Opini

Beratnya Beban Hidup, Memicu Baby Blues

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Fitri Khoirunisa, A.Md. ( Aktivis Muslimah Kubu Raya )

wacana-edukasi.com, OPINI– Siap nikah itu artinya kita harus siap dengan semua apa yang kita dapat dalam pernikahan, ujian ekonomi , perbedaan pendapat dengan suami sampai kesiapan dalam memiliki anak. Memang tidak mudah menjadi ibu namun kita harus menjaga mental kita agar tetap sehat saat merawat bayi kita. Saat ini tingginya kasus baby blues menggambarkan kesehatan mental ibu sedang terganggu, yang tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kesiapan menjadi orang tua.

Sayangnya kurikulum pendidikan Indonesia saat ini tidak menjadikan kesiapan menjadi orang tua sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap orang. Bahkan Pendidikan Indonesia justru jauh dari nilai-nilai agama yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.

Ibu hamil dan menyusui menjadi salah satu kelompok masyarakat yang memiliki persentase gangguan kesehatan mental tinggi di Indonesia. Jika berlarut-larut dan tidak ditangani, kondisi ini bisa berujung depresi.

Adapun gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia dini, ini kata Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren dan psikolog Dra Maria Ekowati ( detikcom /Jumat /26/5/2023).

Gangguan kesehatan mental tinggi pada populasi ibu hamil, menyusui, dan ibu dengan anak usia dini. Bahkan di Lampung, 25 persen wanita mengalami gangguan depresi setelah melahirkan.

Hal tersebut terungkap dalam data laporan Indonesia National Adlescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2023. Kemudian, hasil penelitian Andrianti (2020) terungkap, 32 persen ibu hamil mengalami depresi dan 27 persen depresi pasca melahirkan. Selain itu, penelitian skala nasional menunjukkan 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka ini tertinggi ketiga di Asia. ( republika.co.id/28/5/2023)
Hasil riset The Conversation, University of Queensland, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat pada 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 20 remaja (5,5%) di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental. Artinya, sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia termasuk dalam kelompok orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Coba bayangkan, bagaimana mereka akan menjadi calon ibu tangguh, sedangkan pada usia muda saja sudah mengalami gangguan mental? Apa jadinya generasi masa depan jika melihat calon-calon ibu pencetak generasi banyak mengalami gangguan mental? Bisakah terwujud generasi tangguh dan berkualitas kelak?

Lebih-lebih, peradaban mana pun, jika ingin merusak generasinya, sasaran pertama adalah dengan merusak ibu dan calon ibu mereka. Inilah wajah generasi hasil peradaban sekuler. Seharusnya Kapitalismejugaberperandalammengurangisupportingsystemyangdibutuhkanolehibubaru bukan malah lepas tangan dan malah memperparah keadaan.
Kemudian di sisi lain, banyaknya ibu yang mengalami gangguan kesehatan mental dipicu oleh sistem kapitalisme ini. Bagaimana ibu mau sehat mentalnya jika untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja begitu susah? Bagaimana pula ibu bisa berpikir jernih dan tidak terbebani jika sistem kapitalisme mempersulit para ayah mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarganya?

Bagaimana mau keluar dari lingkaran stres, sedangkan orang tua menanggung beban ekonomi yang berat dan melelahkan? Faktanya, bahkan beberapa kasus ibu membunuh anak kerap dipicu kehidupan ekonomi yang kian berat. Wanita di paksa untuk keluar rumah untuk bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Saat pulang ke rumah beban pekerjaan pun ikut menghantui.

Kondisi baby blues syndrome sebenarnya bisa dicegah sejak dini, yaitu menyiapkan sistem pendidikan dan supporting system, dalam hal ini negara sebagai pembuat kebijakan. Kurikulum pendidikan Islam sangat komprehensif dan sesuai fitrah manusia sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orang tua, termasuk menjadikan orang tua sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak.

Seperti apa gambaran Islam menyiapkan generasi sebagai calon orang tua masa depan yang tangguh? Begini tahapannya.
Pertama, menerapkan kurikulum berbasis akidah Islam. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam pada setiap individu serta membekali generasi dengan tsaqafah Islam. Jika hal ini sudah terbentuk, setiap individu akan memiliki fondasi akidah Islam yang kukuh, pandangannya tentang dunia dan akhirat jelas akan berbeda.

Para calon ibu dan ayah yang memahami peran mulia sebagai orang tua, tidak akan mudah mengalami gangguan stres atau depresi mengarungi berbagai ujian hidup. Mereka akan berupaya menjadi orang tua terbaik yang diinginkan Allah Taala. Mereka juga memahami bahwa anak adalah titipan sekaligus amanah dari-Nya. Mereka akan melakoni perannya dengan baik karena di situlah letak kemuliaan orang tua di sisi Allah, yakni mampu mendidik anak-anak menjadi generasi bersyahsiah Islam.

Kedua, dukungan sistem politik ekonomi Islam yang menyejahterakan. Untuk menghilangkan stres dan beratnya beban hidup, negara harus menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat secara optimal, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Jika ayah mendapat kemudahan mencari nafkah, ia bisa menghidupi keluarganya dengan baik. Kaum ibu juga tidak perlu bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Para ibu bisa fokus mengasuh dan mendidik anak mereka.

Negara juga harus menjamin pendidikan dan kesehatan dapat diakses dan dinikmati masyarakat secara gratis. Negara mengontrol dan mengawasi media agar tidak tersebar tayangan, berita, dan konten yang berbau kekerasan, eksploitasi seksual, pornografi, dan segala hal yang merusak kepribadian generasi.

Ketiga, supporting system berupa lingkungan sosial masyarakat yang Islami. Negara menciptakan kehidupan masyarakat yang bersih dari kemaksiatan sehingga terwujud masyarakat yang terbiasa beramar makruf nahi mungkar, serta saling menolong dan menyayangi antar sesama.

Begitulah ketika penerapan sistem sosial pergaulan syariat Islam berjalan secara holistik. Kemaksiatan dan kriminalitas akan menurun seiring mewujudnya masyarakat bertakwa dan berada dalam suasana iman yang kukuh.

Peradaban Islam membangun masyarakat yang peduli sehingga supporting sistem terwujud optimal dalam masyarakat Islam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 4

Comment here