Oleh: Ummu Azmi (Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com, OPINI– Generasi muda merupakan generasi yang nantinya akan mengisi pergantian zaman. Generasi yang juga akan menjadi calon pejuang kebangkitan. Akan tetapi, dibutuhkan generasi yang tangguh dan kuat iman. Bukan generasi yang lemah dan mudah menyerah pada keadaan.
Keadaan yang tidak sesuai dengan ekspektasi terkadang membuat individu ataupun generasi menjadi depresi. Depresi ini terjadi salah satunya karena kurangnya komunikasi. Depresi yang dialami individu dan tidak tertangani sejak awal akan mungkin saja mengakibatkan terjadinya bunuh diri. Hanya saja, individu yang mengalami emosi ataupun mental yang kurang stabil ini bukan saja terjadi pada orang dewasa, tapi juga pada generasi muda dan bahkan pada anak yang masih usia SD. Seperti melansir dari detik.com (23/11/2023), seorang bocah SD di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Aksi nekat tersebut diduga karena dilarang main HP.
Selain itu, diberitakan dalam kompas.id (28/9/2023), siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan berinisial SR (13), kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya. Aparat terkait masih mendalami pemicu jatuhnya SR. Namun, ada dugaan kuat bahwa ia melakukan bunuh diri.
Tidak dapat dipercaya, ternyata terdapat banyak sekali kasus bunuh diri yang terjadi di tahun 2023 ini. Nahar, Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyampaikan bahwa setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. (rri.co.id, 11/11/2023)
Menyedihkan, generasi yang seharusnya diandalkan menjadi generasi penerus pengisi peradaban gemilang, faktanya beberapa dari mereka ada yang tidak sanggup menahan beban dan emosi dalam diri. Generasi muda merupakan generasi yang diharapkan akan menjadi agen perubahan, malah diantara mereka ada yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Seberapa berat kah beban yang mereka hadapi sampai harus melakukan hal tersebut?
Akan tetapi, jika dibaca dari berita yang dikutip, rasanya bukan karena persoalan yang begitu berat sehingga anak yang masih kecil tersebut berani mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Lalu, apakah yang menyebabkan anak yang masih kecil memiliki pemikiran bunuh diri sebagai jalan keluar atas permasalahan yang ia hadapi?
*Tanpa Islam*
Hidup yang sekuler liberal menjadikan manusia jauh dari agama. Manusia merasa memiliki kebebasan dan tidak ingin diatur. Mereka merasa bebas dalam bertingkah laku. Alhasil, mereka bertindak tanpa mempertimbangkan ajaran agama, apakah diperintahkan atau justru dilarang. Hal ini pun terjadi pada anak-anak.
Anak-anak yang mulai tumbuh akan mudah menyerap segala informasi yang mereka terima, baik yang positif maupun yang negatif. Gadget, yang mungkin sudah menemani keseharian mereka, dapat menjadi jendela atas semua informasi yang diperlukan dan diinginkan, bahkan juga dapat memberikan tayangan yang sebenarnya tidak boleh ditonton oleh anak-anak.
Namun pada realitanya, banyak sekali anak kecil yang sudah kecanduan gadget, seperti telepon genggam. Hanya dalam genggaman tangan, individu dapat mengakses apapun yang diinginkan. Banyak sekali game online, YouTube, tiktok, aplikasi untuk membaca dan membuat novel, dan lain sebagainya, yang menyuguhkan beragam jenis konten, baik yang positif maupun yang negatif. Tanpa pengawasan yang ketat, tontonan yang dilihat anak-anak pun bisa berdampak pada kehidupannya.
Anak-anak yang belum memiliki filter yang baik dalam menyaring informasi yang diterimanya, akan sangat mudah terpengaruh oleh apa yang dilihatnya di dalam handphone. Maka seharusnya, ada peran dari orang tua untuk membatasi dan memantau apa yang dilihat oleh anak-anak nya selama mereka bermain handphone. Dan juga, negara pun seharusnya bertanggungjawab dalam memfasilitasi rakyatnya dengan tontonan maupun aktivitas yang berkualitas. Bukan malah membiarkan segala jenis konten ataupun game beredar tanpa adanya filter dari yang berwenang.
