Opini

Coronavirus, Benarkah Kini Bermutasi?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Siti Ningrum, M.Pd.

(Pegiat Literasi)

Islam dengan aturan paripurnanya telah terbukti bisa memecahkan segala permasalahan manusia

Wacana-edukasi.comBagi para pecinta film Hollywood, istilah virus, mungkin sudah tidak asing lagi. Banyak judul film terkait virus di antaranya adalah, yang pertama film yang pernah ramai diperbincangkan publik, dengan judul Contagion, film ini dirilis pada tahun 2011. Namun kisahnya mirip seperti virus yang dialami saat ini. Film yang sangat luar biasa.

Dilansir dari liputan6.com, Pada 2011, sineas Steven Sodenbergh dan penulis naskah Scott Z. Burns meluncurkan film Contagion. Kata contagion dalam arti sederhana berarti ‘penularan’ atau ‘paparan’.

Contagion yang diproduksi dengan biaya 60 juta dolar AS (840 miliar rupiah) mengumpulkan 135 juta dolar AS (1,8 triliun rupiah) dari seluruh dunia. Selain premis menjanjikan, Contagion diperkuat sejumlah bintang papan atas peraih Oscar dari Kate Winslet, Marion Cotillard, hingga Gwyneth Paltrow. Film ini diproduksi 9 tahun lalu (18/03/2020).

Kedua, adalah film Outbreak yang dibuka pada tahun 1967. Film Outbreak adalah film yang bertemakan bencana epidemi yang disutradarai oleh Wolfgang Petersen. Diperankan oleh Dustin Hoffman, Rene Ruso, Morgan Freeman, dan Donald Shutterland.

Seperti film bencana pada umumnya. Film ini dilatarbelakangi oleh wabah virus Motaba, virus yang jarang diketahui oleh manusia karena hidupnya di tengah hutan di Afrika, tiba-tiba menjangkiti manusia (kompasiana, (14/04/2020)

Film ketiga, dengan judul Children of Men.
Film yang tayang pada 2006 ini mungkin jadi film pertama yang muncul dalam pikiran, jika ingat tentang infeksi virus atau penyakit.

Dibintangi Clive Own sebagai aktivis Theo Faron, film ini membawa penonton pada jurang kehancuran setelah pandemik flu dan infertilitas luas selama bertahun-tahun (18/04/2020).

Selain itu masih banyak film lainnya. Cerita film-film di atas seolah takkan ada di dunia nyata. Akan tetapi, kita harus menerima kenyataan bahwa virus telah berada di tengah-tengah kita. Hal tersebut bukan lagi dalam dunia film, sejatinya kita sekarang berada pada zaman wabah. Zaman yang telah dikabarkan belasan abad lalu oleh lisan yang mulia.

Auf ibn Malik menuturkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Hitunglah enam perkara yang akan terjadi menjelang dekatnya hari kiamat: Wafatku, penaklukan Baitul Maqdis, kematian yang akan menimpa kalian akibat penyakit yang seperti wabah qu’ash.”

Tidak ada seorang pun yang akan menyangka bahwa kita akan berada di masa pandemi. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, terbersit pun tidak. Itulah takdir dari yang Mahakuasa. Manusia itu akan berpindah dari takdir yang satu ke takdir lainnya. Keikhlasan dalam menerima sebuah ketetapan, itu lebih baik daripada terus menggerutu. Sudut pandang yang tidak benar, akan menghadirkan kekacauan dalam berpikir dan bertindak. Maka, tidak boleh membiarkan pemikiran kita tanpa dasar dan pemahaman yang benar.

Menelisik lebih jauh tentang melonjaknya kasus yang terinfeksi coronavirus dan juga variannya, kini masyarakat makin was-was. Apalagi ditengarai akan terjadi gelombang coronavirus jilid dua. Menambah daftar panjang kegelisahan yang sangat.Tidak hanya itu, tim tenaga kesehatan (nakes) pun tak luput dari paparan virus yang kian merangsek. Akhirnya, para pejuang garda terdepan pun mulai tumbang karena kelelahan.

Mengapa Penyebaran Virus Makin Masif?

Penyebaran coronavirus dan variannya kini sudah menyebar ke berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Tentu menambah rasa gelisah dan kekhawatiran yang menjadi. Meskipun saat ini sedang gencar dengan pemberian vaksin pada masyarakat. Namun, tetap saja tak menjamin keselamatan. Vaksin hanyalah sebuah ikhtiar manusia. Selebihnya, hanya Allah Yangmaha melindungi.

Kasus yang terpapar coronavirus di Indonesia semakin hari semakin tinggi. Kementrian Kesehatan melaporkan kasus harian Covid-19 di Indonesia pada hari Kamis (1/7/2021), bertambah sebanyak 24.836. Dengan penambahan tersebut, maka total kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi 2.203.108.

Catatan penambahan 24.836 tersebut, mengalahkan rekor sebelumnya sejumlah 21.807 yang terjadi pada Rabu (30/6/2021). Angka pertambahan tersebut menunjukkan betapa tingginya kasus positif Covid-19 setidaknya selama sepuluh hari terakhir.

Hal ini membuktikan, penanganan virus di Indonesia belum berhasil sampai hari ini. Sehingga perlu penelitian dan penanganan yang serius. Tentu harus melihat fakta di lapangan. Mengapa penularan makin masif? Apakah aturan yang tidak tepat, atau masyarakat yang tidak patuh terhadap aturan yang berlaku?

