Syiar IslamTabligul Islam

Berkisahlah Bunda

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Raden Ajeng Febiyanti Handayani, S.Pd.

blank

Wacana-edukasi.com — Mendengarkan kisah disukai oleh semua orang bukan? Anak kecil sampai yang dewasa pun menyukainya. Bahkan momen yang dinanti oleh setiap anak sesaat sebelum tidur, ya mendengarkan kisah dari bunda atau ayahnya. Oleh karenanya bunda, berkisahlah pada buah hati sebagai upaya menancapkan pemikiran Islam pada buah cinta kita dan akhirnya akan membentuk kepribadian Islam padanya.

Bunda dan ayah, mengapa kita perlu berkisah? Berkisah pada putra dan putri kita akan memberikan kesan bahagia dan mendekatkan perasaan antara anak dan orang tua. Suasana yang terbangun saat berkisah membuat anak merasa nyaman berkomunikasi dengan kita. Berkisah membuat anak merasa terhibur. Mereka akan semakin terbuka untuk bercerita apapun yang mengganggu perasan dan pikirannya, sehingga kita akan menjadi orang pertama yang dicurhati jika kegalauan sedang melandanya. Kita bisa bayangkan, bagaimana jadinya jika mereka curhat pada teman apalagi teman lawan jenis? Alih-alih mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya, justru akan menambah masalah baru jika jalan keluar yang disarankan teman mereka merupakan saran yang tidak sesuai dengan pandangan Islam. Namun, jika anak-anak merasa dekat dengan orang tua, setiap masalah akan senantiasa dicurhatkan pada kita orang tuanya. Selain itu, Berkisah adalah cara yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan kebaikan pada anak. Motivasi, semangat dan pemahaman Islam dengan mudah kita tancapkan dalam benak mereka, karena saat berkisah tentu ada capaian target perubahan aqliyah anak bukan?
Penelitian menyebutkan bahwa sebanyak 35 surat dari 114 surat dalam Al-qur’an memuat kisah (1/4 Al-qur’an). Sudah sewajarnya jika kita mengisahkannya pada anak-anak supaya dapat mengambil hikmah, ibroh dari setiap kisah yang tersaji dalam Al-quran.

Mendidik anak merupakan amanah besar dari Allah sehingga perlu kekuatan jiwa untuk mencapainya. Mulailah berinteraksi dengan Al-Quran, Shirah Nabawiyah dan Hadits sebagai bekal memupuk jiwa bagi orang tua. Hidupkanlah visi dan misi kehidupan ini, tularkanlah pada anak dengan berkisah. Anak harus paham bahwa visi hidup manusia di dunia ini adalah meraih keridhoan Allah hingga Allah merahmati kita dengan surga-Nya kelak di akhirat. Dan misi hidup di dunia ini adalah melakukan semua amal dari bangun tidur hingga tidur kembali sesuai dengan hukum syara’ hingga mengantarkan kita kelak bahagia di akhirat. Menghidupkan visi dan misi hidup ini pada anak, dengan mudah kita tancapkan dengan berkisah.
Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (Q.S. Yusuf: 111)

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang beriman” (Q.S. Hud: 120)

Kisah apa yang dapat kita tuturkan pada anak? Kita dapat berkisah tentang para Nabi dan Rasul yang ada dalam Al-qur’an, kisah para sahabat Rasulullah saw, kisah para ulama terdahulu, kisah orang salih bahkan kisah kita sendiri saat masih remaja hingga dewasa. Kisah Nabi dan Rasul dalam Al-qur’an begitu banyak, sehingga kita tidak akan kekurangan bahan untuk berkisah. Semisal kisah nabi Adam, penggalan kisah-kisah beliau dengan istrinya, dengan anak-anaknya dapat dikisahkan dalam beberapa kali kisah dengan tema kisah yang berbeda, tetapi satu tujuan yaitu agar mempengaruhi perubahan aqliyah dan nafsiyah anak hingga ia dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah tersebut.

