Oleh :Susi Aisyah
wacana-edukasi.com– Puing-puing sampah berserakan
Dipulung untuk sesuap makanan
Meringis kaki kesakitan
Memijak kaca tajam yang menghujam
Darah mengucur dengan derasnya
Namun seolah tak dirasa karena tuntutan
Tuntutan zaman yang penuh dengan kekejaman
Dimanakah aku hidup sekarang?
Makan … makan … anakku meminta
Tangan di perut tanda tak tertahan
Mau kuberi makan apa?
Sebutir beras pun ku tak punya
Bulir-bulir air menetes dari ujung netra
Menahan isak agar tak ketahuan mereka
Senyum manis berupaya menenangkan
Seolah semua akan baik-baik saja
Ibu … aku lapar, ibu … aku juga lapar
Bergemuruh rasa mendengar suara itu
Ingin berteriak namun siapa yang mau dengar
Berharap pada mereka di istana katamu?
Ah … Itu hanya mimpi
Bukankah ingin mereka memang begini batinku
Ya … Kuurungkan niat kembali
Tetap melangkah sendiri dalam gontai kaki
Bukankan Allah Maha Baik
Bukankah Allah Maha Pemberi rezeki
Iya, sabar ya sayang! Pintaku meyakinkan
Sebentar lagi masakannya matang
Ubi satu batang pemberian tetangga semalam
Itulah jadi harapan untuk keluargaku tersayang
Cukup? Tentu tidak kawan
Untuk enam orang yang kelaparan
Beginilah hidup dalam sistem abal-abal
Islam dibuang katanya tak lagi relevan
Menjadikan punggawa yang banyak kapital
Sesuka hati menjadikan aturan
Apalagi moderasi agama digaungkan
Semakin rakyat tertindas menjadi babu di negeri sendiri
Sungguh aku takut akan azab berdatangan
Meluluhlantakkan negeri yang diberkahi
Medan, 19 Desember 2021
Views: 40
Comment here