Opini

Bahayanya Pengarusutamaan Moderasi di Lembaga Sekolah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Netta Wardhani Savira(Aktivis Kampus)

wacana-edukasi.com, Dunia pendidikan memang sangat dibutuhkan seseorang untuk menemba ilmu. Terlepas dari madrasah utama seorang anak yakni Ibu. Lembaga sekolah menjadi sarana lain untuk mencari ilmu bagi seseorang terkhususnya bagi para pemuda generasi emas bangsa. Sudah jelas, sekolah mempunyai peran penting dalam membentuk kepribadian seseorang bahkan membentuk pola pikirnya.

Islam moderat. Istilah ini sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Tak bisa dipungkiri, di tengah kehidupan sekuler saat ini, berbagai cara akan dilakukan agar umat Islam jauh dari agamanya sendiri. Maka tak heran lahirnya istilah Islamfobia sering dialami oleh seorang muslim itu sendiri. Tak luput dari hal di atas, dunia pendidikan ini menjadi salah satu sarana pengarusutamaan moderasi agama termasuk di madrasah.

Mirisnya banyak sekolah yang menerapkan adanya pelajaran agama namun minim dalam mempelajarinya, bahkan tidak diajarkan secara utuh mengenai pelajaran agama. Selain itu, madrasah dan juga pesantren-pesantren yang ada pun tidak mengambil Islam secara kafah (menyeluruh), ada yang masih jauh dari hukum-hukum Islam yang ia pelajari setiap hari di pondok. Jika untuk anak pesantren saja sudah sangat memprihatinkan, bagaimana dengan pemuda-pemuda sekarang yang sangat jarang mempelajari agama?

Menyadari hal itu, Kementerian Agama meminta guru madrasah mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) untuk menyampaikan materi secara komprehensif. Hal ini perlu dilakukan agar siswa memiliki pandangan yang utuh atas fakta-fakta sejarah Islam yang terjadi.

“Sampaikan kepada peserta didik, fakta sejarah yang komprehensif agar siswa memahami sejarah Islam masa lalu secara utuh,” pesan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Muhammad Zain, di Tangerang, Kamis (25/2/2021).

Pesan ini disampaikan Zain secara daring kepada puluhan Guru Mata Pelajaran SKI yang mengikuti Workshop Pengembangan Kompetensi Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA/MAK. (sindonews.com 26/2/2021)

Menyadari pemuda-pemuda yang semakin jauh dari agamanya sendiri Kementerian Agama mengambil keputusan untuk meberlakukan pelajaran Agama secara mendalam dengan membahas sejarah Islam secara utuh yang selama ini disembunyikan dari pemuda muslim.

Sejak masa kejayaan Islam runtuh, tepat pada tanggal 3 Maret 1924, Islam semakin disingkirkan dari pandangan umat muslim. Segala cara dilakukan agar umat muslim tidak mengambil aturan-aturan Islam untuk dipakai, malah sangat melenceng dari aturan-aturan yang ditetapkan dalam Islam. Salah satu cara menjauhkan umat muslim dari agamanya sendiri adalah kurang menerapkan pelajaran yang menambah wawasan umat muslim dari Islam, malah menerapkan begitu banyak mata pelajaran yang menjauhkan umat Islam dari agamanya di hampir seluruh sekolah bahkan madrasah. Sejarah Islam pun tidak diajarkan apalagi yang berbau jihad dan khilafah bagai ditelan bumi.

Kita lihat faktanya Islam wasathiyah atau Islam moderat yang hari ini sedang diaruskan nyatanya adalah Islam yang dipersepsikan dan dikehendaki oleh kafir Barat. Yakni Islam yang mengakomodasi nilai-nilai Barat dan ramah terhadap kebijakan-kebijakan global yang sedang mereka tancapkan di seluruh dunia.

Kita tentu tak bisa menafikan, bahwa sikap ekstrem bahkan aksi-aksi teror yang dilakukan para pemuda memang nyata adanya. Namun menjadikan kasus-kasus itu sebagai alasan memoderasi atau menafsir ulang Islam dengan tafsiran yang menjauhkan umat dari hakikat kebenaran Islam justru merupakan bentuk penyesatan.

Kapitalis Barat, dengan segala cara mempropagandakan Islam dipikiran umat muslim melalui lembaga-lembaga internasional terus menyuarakan tentang pentingnya sikap toleran dan penghormatan atas nama Hak Asasi Manusia (HAM). Propaganda ini nyatanya adalah sekuel baru dari agenda perang global melawan terorisme (GWoT) yang dilanjutkan dengan perang melawan radikalisme Islam.

