wacana-edukasi.com– Musim hujan kembali datang, artinya masyarakat harus bersiap dengan berbagai kemungkinan bencana yang bisa kapan saja terjadi. Seperti di Kalimantan Barat yang baru-baru ini terkena bencana banjir. Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Henny Herawati menyatakan bahwa penyebab banjir di Kalimantan Barat ini disebabkan oleh perubahan atau konversi lahan, sehingga jenis tutupan lahan berubah. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS). Sehingga, hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik (7/11).
Hal yang sama juga di Kabupaten Garut, Jawa barat tepatnya di wilayah kecamatan Sukaresmi di mana terjadi bencana banjir bandang yang salah satu pemicunya adalah kerusakan yang terjadi di kawasan hutan (8/11). Begitu pula bencana di berbagai daerah telah menjadi langganan ketika musim hujan tiba, sehingga masyarakat seolah terbiasa dengan fenomena yang ada kala hujan bertandang. Padahal, hujan adalah rahmat dari Allah Swt. bagi seluruh makhluk-Nya di muka bumi.
Jika kita telaah lebih dalam, berbagai bencana yang terjadi di sejumlah daerah tidak serta merta karena curah hujan yang tinggi. Ada peran manusia yang ikut andil memicu terjadinya bencana seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung. Sejatinya akar masalah dari semua itu adalah penerapan sistem kapitalisme yang materialistis. Sistem ini hanya peduli pada manfaat dan keuntungan secara ekonomi saja, meskipun harus mengorbankan lingkungan dan manusia.
Sistem kapitalisme memberikan kebebasan kepemilikan kepada siapa saja yang mempunyai kemampuan secara finansial. Hal ini menyebabkan terjadinya eksploitasi sumber daya alam (SDA) tanpa bisa dikendalikan. Padahal, ancaman bencana tampak jelas di depan mata jika kita lihat kondisi hutan primer yang ada. Namun, hingga saat ini belum ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi kerusakan alam. Pemerintah justru menggenjot pembangunan infrastruktur secara besar-besaran demi ambisi dan keserakahan korporasi.
Dalam Islam sangat jelas larangan untuk merusak lingkungan. Hal ini seperti termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 205, yang artinya :”Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman & binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. Dalam mengatasi kerusakan lingkungan yang menimpa dunia tidak akan pernah teratasi secara tepat selama akar masalahnya belum terselesaikan. Sebab akar masalah dari semua ini adalah penerapan sistem kapitalisme, maka jalan terbaik adalah dengan menggantinya dengan Islam sebagai sistem kehidupan.
Islam akan menetapkan kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan, pemanfaatan SDA untuk kemaslahatan umat manusia, dan menetapkan politik ekonomi berbasis syariat Islam. Pembangunan infrastruktur pun diprioritaskan dalam rangka penanganan bencana, seperti bendungan, kanal, pemecah ombak, tanggul, reboisasi, pemeliharaan DAS dari pendangkalan, tata kota yang berbasis pada amdal, serta pengaturan pemeliharaan lingkungan. Dalam Islam juga diberlakukan sanksi yang tegas bagi siapa pun yang berupaya untuk merusak lingkungan.
Dengan demikian, kerusakan alam dan pembangunan ala kapitalistik yang menyebabkan terjadinya berbagai bencana akan bisa teratasi ketika tata kelola negara ini berlandaskan pada Al-Qur’an dan sunah. Walhasil, kehidupan manusia beserta alam sekitarnya akan senantiasa terjaga sehingga keberkahan dan rida Allah Swt. didapat. Wallahu a’lam.
Eni hartuti
Cianjur
Views: 18
Comment here