Opini

Benarkah Ungkapan “Aku Tidak Peduli dengan Naiknya Harga”?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Muthi Idris

wacana-edukasi.co.m– Tepat pada tanggal 3 September 2022, pukul 13.30 WIB pemerintah memutuskan sekaligus mengumjumkan menaikan harga BBM subsidi. Kenaikan harga diberlakukan tepat 1 jam setelah pengumuman, yaitu pukul 14.30 WIB. (ekbis.sindonews.com, 03/09/2022)

Seiring dengan itu beredar pula meme cukup memancing perdebatan di kalangan umat, kalimat dalam meme tersebut oleh beberapa kalangan dianggap sebagai pendapat ulama tentang kenaikan harga. Sebagaimana sudah diketahui, saat BBM naik maka sudah dapat dipastikan seluruh harga-harga turut naik. Kutipan kalimat dalam meme yang diunggah oleh akun Instagram @suaramadinahstore, pada 20 Agustus 2022, tersebut adalah sebagai berikut:

”Demi Allah, saya tidak peduli dengan kenaikan harga ini, sekalipun 1 biji gandum seharga 1 dinar! Kewajibanku adalah beribadah kepada Allah, sebagaimana yang di perintahkan kepadaku, dan Dia akan menanggung rizkiku, sebagaimana yang telah ia janjiukan kepadaku.” Didalam meme tersebut disertakan juga situs web www.konsultasisyariah.com.

Usut punya usut, kutipan kalimat diatas ternyata memang ada dalam sebuah kitab marterpeace yang berjudul asli ‘Uqala al Majanin’ (Kebijaksanaan Orang-orang Gila), karya ulama Abu al-Qasim an-Naisabi (w. 1016), seorang ahli tafsir dan hadits, sejarawan sekaligus sastrawan terkemukan di zamannya. Kitab tersebut menceritakan kisah nyata, tentang kebijaksanaan 500 tokoh muslim jenius yang dianggap gila, karena keberaniannya mengkritik penguasa, inspiratif, jenaka sekaligus berisi nasihat-nasihat moral.

Kutipan yang diambil di atas adalah perkatan tokoh yang bernama Bahlul (Abu Wahib Bahlul ibn Umar ibn al-Mughirah al-Majnun), dalam kitab terjemahanya (Kebijaksanaan Orang-Orang Gila), ada halaman 97. Penulis menilai, jelas itu bukan perkataan ulama, melainkan tokoh yang memiliki pesan dengan hikmah, bisa jadi kalimat tersebut juga memiliki makna mengkritik. Tokoh-tokoh dalam kitab memang sering dianggap gila, beberapa diantaranya memang menggantungkan kebutuhan hidup dari pemberian orang lain, sehinga bagi mereka cukuplah fokus beribadah di dalam mesjid.

*Bagaimana Islam Memandang Kenaikan Harga BBM*

Ada tawakal dan ikhtiar. Tawakal menurut Imam al-Ghazali adalah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tentram. Dalam ranah tawakal sering kali masih terjadi salah tafsir, di mana menjadimuncul sikap enggan bekerja dan melakukan usaha. Padahal Rasulullah saw pun pernah menegur salah satu sahabat yang menanggalkan untanya begitu saja, tanpa mengikatnya. Saat berpendapat, “saya telah benar-benar bertawakal kepada Allah.” Rasul saw, berkata, “ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakal.”

Adapun ikhtiar adalah usaha lahiriah yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Doa dan berserah memang harus selalu dihadirkan dalam setiap tindak-tanduk seorang muslim, namun bukan berarti menjadi pembenaran untuk berdiam diri atas berbagai kebutuhan atau himpitan hidup. Sebab Rasulullah saw pun tidak mencontohkan demikian, Beliau selalu tawakal, saat perang Beliau tetap berpikir, berstrategi dan memakai baju perang, tidak berperang dengan tangan dan persiapan kosong. Begitupun dalam kasus kenaikan harga BBM ini, ada tawakal dan ikhtiar yang harus kita lakukan.

Menaikan harga BBM tanpa alasan yang tak logis, adalah sebuah kezaliman. Bahkan jika dilihat dari hukum syara’ BBM ini termasuk dalam kepemilikan umum, haram untuk dimiliki swasta, baik asing maupun lokal, menjualnya adalah haram. Sebagaiman hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah: Dari Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma-, ia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda: “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara: air, padang rumput, dan api. Dan harganya adalah haram.”

*Ikhtiar Menghadapi Kezaliman*

Sebagai muslim, tidak bisa untuk tidak peduli, ancamannya berat, yaitu tidak akan diakui sebagai umat Rasulullah saw. “Barangsiapa yang bangun pagi tetapi dia tidak memikirkan kepentingan umat Islam maka dia bukan umatku ( umat Nabi Muhammad saw ).” ( HR. Muslim)

Hari ini kita tengah dihadapkan dengan satu kezaliman dengan kezaliman lainnya. Tentu saja kita harus peduli, selain bertawakal, lagi-lagi ada ikhtiar yang harus kita lakukan, terkhusus saat kita dihadapkan dengan sosok pembuat kebijakan yang zalim, sebagaimana tercantum dalam hadis al-Arbain al-Nawaiyah nomor 34, “Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Sebagai muslim wajib berikhtiar untuk merubah kezaliman atau kemungkaran yang sedang terjadi, disamping masifnya pembodohan publik, dengan di framing-nya opini negatif terhadap Islam kepada umatnya, agar mereka diam, apatis terhadap isu politik, dibuat takut untuk bersuara, melakukan aksi demonstrasi. Namun, di era digital ini, bersuaranya kita di kanal-kanal media yang kita miliki, semoga menjadi bukti, menjadi saksi bahwa kita bukan setan yang bisu.

InsyaAllah, akan menjadi bukti atas ikhtiar mengahadapi kezaliman, menyadarkan umat, sehingga bersama-sama bergerak menumbangkan kezaliman yang membelenggu kehidupan kita, sehingga kita bisa sampai pada kehidupan yang penuh keadilan, hidup dalam keridhaan Allah, hidup dengan penuh keberkahan. Semua itu tidak akan terwujud, kecuali kezaliman ini dimusnahkan dan diterpakanlah sistem Islam. Wallahu alam bi Shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 54

Comment here