Oleh : Lely Novitasari
(Aktivis Generasi Peradaban Islam)
wacana-edukasi.com, OPINI-– Seruan boikot produk Zionis Entitas Yahudi sebagian masih menyuarakan di media sosialnya. Di sisi lain, melansir media TVone, tanda dukungan dari Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas mengungkapkan, bahwa seluruh produk yang berasal dari entitas zionis yahudi haram untuk dibeli.
Ramadan yang umumnya identik dengan kurma, kini sebagian umat Islam di dunia memilih lebih berhati-hati dalam membelinya. Sebab, sebagian meyakini boikot produk setidaknya bisa melemahkan pemasukan perekonomian zionis entitas yahudi.
Walau tidak secara langsung bisa menghentikan kejahatan zionis entitas yahudi, tapi ini bisa menjadi bagian dari strategi untuk membuat mereka semakin terpuruk ekonominya. Badan Pusat Statistik entitas zionis menyatakan perang secara tajam membatasi pengeluaran, perjalanan atau wisata, dan investasi.
Mengutip Middle East Eye, Minggu (3/2) sepertiga dari total ekspor kurma produsen Israel dilakukan selama bulan Ramadan. Salah satu eksportir terbesar zionis entitas yahudi adalah Hadiklaim. Ia menjual kurma di supermarket dengan nama berikut: King Solomon, Jordan River dan Jordan River Bio-Top.
Akan tetapi di sisi lain, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menambahkan bahwa aksi boikot produk yang berasal dari zionis entitas yahudi saja tidak cukup untuk memberikan efek jera atau menghentikan serangan zionis entitas yahudi terhadap Palestina. Seharusnya ada upaya dari pemerintah juga negara di dunia melakukan langkah-langkah kongkrit lain yang lebih akurat untuk dapat menghentikan penindasan yang dilakukan tentara zionis entitas yahudi.
Melansir BBC(dot)com, kelompok Houthi sebagai contoh awal, yang didukung Iran, telah menyasar kapal-kapal kargo di Laut Merah yang menuju Terusan Suez. Dikatakan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Senin (19/02) bahwa serangan demi serangan telah memotong pemasukan Terusan Suez sebesar 40-50% tahun ini.
Dengan kelompok Houthi yang telah melancarkan banyak serangan dari Yaman terhadap kapal-kapal yang diklaim milik zionis entitas yahudi, baik yang berbendera zionis maupun dimiliki zionis atau kapal-kapal yang menuju pelabuhan ke arah mereka terbukti membuat zionis dan sekutunya geram.
Namun, faktanya boikot jalur laut alias blokade dari Houti belum terlalu signifikan bisa menghukum mundur penjajahan entitas zionis yahudi dari wilayah Palestina. Bahkan kabar terbaru zionis menyerang kembali Rumah Sakit, tepat tanggal 18 Maret 2024 Rs. As Shifa dibombardir dan tentara zionis kembali menculik serta membunuh rakyat Palestina dengan tangan dinginnya.
Dilansir Voa Indonesia, dengan pongahnya PM entitas zionis yahudi, Netanyahu sesumbar, “Tekanan internasional sebesar apapun tak akan hentikan kami wujudkan semua tujuan perang: Melenyapkan Hamas, bebaskan sandera kami, dan pastikan bahwa Gaza tak lagi jadi ancaman bagi entitasnya.”
Bahkan di bulan Ramadhan ini, serangan yang dilakukan semakin masif. Rumah Sakit kembali dihujami bom. Penduduk Palestina yang ingin mengungsi pun dihujani bom melalui drone.
Ironinya, negeri ini yang mayoritasnya umat beragama Islam, masih ada saja sebagian yang kurang memiliki empati sebagai sesama saudara. Bahkan di bulan Ramadhan ini, sebagian rela ikut mengantri hanya untuk segelas kopi yang diberikan secara gratis untuk berbuka puasa. Padahal jelas cafe kopi itu terafiliasi dengan zionis.
Lebih memalukan lagi wilayah yang bertetangga langsung dengan perbatasan Palestina, namun tidak sedikitpun bergerak memberikan bantuan militernya. Bukankah mereka mampu?
Sementara di belahan dunia Barat, sebagian besar penduduknya melakukan aksi dengan lantang memboikot produk-produk yang terafiliasi, bahkan menyuarakan dengan tegas di aksi-aksi besarnya. Meskipun berbeda pandangan dengan pemerintahannya sendiri.
Harusnya malu, umat Islam yang jumlahnya hampir 2 miliyar di dunia tapi belum bisa melawan zionis yang jumlahnya lebih kecil. Bahkan di negeri ini yang mayoritasnya beragama Islam, belum semua merasakan kegeraman yang sama. Menjadi PR besar bagi umat Islam, untuk memiliki kepedulian dengan aksi nyata serta bersatu dalam perasaan, pemikiran serta peraturan yang sama. Tidak hanya kesamaan akidah, tapi juga harus memiliki kesamaan dalam cara membebaskan Palestina dari kezholiman dan genosida. Tentu tidak akan ada solusi jika terus kompromi melalui jalur PBB dan sejenisnya. Sebab semua instansi PBB dan lainnya merupakan buatan Amerika dan sekutunya.
