Opini

Citayam Fashion Week : Potret Kehancuran Generasi

blank
Bagikan di media sosialmu

Penulis : Safira Achmad Pane

wacana-edukasi com– Baru-baru ini Fenomena Citayam Fashion Week menjadi tren hingga menjadikan zebra cross di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat menjadi arena catwalk dadakan. Fenomena ini berawal dari banyaknya para remaja dan pemuda yang datang berbondong-bondong memenuhi jalanan Citayam.

Dilansir dari laman Tribunnews.com (Jum’at 22 Juli 2022), pada konten Citayam Fashion Week nampak para remaja tersebut berkumpul dengan mengenakan busana yang unik dan menarik perhatian warganet. Para remaja ini kebanyakan datang dengan menggunakan gaya busana yang fashionable, kasual dan trendy ala street fashion ala luar. Busana yang dikenakan mulai dari kemeja flanel oversize, sneaker warna-warni, celana model 90an, sweater sport, hingga accesories dan jaket kulit. Sehingga banyak para tiktokers yang datang dan menjadikan fenomena ini menjadi sebuah konten, yang mana konten tersebut berisi wawancara dengan remaja yang ada di kawasan Citayam.

Terlihat wawancara oleh akun tiktok @itha_weee dengan 2 orang remaja laki-laki dan perempuam yang sedang berada dikawasan Citayam. Muhammad mukmin dan Rina saat diwawancarai mengatakan bahwa mereka baru saja berpacaran saat pertama kali bertemu. “PDKT nya gak lama kak, baru ketemu langsung nembak” ujar Rina.

Lalu di salah satu akun tiktok @ysf_channel beberapa remaja berkumpul dan berjoget dengan gerakan yang vulgar dan tanpa malu bahkan menganggap itu adalah hal yang seru dan menyenangkan.

Tentu hal ini mendapat perhatian dari publik. Terlebih lagi banyak para artis yang ikut memeriahkan tren Citayam Fashion Week ini, begitu juga para pejabat negara.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menanggapi munculnya fenomena tersebut lantaran belakangan mereka yang datang bukan hanya warga Jakarta saja tapi warga dari luar Jakarta yang tentunya dengan beragam keunikan dan busana yang mereka pakai yang kemudian viral di media sosial.

“Buat kita siapa saja boleh datang, mau dari mana saja boleh datang. Saya tidak mengistilahkan demokratisasi Jalan Jendral Sudirman. Dan kawasan itu kini enggak lagi digunakan untuk orang dari kalangan pekerja dan warga Jakarta, tapi sekarang jadi ruang publik dengan pengalaman baru dan keunikannya masing-masing. Tapi tetap kita berharap jaga kebersihan, jaga ketertiban dan keamanannya, patuhi aturan yang dibuat dan jangan mengganggu aktivitas masyarakat yang bekerja dan punya kesibukan, Selebihnya silahkan manfaatkan ruang tersebut untuk berekspresi dengan gaya dan pembawaan masing-masing,” tegas Gubernur Anies Baswedan. (Kompas.TV – 26/07/2022)

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto meninjau langsung kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang menjadi lokasi Citayam Fashion Week. Kak Seto menilai ABG ‘SCBD’ itu penuh dengan kreativitas.

“Kalau adik-adik di sini kami liat sebagai anak-anak yang penuh dengan potensi dan kreativitas, penuh dengan ide-ide cemerlang bahwa adik-adik bisa mengguncang Indonesia dengan kreativitas adik-adik remaja yang kemudian bisa dengan karya-karyanya, khususnya di bidang fashion,” kata Kak Seto di Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Sabtu (23/7/2022)

Presiden Joko Widodo turut bersuara menanggapi soal fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat itu. Menurutnya hal itu tidak perlu di permasalahkan selama kegiatan tersebut positif.

“Asalkan positif, saya kira nggak ada masalah. Jangan diramaikanlah, hal-hal yang positif itu di beri dukungan dan didorong” Kata Jokowi setelah menghadiri acara Hari Anak Nasional di Kebun Raya Bogor, Sabtu (23/7/2022) (Kompas.TV – 26/07/2022)

Tanggapan dari beberapa pejabat negara tersebut menuai banyak kontra di masyarakat. Karena menganggap bahwa fenomena Citayam ini menampilkan gambaran pemuda yang krisis jati diri. Bagaimana tidak, banyak dari mereka berusia belasan tahun yang seharusnya fokus pada pendidikan sekolah tapi malah asyik nongkrong dan mencerminkan perilaku yang buruk.

