda, kebijakan-kebijakan pemerintah lebih berorientasi untuk menjaga kestabilan investasi. Negara berpegang kepada investasi. Menetapkan kebijakan kesehatan pun dengan hitungan untung rugi. Bukan berdasarkan pelayanan publik. Mengingat tugas utama negara yang semestinya memastikan keamanan, kesehatan, keadilan, dan ketertiban bagi warga negaranya.

Saat ini, hampir seluruh negara di dunia menerapkan sistem kapitalisme. Baik secara keseluruhan maupun sebagian. Penerapan sistem kapitalisme telah menjadikan kesehatan juga dipandang menjadi bisnis yang sangat menguntungkan. Bukan untuk menjaga harta dan nyawa umat manusia.

Fenomena masyarakat global akibat pandemi Covid-19 ini akan terus berlangsung jika tidak menemukan solusi yang sangat mendasar yaitu sistem kepemimpinan berpikir dalam mengelola negara dan diemban oleh negara.

Sistem kapitalisme terbukti telah gagal dalam menjaga harta dan nyawa umat manusia. Kesenjangan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, perampokan, korupsi masih merajalela di dunia. Hari ini ditambah lagi dengan adanya korban ratusan juta yang meninggal akibat penanganan virus yang lambat dan penanganan kesehatan yang sangat buruk.

Beda halnya dengan sistem kapitalisme, sistem Islam memandang penyediaan kesehatan kepada warga negaranya dari perspektif manusia dan bukan aspek ekonomi. Hal ini berarti bahwa pemimpin negara Islam wajib untuk menyediakan sarana kesehatan yang memadai dan berkualitas baik kepada seluruh warga negaranya.

Kesehatan merupakan kebutuhan vital masyarakat yang pelayanannya dijamin oleh negara. Layanan kesehatan tersebut merupakan kebutuhan dasar (primer) bagi seluruh warga negaranya.

Dengan demikian negara wajib untuk selalu mengalokasikan anggaran belanjanya demi pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi seluruh rakyat. Negara tidak boleh melalaikan kewajiban tersebut. Negara tidak boleh mengalihkan tanggung jawab tersebut kepada pihak lain, baik kepada pihak swasta maupun kepada rakyatnya sendiri.

Semua itu dilakukan demi memenuhi tugasnya mengurus kebutuhan masyarakat dalam ketaatan kepada Allah SWT. Islam sebagai sebuah sistem kehidupan telah menawarkan beberapa aturan dan pedoman hidup bagi manusia yang berlaku secara universal yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jika sistem kapitalisme telah memberikan dampak buruk bagi kehidupan, maka kini saatnya menyuarakan kembali penerapan sistem kehidupan Islam dengan bentuk penegakkan Khilafah Islamiah yang akan menjaga harta dan nyawa umat manusia.

Allah telah menunjukkan bahwa sistem kapitalisme tak layak dipakai untuk mengatur kehidupan manusia. Islamlah  sistem paripurna yang memiliki semua solusi permasalahan karena memberikan solusi dengan memandang manusia sebagai manusia.

Seluruh dunia akan terberkahi dengan sistem khilafah ini. Tak ada yang sia-sia jika aturan Allah yang diterapkan di muka bumi.

Masihkah manusia percaya dengan sistem buatan manusia? Hendaknya segera mencampakkan sistem kapitalisme jika ingin selamat dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

”Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50).

Wallahu a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here