Bila sekecil-kecilnya ikhtiar boikot tidak bisa dijalankan, bagaimana memerdekakan Palestina? Selayaknya umat terus berusaha memboikot juga atas produk-produk zionis lainnya. Bahkan seharusnya terus ditingkatkan hingga boikot ideologi, yang membiarkan kekejaman itu merongrong Palestina. Yakni boikot ideologi kapitalisme yang membuat negara-negara adidaya masih bisa membantu dan mensuplai zionis dengan leluasa.
Tak dipungkiri ideologi kapitalisme jugalah yang menjadi biang keladi di tubuh umat Islam di luar Palestina tersibukkan dan fokus mengejar harta. Mulai dari untuk memenuhi kebutuhan hidup sampai gaya hidupnya. Hingga akhirnya membuatnya enggan ikut menyuarakan.
Ulama menyebut orang yang tidak menyatakan Al-Haq (kebenaran), maka dia adalah setan bisu. Selayaknya umat berusaha dengan ikut mencegah kemungkaran dan kezholiman, bisa jadi satu dari sebab tertahannya siksa Allah Ta’ala atas sebuah kaum atau bangsa secara merata. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَٱتَّقُواْ فِتۡنَةٗ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمۡ خَآصَّةٗۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”
(Surat Al-Anfal: Ayat 25)
Kembali Teguh Memegang Akidah Islam
Dalam sejarahnya Umat Islam menjadi lemah ketika tidak lagi memegang teguh akidahnya. Jika peradaban Barat bangkit dari dark age sebab meninggalkan agamanya, tapi tidak dengan umat Islam. Justru umat Islam saat meninggalkan agamanya, itulah awal mulainya kemerosotan dalam segala bidang hidupnya.
Belajar dari sejarah. Umat mulai mengalami fase kemunduran di masa Kekhalifahan Abdul Majid I (1823-1861) adalah khalifah/pemimpin di masa Khilafah Utsmani yang menggantikan ayahnya, Mahmud II. Masa pemerintahannya ditandai dengan bangkitnya nasionalisme di negara itu dan menempa persekutuan dengan kekuatan utama Eropa.
Khalifah Abdul Majid I menjadi khalifah pertama yang melakukan westernisasi di sistem kepemerintahannya secara resmi. Dialah yang pertama kali mengambil langkah gerakan ini dan mengeluarkan perintah resmi tentang adanya organisasi pemerintahan pada 1854 dan 1856 M.
Wabah westernisasi kian menyebar ganas dari wilayah Utsmani hingga ke berbagai wilayah lainnya. Di Tunisia, Muhammad Bay mengeluarkan apa yang disebut “dengan kesepakatan” pada 1857 M. Ironi bagi umat Islam, usaha modernisasi yang dulunya menjadi keinginan bangsa Eropa untuk mengalahkan Negara Islam, langsung mendapatkan dukungan dan angin segar dari kelompok-kelompok elit penguasa serta mendapat restu khalifah untuk menerapkan proses westernisasi dalam masyarakat Muslim.
Terbukti paham nasionalisme yang mengkotak-kotakkan dan memecah belah persatuan kaum muslim sampai kini semakin memperpuruk keadaan. Umat Islam seolah tertidur tidak lagi memiliki kekuatan dan disegani sebagaimana dulu masa peradaban Islam menerangi dunia. Bahkan mimpi buruk nyata terbesar yang memperpuruk kondisi umat tatkala negara/daulah yang menjadi pelindung diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Ataturk.
Maka, belajar dari masa lalu yakni untuk mengembalikan kemuliaan dan kekuatan kaum muslim, tidak lain dengan mencampakkan hukum-hukum yang membatasi dan membuat garis khayal bernama nation-state. Membuang jauh-jauh ideologi kapitalisme yang mengarahkan umat fokus pada harta dan dirinya sendiri.
Umat selayaknya menyuarakan ideologi yang lebih layak untuk diterapkan, yaitu ideologi Islam. Yang mampu menghapus batas khayal teritorial. Memudahkan umat memberikan bantuan dengan otoritas negara. Maka agar negara dapat mengemban ideologi Islam, umat selayaknya menggencarkan dakwah.
Dakwah yang dilakukan adalah dakwah pemikiran yang menjadikan rakyat berpegang kuat pada akidah Islam sekaligus menjadikannya sebagai Qaidah dan Qiyadah fikriyah (landasan cara berfikir). Dakwah inilah yang dicontohkan Nabi Saw kepada umatnya. Umat disadarkan bahwa yang memerlukan Islam adalah mereka. Sebab Islam tanpa mereka tetap sempurna dan mulia, tapi umat tanpa akidah Islamnya bagaikan tubuh tanpa ruh.
Sistem Islam mampu menjadikan negara berdaulat dan bersikap tegas demi keselamatan rakyat serta umat Islam seluruhnya, di manapun wilayahnya. Maka negara yang menerapkan sistem Islam akan mampu menyatukan umat dalam satu aturan yang sama, perasaan dan pemikiran yang sama. Sebagaimana Sistem Islam di masa Kekhilafahan Khulafaur Rasyidin. Menyatukan dan melindungi akidah, jiwa dan harta kaum muslimin.
Nabi Saw. berkata: “Seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari no. 6026 dan Muslim no. 2585)
Hubungan antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya sudah seharusnya bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi. Bangunan tidak akan tegak berdiri kalau salah satu komponennya tidak ada ataupun rusak. Dari hadist ini digambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesama umat Islam. Bukankah gambaran ini yang harusnya diamalkan saat melihat umat Islam di Palestina dizholimi?
Wallahu’alam bishowab.
Views: 22
Comment here