Opini

Bencana Terus Melanda, Kapitalisme Sumber Masalah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nana Juwita, S. Si.

wacana-edukasi.com, OPINI– Lagi dan lagi, bencana alam kembali terjadi di negeri ini, salah satunya banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dilaporkan mengakibatkan 15 orang meninggal dunia. Berdasarkan data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, dari total belasan korban tersebut, 11 orang ditemukan di wilayah Kecamatan Canduang dan empat orang di Kecamatan Sungai Pua. Sementara itu Kecamatan IV Koto, banjir merendam di Nagari Koto Tuo. Sekitar 60 warga dievakuasi menuju SMPN 1 Koto Tuo. Sedangkan sejumlah rumah, 20 tempat usaha dan 1 sekolah tergenang banjir di wilayah itu. (https://www.cnnindonesia.com)

Bencana alam tidak hanya terjadi di Sumatera Barat, namun terjadi juga di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tepatnya di Desa Sambandate, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara di mana di wilayah tersebut dilanda Luapan banjir dari Sungai Lalindu setinggi dua meter, sehingga menghambat lebih kurang 300 kendaraan baik roda dua dan empat yang ingin melintasi area banjir tersebut. (https://www.cnnindonesia.com)

Jika kita mengamati memang, indonesia seperti sudah menjadi langganan banjir, longsor, gunung meletus, angin puting beliung ataupun bencana-bencana yang lain. Hal ini salah satunya disebabkan oleh rusaknya lingkungan akibat aktivitas manusia yang secara brutal mengeksplorasi sumber daya alam yang ada, tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi kehidupan manusia. Hal senada juga disampaikan oleh Wengki Purwanto, selaku Direktur Eksekutif Walhi Sumbar, Ia mengatakan bencana banjir dan longsor yang terjadi di daerah sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan peristiwa berulang yang disebutnya “makin ke sini makin parah”. Pemicu utamanya, kata dia, tak lain adalah kerusakan hutan yang disebabkan oleh aktivitas penebangan liar dan pembukan lahan. Sementara itu Gubernur Sumbar, Mahyeldi, mengatakan bencana banjir dan longsor di wilayahnya itu diakibatkan beberapa faktor di antaranya intensitas curah hujan yang tinggi yakni lebih dari 12 jam. Selain itu juga disebabkan saluran drainase yang kurang berfungsi dengan baik sehingga terjadi penyumbatan di beberapa titik. Termasuk penggundulan hutan dan deformasi.( https://www.bbc.com)

Dari paparan di atas jelas terlihat bahwa bencana dapat terjadi karena faktor alam, namun yang tidak kalah penting adalah karena faktor dari ulah tangan manusia yang semena-mena dalam mengeksplorasi sumber daya alam yang ada untuk kepentingan bisnis semata. Termasuk tata kelola pengelolaan sumber daya alam yang berbasis pada sistem kapitalisme sekuleristik yang menjadikan pihak-pihak tertentu dengan mudah mendapatkan izin untuk mengelola sumber daya alam yang ada seperti hutan, tambang dan lain-lain, namun mengabaikan keselamatan manusia. Sementara Islam memandang bahwa dalam rangka upaya mengelola sumber daya alam yang ada negara ataupun penguasa harus sepenuhnya mengelolanya dengan baik dan benar sesuai syariah, tidak merusak lingkungan, dan mempertimbangkan keselamatan umat bukan semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan.

Negara juga harus memastikan adanya mitigasi bagi wilayah yang dianggap rawan bencana, menentukan tempat evakuasi yang aman bagi masyarakat ketika terjadi bencana. Negara juga harus membangun bendungan ataupun saluran-saluran air yang dibutuhkan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya bencana, umat yang menjadi korban bencana alam juga menjadi kewajiban negara untuk menyediakan sandang, pangan dan papan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Karena ini merupakan kewajiban negara dalam rangka mengurusi urusan umatnya.

Islam juga menjelaskan bahwa hak untuk mengelola sumber daya alam ada pada negara, yaitu negara wajib mengelolanya secara mandiri. Tidak menyerahkannya pada asing, aseng ataupun pada kapitalis. Karena tambang emas, batu bara, nikel, gas alam, ini merupakan jenis kepemilikan umum yang wajib dikelola oleh negara untuk kemudian diperuntukkan bagi kepentingan umat. tidak seperti saat ini siapapun boleh memiliki tembang-tambang yang ada di indonesia asalkan memiliki uang dan koneksi. Sehingga terjadi liberalisasi pengelolan terhadap SDA, sementara negara tidak melakukan kontrol maka hasilnya masyarakat yang menjadi korban akibat eksplorasi SDA yang bebas tanpa batas.

Adapun faktor lain dari terjadinya bencana adalah bentuk kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara individu ataupun kelompok. Bentuk kemaksiatan yang nyata pada saat ini adalah ketika manusia tidak mau menggunakan aturan Allah Swt dalam mengurusi urusan hidupnya. Umat hanya berfokus pada hukum syariah yang mengatur hubungan dirinya dengan Allah Swt seperti masalah sholat, puasa, zakat ataupun haji. Namun ketika terkait dengan aturan bermasyarakat dan bernegara umat berlepas dari keterikatannya terhadap hukum Islam. Umat enggan menjadikan Islam sebagai solusi satu-satunya, malah menjadikan kapitalisme sekuler sebagai cara pandang mereka dalam berbuat. Sesungguhnya ini lah sumber bencana atas negeri ini di mana ketika manusia berlepas dari hukum Allah Swt, maka hilanglah berkah dan keselamatan umat ini. Hal ini jelas bahwa Allah SWT berfiman dalam (QS Ar-Rum/30:41):

Yang artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)”

Kelestarian alam akan terjaga ketika Islam dijadikan konsep dan aturan dalam hal pengelolaan SDA, namun ketika urusan umat masih di atur oleh aturan yang bukan berasal dari Islam, maka negeri ini akan terus dilanda oleh bencana. Wallahu A’lam Bisshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here