Lalu mereka pun membuat berbagai perjanjian dan proyek-proyek bantuan yang disandingkan dengan target penancapan gagasan-gagasan tersebut, khususnya di negeri-negeri Islam. Termasuk memunculkan gagasan untuk membangun jejaring muslim moderat yang mereka inisasi dalam skala global.

Mereka memobilisasi seluruh komponen umat yang bisa dimanfaatkan. Mereka merekrut lembaga-lembaga pendidikan, para akademisi, kaum intelektual, LSM, media, bahkan kalangan ulama dan jejaringnya, termasuk lembaga pesantren dan madrasah, untuk masuk dalam proyek deradikalisasi tersebut. Tentu dengan effort dana dan energi yang tak ringan. (muslimahnews.com 02/03/2021).

Sangat disayangkan, bahkan penguasa pun termakan dengan kata-kata manis kapitalis barat sehingga mau bersama-sama bekerja sama, menerima kerja sama barat dengan proyek-proyek yang dalam hal ini kapitalis barat mempunyai kesempatan besar untuk menyusung pemikirannya ditengah-tengah masyarakat muslim. Padahal dibalik kerja sama yang diberikan, ada tujuan lain untuk mempropagandakan islam.

Maka kita akan melihat, bahwa apa yang dimaksud dengan Islam moderat atau wasathi adalah Islam yang tak anti Barat. Yakni Islam yang menerima ide-ide liberalisme kapitalisme di berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi. Sekaligus menerima gagasan pluralisme dan relativisme, yang ujung-ujungnya mendukung sekularisasi dan menolak gagasan atau gerakan penegakan syariat Islam.

Kapitalis Barat semakin menunjukan wajahnya yang bobrok, maka semestinya umat Islam mulai sadar dengan sistem yang diterapkan saat ini, yang tidak lain sistem ini dibuat oleh para kapitalis Barat itu sendiri, kita seperti boneka yang mau melakukan apa pun jika disuruh, walaupun melenceng dari syari’at. Padahal seharusnya kita diatur oleh Islam.

Setelah institusi khilafah runtuh, kapitalis Barat semakin gencar menyusung pemikirannya menjajah Islam, mereka tidak mau kerja keras mereka selama ini berjalan dengan sia-sia, itulah kenapa mereka dengan segala cara bahkan sampai sudah menunjukan wajah aslinya pada sistem ini ingin agar Islam tersingkir dari pemikiran umatnya dan terbuai dengan pemikiran-pemikiran fasad (rusak) nan fasik yang mereka bawa.

Maka, mereka pun serius berupaya melakukan deradikalisasi yang hakikatnya merupakan upaya sekularisasi dan deideologisasi Islam. Makar inilah yang sejatinya ada pada gagasan moderasi Islam yang semestinya diwaspadai oleh umat dan para penguasa mereka.

Terlebih yang mereka sasar adalah para pemuda Islam. Mereka tahu persis bahwa masa depan umat ini terletak pada para pemudanya. Bahkan di tangan pemuda hari inilah gambaran peradaban Islam di masa depan akan ditentukan. Jika para pemuda muslim hari ini memiliki kesadaran ideologis Islam yang kuat, tentulah akan menjadi lonceng kematian bagi peradaban kapitalisme di masa depan.

Dalam konteks pengarusan Islam moderat ini, madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya seperti pesantren, diniyah, dan perguruan tinggi Islam memang telah dipilih sebagai garda yang paling depan. Karena madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya memiliki banyak kelebihan yang tak dimiliki sistem pendidikan lain.

Walhasil umat Islam saat ini khususnya pemuda muslim saat ini, mengambil Islam sebagai agama mereka namun tidak melaksanakan aturan-aturan yang diterapkan dalam Islam secara kafah nan sempurna. Sebab, mereka dijauhkan dari Islam dan sistem politiknya. Bahkan ada beberapa ajaran Islam yang mereka anggap sangat tidak masuk akal. Na’udzubillah.

Maka sudah saatnya umat Islam menyadari dengan propaganda yang dilakukan kapitalis Barat untuk Islam, agar tidak terus tertipu dengan ajaran-ajaran yang dibawa kapitalis. Bahkan umat harus berkeyakinan, bahwa Islam ideologi yang hari ini dibenci kapitalis Barat dan berusaha direkayasa, sejatinya adalah kunci kebangkitan.

Islam ideologi inilah yang harus didakwahkan bahkan harus ditancapkan sebenar-benarnya dalam pemikiran ummat islam, terkhususnya pemuda-pemudi muslim. Dan tentu saja dengan cara dakwah yang mencerdaskan layaknya cara mengajar Rasulullah, jauh dari kata kekerasan.

Wallahu ‘alam biashshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here