Oleh : Naely L. Margia
wacana-edukasi.com, OPINI– Dalam upaya merealisasikan arahan Presiden Republik Indonesia terkait pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi muda, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) meluncurkan program inovatif “For Your Pancasila” bertajuk “Napak Tilas Sejarah Perjuangan di Bandung” di Pendopo Kota Bandung, Rabu 26 Juni 2024. Acara yang dihadiri 250 orang content creator ini bertujuan memperkokoh pemahaman dan penerapan nilai-nilai luhur Pancasila melalui pembelajaran aktif. Mahran Marbawi menyebut, Pancasila merupakan hal penting yang harus ditanamkan dalam diri generasi muda dan perlu disosialisasikan melalui konten-konten kreatif di media sosial. “Saat ini hampir seluruh kegiatan kita tak lepas dari gadget dan media sosial. Oleh karena itu dibutuhkan peran para content creator untuk mengedukasi sesama generasi muda tentang pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila. Diharapkan para content creator ini dapat menyisipkan nilai-nilai ideologi Pancasila dalam konten kreatif, inovatif dan mencerahkan,” ujarnya. (Bandung.go.id, 26/6/24)
Kemajuan teknologi telah mendorong banyak orang untuk menjadi content creator. Pembuatan konten yang mudah hanya dengan smartphone, perangkat lunak pengeditan yang user-friendly dan berbagai platform media sosial memungkinkan siapa saja untuk mulai membuat dan membagikan konten. Teknologi juga memungkinkan content creator untuk membangun komunitas dan berinteraksi dengan audiens mereka di seluruh dunia. Menjadi content creator memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan diri mereka secara kreatif dan memiliki kendali penuh atas konten yang mereka hasilkan. Belum lagi berbagai platform media yang menawarkan peluang monetisasi yang menarik, creator dapat menghasilkan uang melalui iklan, sponsorship, penjualan merchandise, dan banyak lagi, membuat profesi ini semakin menarik.
Namun apakah benar edukasi yang dibutuhkan oleh content creator adalah mengenai pemahaman mengenai nilai-nilai pancasila ?
Menjadi content creator saat ini bisa dianggap sebagai generasi pembawa informasi. Ini karena mereka memiliki peran penting dalam menyebarkan berbagai jenis informasi kepada audiens mereka. Namun perlu diingat, dengan kemudahan menyebarkan informasi, ada tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan akurat dan tidak menyesatkan. Sebab bila informasi yang disampaikan adalah sesuatu yang baik akan menjadi manfaat, pun sebaliknya. Maka dari itu content creator perlu memiliki standar dalam menentukan baik dan buruk.
Sebaik-baik standar adalah ajaran agama, sebab tanpa pemahaman agama standar baik dan buruk akan menjadi ‘relatif’. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim dan selayaknya seorang hamba, content creator maupun masyarakat pada umumnya, standar baik dan buruk harus disandarkan pada Penciptanya, yaitu Allah SWT. Allah SWT telah menetapkan segala yang baik dan buruk menurut pandangan-Nya dalam ajaran agama Islam, sehingga penting bagi setiap hamba-Nya untuk mengenal dan mengamalkan Islam dalam kehidupan, termasuk dalam membuat konten dan membagikan informasi. Sehingga bila kita mengamalkan kebaikan dalam standar Islam, pahalanya akan senantiasa mengalir dan keberkahan akan turun, pun manfaatnya akan dirasakan oleh banyak orang. Membuat konten dan membagikan informasi bisa menjadi bentuk ibadah.
Edukasi inilah yang semestinya dilakukan oleh negara kepada setiap individu muslim. Individu muslim harus bertakwa dengan dukungan negara yang melakukan dakwah Islam kepada rakyatnya. Negara bertanggung jawab membentuk individu yang bertakwa.
Menjadi individu yang Islami dapat dimulai dari mengenal Islam, memahami dan menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan individu Islami dapat dipengaruhi oleh tiga komponen; keluarga, masyarakat dan negara.
Yang pertama dengan pendidikan keluarga dari dalam rumah melalui peran orang tua. Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai Islami pada anak. Melalui teladan, nasihat, dan pendidikan agama yang konsisten, orang tua dapat menanamkan prinsip-prinsip Islam sejak dini.
Yang kedua peran masyarakat yang melaksanakan dakwah, saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah dari yang munkar. Dukungan masyarakat yang kuat dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi individu untuk mengamalkan ajaran Islam secara konsisten.
Yang ketiga kurikulum pendidikan sekolah yang dibentuk oleh negara memainkan peran penting dalam pengembangan individu Islami. Sekolah wajib menerapkan kurikulum berbasis nilai-nilai Islam agar individu memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan formal ini melengkapi pendidikan yang diberikan di rumah.
Menjadi Content Creator dalam era digital saat ini bisa menjadi pisau bermata dua. Bila tanpa bekal ilmu agama, maka segala upaya dalam menjalani profesinya menjadi sia-sia atau justru tanpa disadari berbuah dosa. Namun dengan ilmu agama, content creator akan menyandarkan baik-buruknya pada standar agama. Dengan demikian segala upaya akan dicurahkan dalam pekerjaannya karena paham betul konten yang ia buat bila mermanfaat akan menjadi pahala / kebaikan yang tidak ada putusnya. Maka sebetulnya bekal ilmu Islam-lah yang dibutuhkan, tidak hanya content creator, tapi seluruh umat Islam dalam pekerjaannya.
Wallahu a’lam bish shawwab.
Views: 10
Comment here