Opini

Bukti Nyata Zalimnya Kapitalisme di Drama Squid Game

blank
Bagikan di media sosialmu

Bukti Nyata Zhalimnya Kapitalisme di Drama “Squid Game.”

Oleh : Riannisa Riu

wacana-edukasi.com– Negeri Korea Selatan memang terkenal dengan produk hiburan yang luar biasa. Banyak produk film, lagu, K-Pop dan drama yang dihasilkannya menuai sukses dan trending hingga ke mancanegara. Salah satu serial drama yang populer akhir-akhir ini adalah Squid Game. Drama realistis yang berkisah tentang persaingan 456 manusia dalam permainan hidup dan mati ini rupanya sangat disukai. Padahal kisah yang diceritakan di dalam drama ini amatlah mengerikan.

Bagaimana tidak? Ke-456 peserta dalam permainan Squid Game rata-rata adalah masyarakat golongan menengah ataupun miskin yang terhimpit banyak utang. Entah itu hutang akibat bunga pinjaman online, utang akibat judi, atau investasi saham yang gagal. Selain itu, ada pula buronan para mafia dan orang yang menyewa calo ilegal dengan uang curian untuk menyelundupkan ibunya keluar dari Korea Utara. Mereka semua adalah orang-orang yang membutuhkan banyak sekali uang. Bukan cuma sejuta atau dua juta, namun sudah hitungan miliar dan trilyunan won, dan tidak mampu mendapatkannya, kecuali dengan mengikuti Squid Game. Ini adalah potret rangkaian kemaksiatan yang amat mengerikan.

Realitas kehidupan yang digambarkan dalam drama Squid Game ini adalah bukti nyata kezhaliman sistem kapitalisme. Sistem ekonomi kapitalis saat ini sungguh memberatkan masyarakat. Pajak yang besar, mahalnya pendidikan dan kesehatan, tidak adanya jaminan keamanan, sulitnya mencari lowongan pekerjaan, dan mudahnya pelaksanaan riba menjadikan masyarakat beralih dari cara-cara yang halal menuju jalan yang haram untuk mendapatkan uang. Sampai-sampai masyarakat hari ini menganggap bahwa jika tidak riba, tidak mungkin mereka akan kaya atau memiliki kebutuhan rumah tangga yang baik.

Astaghfirullahaladzim, sungguh nyata kezhaliman sistem kapitalisme hari ini. Sistem ini membuat jurang pemisah nyata antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin. Menjadikan si kaya semakin kaya dan si miskin semakin melarat. Para pemilik kekayaan seolah bisa mempermainkan yang miskin dengan mudah. Kehormatan, harga diri, bahkan nyawa manusia bisa dibeli oleh uang semata. Tiada rasa takut pada hal yang kelak akan terjadi setelah mati. Kematian malah dianggap sebagai suatu pelarian, sebagai kebebasan dari penderitaan yang dialami di dunia.

Padahal diriwayatkan dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian berangan-angan untuk mati, karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku, dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.”” (HR Bukhari no. 6351, 5671, dan Muslim no. 2680)

Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di atas adalah perintah jelas bahwa seorang manusia dilarang mengharapkan kematian, atau bahkan meminta kematian. Manusia diwajibkan untuk bersabar atas musibah yang menimpanya. Namun, hal ini tidak menghapuskan fakta kezhaliman sistem kapitalisme hari ini. Seharusnya penguasa sebagai pihak yang berwenang mampu bertindak lebih baik dalam hal ini, yakni dengan menerapkan syariat Islam. Karena hanya Islam-lah yang mampu memberikan keadilan dan kesejahteraan yang sempurna bagi seluruh rakyat.

Sistem Islam memiliki seluruh peraturan dan ilmu yang dibutuhkan masyarakat. Penerapan sistem Islam akan menjadikan seluruh sumber daya alam sebagai kepemilikan umum yang mutlak dikelola oleh negara, dan haram hukumnya apabila diambil atau dibeli oleh pihak asing atau swasta manapun. Dengan demikian, hasil keuntungannya dari sumber daya alam tadi akan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Mulai dari sandang, pangan dan papan serta pembentukan lapangan pekerjaan yang amat luas, mampu menjamin pendidikan seluruh rakyat secara gratis, kesehatan semua orang tanpa membayar sedikit pun, juga adanya jaminan keamanan dan pembangunan infrastruktur beserta kebutuhan publik lainnya seperti transportasi umum, pembangunan gedung sekolah atau stasiun kereta api, dsb. Bahkan negara pun menjamin pertolongan bagi masyarakat yang membutuhkan pinjaman modal usaha tanpa adanya bunga sedikit pun. Sistem Ekonomi Islam akan menjauhkan segala jenis riba dan juga induknya yakni perbankan dan sistem ekonomi kapitalis dari seluruh masyarakat.

Hal ini bukanlah sebuah utopia, namun sebuah keniscayaan yang jelas. Sebab sistem Islam akan menjaga masyarakat berada dalam suasana keimanan dan ketakwaan kepada Allah Taala, dengan diterapkannya hukum Islam. Menjadikan masyarakat pun terjaga gaya hidupnya. Terhindar dari mengonsumsi khamar atau bermain judi yang diharamkan Allah Taala. Masyarakat yang aghniya (kaya) dan masyarakat biasa pun akan saling menghargai dan menyayangi atas dasar keimanan dan perintah Allah untuk mencintai sesama muslim. Tidak akan saling menyakiti apalagi menjadikan salah satu pihak sebagai bahan permainan. Sebab kaum muslimin mengetahui dengan pasti bahwa setiap perbuatan di dunia pasti akan dihisab oleh Allah Taala di akhirat kelak. Maka dengan demikian, sistem Islam adalah satu-satunya solusi yang mampu menghindarkan manusia dari kondisi mengerikan seperti yang digambarkan dalam drama Squid Game. Wallahu’alam bisshawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 40

Comment here