Opini

Bandara Sepi, Utang Negara Meninggi, Akibat dari Privatisasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Sari Ramadani (Aktivitas Muslimah) 

“Pergi haji ke tanah suci

Lewat bandara yang selalu sepi

Disaat utang negara makin meninggi

Maka, butuh Islam sebagai solusi”

Pantun di atas merupakan gambaran kondisi negeri pada hari ini. Disaat utang negara makin meninggi, namun bandara masih saja sepi. Lantas, ke mana lagi harus mencari solusi?

Dampak pandemi pada bidang ekonomi sepertinya mulai pulih, namun sayangnya beberapa fasilitas umum termasuk bandara di negeri ini masih belum mencapai target, bahkan merugi. Tercatat saat ini, Indonesia telah memiliki ratusan bandar udara (bandara) yang disediakan bagi penerbangan domestik dan internasional yang tersebar di seluruh provinsi (goodnewsfromindonesia.id, 21/08/2021).

Tak hanya itu, pengelolaan sejumlah bandara baru yang tercatat sepi penumpang, menjadi salah satu penyebab bengkaknya utang BUMN pengelola bandara, PT Angkasa Pura I. Di antara bandara baru tersebut yaitu Bandara Baru Yogyakarta (YIA) (m.kumparan.com, 05/12/2021).

Kartika Wirjoatmodjo selaku Wakil Menteri BUMN angkat suara, beliau mengungkapkan bahwa beban utang yang dimiliki PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I sudah mencapai Rp 35 triliun. Tingginya beban utang BUMN tersebut dikarenakan sejumlah bandara baru yang dikelola sepi penumpang. (m.kumparan.com, 04/12/2021).

Miris memang, ketika pengelola bandara mendapat kerugian biaya operasional hingga ratusan milyar per bulan sementara itu, kondisi bandara yang sepi sehingga menyebabkan tidak adanya pemasukan yang berarti.

Kemudian yang jadi pertanyaan besar adalah apa sebenarnya alasan pemerintah terus saja membangun bandara baru dan melibatkan pengelola asing? Sementara jika dilihat lagi, kondisi bandara sepi, bahkan merugi sebab tak ada pemasukan. Maka, jelaslah jika penguasa hari ini lebih condong memenangkan segala kepentingan swasta-asing, bukan malah siap siaga menyelamatkan harta negara dan mengutamakan kepentingan rakyatnya.

Tak hanya itu, alih-alih ingin mengutamakan kepentingan rakyat, penguasa hari ini malah tersibukkan dengan pembangunan segala infrastruktur termasuk bandara, yang pada akhirnya, rakyat juga yang akan menanggung beban utang negara lewat pajak-pajak yang diberlakukan oleh penguasa. Sebab, adanya modal yang dipinjamkan oleh investor asing untuk membangun infrastruktur di negeri ini, maka kewajiban untuk mengembalikan modal atau membayar utang negara harus tetap berjalan, sehingga tidak menutup kemungkinan penguasa negeri ini malah memilih jalan tengah yaitu lagi-lagi dengan “gali lubang tutup lubang, pinjam uang bayar utang”.

 

Miris memang melihat kondisi negeri ini, negeri yang terkenal kaya akan SDA namun terlilit utang hingga tak terkira sebab dengan sistem riba. Padahal di dalam Al-Quran, Allah dengan tegasnya melarang riba.

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 275).

Tak hanya itu, Ini semua terjadi tak lain tak bukan karena seluruh kekayaannya yang dimiliki negeri ini tak dikelola secara mandiri sehingga hasilnya pun tak masuk ke kas negara, tetapi masuk ke saku privat, baik domestik maupun asing. Karena itulah pembangunan infrastruktur pun harus diserahkan kepada para investor.

Sungguh, semestinya solusi dari ini semua adalah dengan menata ulang visi dari pembangunan infrastruktur dan juga pembiayaan serta pemanfaatannya yang sesuai dengan Islam. Selain itu juga negara harus rela mencampakkan jauh-jauh Mabda kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam yang dapat memberikan solusi tunggal bagi setiap problematika kehidupan. Termasuk juga soal utang negara yang makin hari makin membengkak. Maka dari itu, marilah sama-sama berjuang untuk menegakkan syariat Islam agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat mengatur individu, masyarakat hingga negara sehingga tak ada lagi kezaliman akibat dari penerapan sistem buatan akal manusia yaitu kapitalisme-demokrasi.

Wallahualam bissawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 5

Comment here