wacana-edukasi.com — Perjalanan menuju Pilpres 2024 masih panjang. Namun, di sepanjang jalan yang cukup strategis, aroma persaingan antar politisi mulai menguar (kompas.com, 09/8/2021). Pemasangan baliho politik dijadikan ajang promosi diri.
Hal ini memperjelas bagaimana watak para politisi yang seolah enggan mengerti situasi rakyat di tengah pandemi. Bagaimana tidak, pemasangan baliho yang menelan dana cukup besar itu, bukan saja mengganggu dan merusak pemandangan, bahkan dinilai tidak efektif lagi meraih simpati masyarakat. Terlebih, rakyat tidak butuh tontonan yang tidak berdampak apa-apa pada keadaan mereka saat ini. Maka, tak heran jika banyak protes, makian, dan komentar buruk masyarakat terhadap ketidakpekaan para politisi di halaman media sosial kemudian menjadi viral.
Jika saja dana yang tak sedikit itu dipergunakan untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi, maka hal tersebut justru lebih bermanfaat. Sayangnya, hal ini pun tidak dapat dibenarkan karena niatnya tidak jelas. Bukan atas dasar kemanusiaan, melainkan untuk meraup dukungan massa demi memuaskan nafsu meraih kursi jabatan.
Apakah kepada orang-orang seperti ini kita pasrahkan kekuasaan untuk mengurusi urusan rakyat? Jelas sudah bisa ditebak bagaimana cara kerja mereka nanti, hanya memikirkan kepentingan pribadi dan sibuk mengisi pundi-pundi rupiah sebagai ganti dana promosi pencalonan.
Melihat fenomena seperti ini, masyarakat harusnya sadar hanya menjadi korban janji palsu ala demokrasi. Nyatanya berbagai kebijakan yang diambil hanya demi kepentingan segelintir elite politik, dan mengabaikan nasib rakyat. Apapun yang disuarakan oleh rakyat tidaklah berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil pemerintah. Oleh karena itu, mustahil di dalam sistem demokrasi kapitalistik ini lahir pemimpin yang amanah dan berempati atas segala problematika yang dihadapi rakyat.
Masyarakat harus memahami bahwa pemimpin yang pantas berkuasa hanyalah yang mementingkan dan mengutamakan kesejahteraan rakyat tanpa terkecuali. Pemimpin seperti ini hanya akan lahir di dalam negeri yang menerapkan Islam sebagai sistem yang mengatur kehidupan. Tiada solusi lain kecuali kembali kepada sistem hakiki yang mampu mewujudkan rahmat untuk seluruh alam.
Lugita Sandri
Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi
Views: 4
Comment here