Puisi

Batinku Menangis

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh :Susi Aisyah

wacana-edukasi.com– Puing-puing sampah berserakan
Dipulung untuk sesuap makanan
Meringis kaki kesakitan
Memijak kaca tajam yang menghujam

Darah mengucur dengan derasnya
Namun seolah tak dirasa karena tuntutan
Tuntutan zaman yang penuh dengan kekejaman
Dimanakah aku hidup sekarang?

Makan … makan … anakku meminta
Tangan di perut tanda tak tertahan
Mau kuberi makan apa?
Sebutir beras pun ku tak punya

Bulir-bulir air menetes dari ujung netra
Menahan isak agar tak ketahuan mereka
Senyum manis berupaya menenangkan
Seolah semua akan baik-baik saja

Ibu … aku lapar, ibu … aku juga lapar
Bergemuruh rasa mendengar suara itu
Ingin berteriak namun siapa yang mau dengar
Berharap pada mereka di istana katamu?

Ah … Itu hanya mimpi
Bukankah ingin mereka memang begini batinku
Ya … Kuurungkan niat kembali
Tetap melangkah sendiri dalam gontai kaki

Bukankan Allah Maha Baik
Bukankah Allah Maha Pemberi rezeki
Iya, sabar ya sayang! Pintaku meyakinkan
Sebentar lagi masakannya matang

Ubi satu batang pemberian tetangga semalam
Itulah jadi harapan untuk keluargaku tersayang
Cukup? Tentu tidak kawan
Untuk enam orang yang kelaparan

Beginilah hidup dalam sistem abal-abal
Islam dibuang katanya tak lagi relevan
Menjadikan punggawa yang banyak kapital
Sesuka hati menjadikan aturan

Apalagi moderasi agama digaungkan
Semakin rakyat tertindas menjadi babu di negeri sendiri
Sungguh aku takut akan azab berdatangan
Meluluhlantakkan negeri yang diberkahi

Medan, 19 Desember 2021

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 40

Comment here