Lalu, pendidikan sekuler juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan generasi memiliki mental yang kurang tangguh dalam menghadapi cobaan maupun hal yang tidak sesuai dengan harapan. Pendidikan sekuler membuat generasi mengabaikan tuntunan agama. Banyak dari generasi yang menjadikan pencapaian dunia sebagai kebahagiaan, seperti memiliki banyak uang, memiliki gadget, dan juga ingin serba instan, serta hal lainnya.
Namun, hal tersebut justru membuat banyak dari mereka terlena. Jika keinginan ataupun harapannya tidak tercapai, hidup seakan tidak adil dan dunianya seolah hancur menjadi berkeping-keping. Pemikiran seperti inilah yang bisa saja membuat individu salah memilih solusi, termasuk melakukan bunuh diri.
Selain itu, banyak keluarga yang tidak berfungsi dengan baik. Orang tua disibukkan bekerja dan mengurusi urusannya masing-masing, sehingga kurang mampu memberikan pemahaman yang benar kepada anak-anaknya sesuai ketentuan agama. Ditambah lagi dengan kondisi masyarakat sekarang yang lebih individualis. Masyarakat seolah acuh terhadap penjagaan generasi. Kemaksiatan yang terjadi pun seakan dibiarkan. Akhirnya, dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang seperti itu, sangat rentan sekali bagi generasi untuk memilih penyelesaian masalah mereka dengan cara yang salah.
Lalu, bagaimana seharusnya?
*Dengan Islam*
Dalam Islam, generasi akan sangat diperhatikan. Setiap individu wajib mempelajari ilmu agama. Dengan ilmu agama yang dipahaminya, individu tersebut akan memahamkan kembali ilmu agama kepada anak-anaknya. Orang tua akan menanamkan akidah Islam sejak kecil, sehingga pemikiran dan tindakan anak-anak lebih banyak mengacu pada syariat Islam, meskipun secara bertahap. Dan juga, masyarakat akan turut andil dalam menjaga generasi. Masyarakat tidak akan tinggal diam ketika ada kemaksiatan. Hal ini dilakukan untuk menjaga generasi.
Lalu, negara dalam Islam akan sangat selektif dalam memberi tontonan pada masyarakat. Tayangan yang bersifat kekerasan, porno, dan hal buruk lainnya yang akan mempengaruhi mental dan sikap individu tidak akan diizinkan beredar. Negara akan memfilter setiap tayangannya.
Dalam Islam, negara pun berperan sangat penting untuk menjaga generasi. Generasi akan diberikan pendidikan Islam, pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Generasi akan diberikan pemahaman Islam yang akan membuat mereka memiliki pola pikir dan pola sikap yang berstandar pada syariat Islam.
Mental generasi akan di jaga oleh akidah Islam. Generasi akan mampu menempatkan sesuatu apakah berada di bagian yang dikuasai manusia atau berada di wilayah yang tidak dikuasai manusia. Sehingga, mereka akan berpikir realistis. Dari pemahaman Islam yang telah mereka dapat, mereka juga akan sadar bahwa kebahagiaan seorang muslim ialah ketika Allah Swt. rida pada hamba-Nya, bukan dari kesenangan duniawi maupun pencapaian yang hanya bersifat duniawi. Mereka pun akan tahu bahwa setiap perbuatan pasti akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Jadi, mereka akan sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam bersikap, tidak bebas semaunya.
Generasi yang bermental tangguh dan berkepribadian Islam seperti ini hanya bisa dilahirkan ketika Islam diterapkan secara menyeluruh di semua aspek kehidupan. Generasi dalam kehidupan Islam akan menjadi generasi yang berkualitas, generasi yang cerdas, kuat imannya, tangguh, dan siap mengisi peradaban yang gemilang. Bukan generasi bermental lemah dan mudah depresi. Oleh karena itu, penerapan syariat Islam secara kaffah sangat diperlukan, salah satunya demi menjaga generasi. Wallahu’alam.
Views: 15
Comment here