Kisah para sahabat Rasulullah dalam mendampingi dakwah Rasul saw., keimanan mereka, perjuangan, kesabaran dan pengorbanan mereka dalam membela Rasul saw. dan membela risalah Allah dapat menguatkan pemahaman dakwah anak hingga mereka makin bersemangat dalam melaksanakan ketaatan pada Allah Swt. Kisah para ulama terdahulu pun dapat kita kisahkan pada anak. Anak akan menyadari bagaimana kegigihan, kesabaran dan pengorbanan ulama dalam menuntut ilmu, hingga anak akan menyadari bahwa mereka pun harus lebih bersabar dalam menuntut ilmu dan lebih berkorban demi meraih keridhaan Allah Swt dalam menuntut ilmu. Kita akan terpesona saat anak mengorbankan waktu mainnya demi kelancaran setoran hafalan beberapa ayat Al-qur’an pada ustadz atau ustdzahnya. Kita akan merasa bahagia saat melihat mereka sabar dalam muraja’ah hafalannya. Itu semua buah dari penancapan keimanan oleh ayah-bunda saat berkisah padanya. Kisah orang-orang salih dalam menjalankan ketaatan tentu akan menginspirasi anak untuk tetap senantiasa mengikatkan amal mereka dengan hukum syara’ sebagaimana yang dikisahkan bunda. Kisah diri kita sendiri pun tidak kalah menarik. Tentu kita punya kisah menyenangkan dan kisah berharga bukan dalam kehidupan kita? Kisah bunda remaja, saat kurangnya fasilitas belajar dari orang tua, tidak menyebabkan prestasi bunda menurun. Larangan berhijab saat remaja dulu, tidak menyebabkan bunda menyerah dalam melaksanakan syariat tentang berhijab syar’i, kisah bagaimana bunda dan ayah menjaga pergaulannya dengan lawan jenis, tentu akan sangat menginspirasi anak-anak dalam mewujudkan ketaatan mereka pada Allah SWT. Akan luar biasa dampaknya.

Ada beberapa hal yang perlu ditularkan pada anak saat berkisah yaitu: Pertama, Besarnya pahala atas amal yang dikisahkan, Kedua, Allah Swt rida atas amal yang dikisahkan. Ketiga, Orang tua rida atas amal yang dikisahkan. Keempat, Bahwa penting memiliki karakter seperti yang dikisahkan. Kelima, Bagaimana anak bisa mengharmonikan karakter tersebut dalam kehidupannya. Itulah 5 konten yang perlu ditularkan pada anak.
Bagaimanakah bunda memulai berkisah? Ada yang harus disiapkan oleh bunda dan ayah. Menyiapkan diri, dengan berinteraksi dengan Al-qur’an (Khatamkan Al-qur’an dan baca terjemah Al-qur’an), ikuti kajian Islam intensif sebagai bekal berkisah, baca hadits-hadits, mendalami kisah yang akan dituturkan, sediakan waktu untuk berkisah.

Tingkatkan kemampuan dalam Berkisah, yaitu: Pertama, Berkisah dari hati. Kedua, Kemampuan yang berkualitas dan punya tujuan. Ketiga, Kisah relevan dengan tujuan. Keempat, Kisah membuat penasaran. Kelima, Berkisah dengan penghayatan: atur suara dan gerak. Keenam, Bahasa dan mimik sesuai usia anak. Ketujuh, Kaitkan kisah dengan 5 poin konten dan kedelapan, Libatkan anak/respon dari anak.

Berkisah dapat memperbaiki hubungan hati ayah, ibu dan anak, maka tingkatkan frekuensi dan kemampuan berkisah. Berkisah dapat menancapkan pemikiran Islam pada anak dan dengan mudah membentuk pribadinya menjadi kepribadian Islam. Oleh karenanya, mulailah berkisah bunda..

Wallahu a’lam bisshowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 29

Comment here