Dari fenomena Citayam ini juga muncul bibit-bibit L68T yang tampaknya akan menjadi wadah bagi mereka, lalu para remaja juga menjadikan fenomena ini sebagai ajang untuk kemaksiatan seperti berpacaran, interaksi dengan lawan jenis tanpa batas, berjoget tanpa malu atau berpakaian yang tabarruj. Sungguh, fenomena miris ini sangat jauh dari tuntutan keimanan seorang mukmin.

Kehidupan yang sekuler dan materialistik membuat para remaja yang seharusnya terikat dengan hukum Islam malah bebas mengekspresikan diri. Alhasil L68T, hedonis, individualis, haus eksistensi, menjadi viral dan menghasilkan uang menjadi cara pandang remaja sekarang.

Ini merupakan bukti nyata kerusakan serta pembajakan potensi yang terjadi secara sistemik di negara yang menganut sistem Kapitalis-Sekuler. Dalam hal ini negara membiarkan masyarakat untuk hidup tanpa terikat dengan syariat Islam. Tentu hal ini mengakibatkan kerusakan karena tidak tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum Allah.

Dalam hal ini perlu adanya sistem kehidupan yang shahih dan akan melindungi masyarakat dari segala kemaksiatan. Islam hadir sebagai sistem kehidupan yang akan secara praktis terwujud dalam sebuah institusi negara, yaitu Khilafah. Khilafah akan memastikan tiga pihak berhasil menjalankan peran masing-masing.

Pihak pertama, yaitu orangtua dan keluarga. Pemahaman anak terkait kehidupan berawal dari ajaran orangtua. Keluarga akan menanamkan prinsip-prinsip aqidah islam serta hukum syariat sehingga anak bisa membangun tujuan hidupnya yang diarahkan kepada kemuliaan islam.

Pihak kedua, yaitu masyarakat. Masyarakat adalah sebuah entitas yang menjadi tempat belajar dan praktek secara langsung bagi generasi. Masyarakat dalam khilafah memiliki corak yang khas, yaitu interaksi diantara mereka adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Tolak ukur keberhasilan dan kebahagiaan adalah keridhoan Allah SWT. Maka orientasi kehidupan generasi akan fokus pada aktivitas fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).

Pihak ketiga, yaitu negara. Peran negara adalah memastikan setiap warga negaranya termasuk generasi muda terikat dengan hukum syariat. Maka Khilafah akan melakukan pembinaan kepada warga negara melalui sistem pendidikan islam. Sistem pendidikan ini, akan menghasilkan generasiyang memiliki kepribadian Islam (Syakhsiyah Islam), yaitu pola pikir dan pola sikap mereka sesuai dengan Islam. Masyarakat juga akan dibekali dengan ilmu pengetahuan dan ilmu teknis agar mampu mengarungi kehidupan sehingga dihasilkan generasi-generasi unggul yang akan menjadi problem solver di tengah-tengah masyarakat karena mereka peka terhadap qadha mashiriyah atau permasalahan krusial umat.

Selain itu Khilafah juga akan menerapkan sistem ekonomi islam yang orientasinya adalah kesejahteraan rakyat. Khilafah akan menjamin secara tidak langsung kebutuhan pokok rakyatnya melalui jaminan setiap kepala keluarga memiliki pekerjaan. Jaminan ini akan membuat para kepala keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan keluarganya secara ma’ruf.

Kemudian untuk kebutuhan dasar publik seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan akan dijamin secara langsung dalam daulah Khilafah. Artinya, khilafah akan menanggung secara mutlak semua biaya penyelenggaraan fasilitas dan kelengkapan nya hingga bisa dinikmati masyarakat dengan gratis. Alhasil, tidak ada satupun anak-anak yang putus sekolah dikarenakan faktor ekonomi.

Khilafah juga tidak akan mengambil keuntungan dari perilaku liberal rakyat yang dilabel kreativitas sekaligus menjadi jalan keuntungan bagi kaum kapilatis seperti sistem saat ini. Khilafah juga akan menutup semua celah kerusakan perilaku generasi seperti L68T, gaya hidup sekuler liberal dan sejenisnya melalui penerapan sistem sanksi Islam. Inilah solusi solutif yang ditawarkan Khilafah untuk membangun generasi unggul.
Wallahua’lam Bissawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 53

Comment here