Tingginya kasus yang terpapar coronavirus, terjadi juga di beberapa negara tetangga. Seperti Malaysia, negeri ini pun tak luput dari serangan ganasnya coronavirus. Menyikapi hal ini, Malaysia segera mengambil kebijakan lockdown secara total. Seperti halnya Wuhan, di awal kemunculannya. Tidak hanya itu, sanksi yang tegas pun ditegakkan di negeri Ziran ini. Bagi siapapun yang melanggar aturan dan tidak mematuhi protokol kesehatan wajib membayar denda. Tak tanggung-tanggung dendanya pun mencapai puluhan juta rupiah. Bahkan penjara menanti bagi siapapun. Dengan begitu, tak ada yang berani untuk melanggarnya (CNN.Indonesia, 18/6/2021)

Berbeda halnya dengan Indonesia, pemerintah seolah setengah hati untuk memberlakukan lockdown secara total. Sanksi pun tidak begitu tegas bagi para pelanggar prokes. Hanya sebagian saja yang dijatuhi hukuman. Akhirnya hanya masyarakat yang benar-benar menyadari saja yang mematuhi (prokes). Selebihnya banyak yang mengabaikannya dengan berbagai alasan.

Fakta yang terindera dari beberapa bulan terakhir, masyarakat seolah sudah melupakan coronavirus. Sehingga, hajatan, hiburan, dan liburan tetap dilaksanakan. Padahal, coronavirus belum beranjak pergi, tetap mengintai dalam kasat mata. Kini malah bermutasi.

Coronavirus, Benarkah Kini Bermutasi?

Belumlah hilang coronavirus yang berasal dari negeri tirai bambu. Kini, kita tengah menghadapi berbagai variannya. Salah satunya adalah bernama Delta. Delta ini adalah varian jenis baru yang datangnya dari India.

Mengutip dari laman wartalive.com. pada tanggal 16 Juni, Virus ini telah menyebar di beberapa daerah seperti di Kudus Jawa Tengah dan sejumlah daerah lainnya. Mutasi virus – SARS-Cov-2, Variant of Concern (VoC) sudah ditemukan sebanyak 145 kasus dari sampel 1.969 warga pada tanggal 13 Juni, paling banyak di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan oleh Tim Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh tim dari FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dirilis Senin (14/6/2021). Dalam penelitian tersebut, ditemukan 28 dari 34 sampel atau sekitar 82 persen, merupakan varian Delta (B.1.617).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebelumnya sudah menetapkan ada empat varian yang masuk dalam kategori VoC, yaitu B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, B1617 dari India dan P1 dari Brasil. Keempat varian ini merupakan jenis yang diwaspadai tingkat penularannya. Pada tanggal 31 Mei 2021, (WHO) pun telah menetapkan status atas varian Delta ini sebagai Variant of Concern (VOC) atau varian yang mengkhawatirkan. Bahkan, WHO menyebut varian Delta dapat mengelabui sistem kekebalan tubuh.

Melansir dari katadata. Com, tanggal 07 Juni, bersumber dari New York Magazine, varian Delta memicu gelombang pandemi corona di berbagai negara. Para ilmuwan dari India menyebutkan, varian ini 50% lebih menular daripada Alpha atau varian pertama virus corona. Dihimpun dari The Guardian, Profesor Epidemiologi Genetik King’s College London Tim Spector mengungkapkan, gejala varian Delta menyerupai flu berat. Gejala umum lainnya adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek dan demam.

Menyoal Penanganan Wabah

Sejak kemunculannya virus dari Wuhan Desember tahun lalu, kemudian menyebar ke berbagai negeri di dunia hingga Indonesia. Coronavirus sangat massif dalam penyebarannya. Bahkan negeri adidaya seperti Amerika Serikat pun tak berdaya berhadapan dengan makhluk kasat mata ini. Perekonomian dunia pun terguncang bahkan hampir tumbang. Akhirnya utang menjadi pilihan negara-negara maju maupun berkembang, untuk penanganan wabah. Sudah banyak nyawa melayang yang tak terbilang.

Akibat wabah ini, semua sektor terkena imbasnya. Termasuk dunia Pendidikan. Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pun menjadi pilihan terbaik. Namun, bagai makan buah simalakama, PJJ (belajar secara daring/online) makin memperburuk keadaan. Anak usia remaja (usia sekolah) menjadi korban dari kecanduan game daring. Belum lagi hal lainnya, orang tua banyak yang mengeluh terkait teknis sarana dan prasarana PJJ seperti Hp Android, pulsa, quota dan jaringan internet yang sulit didapat untuk daerah tertentu, semisal di desa yang terpencil. Akhirnya, hambatan datang silih berganti, bahkan ada yang bunuh diri gegara tugas menumpuk, jaringan tidak stabil. Keadaan ini makin memprihatinkan.

Indonesia sudah beberapa kali mengambil kebijakan/ langkah dalam menangani wabah pandemi. Pun dengan kali ini, Indonesia mengambil kebijakan lainnya.Pemerintah melalui Presiden Jokowi mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ( PPKM) darurat khusus untuk Pulau Jawa dan Bali, yakni dimulai pada tanggal 03-20 Juli 2021 (liputan6.com,02/7/2021).

Namun semuanya belum ada yang bisa menghentikan penyebaran virus. Meski sudah setahun berlalu. Bahkan, para tenaga kesehatan (nakes) pun kini mulai banyak yang tumbang karena membludaknya pasien. Tak sedikit yang terpapar. Seharusnya hal ini menjadi bahan evaluasi bagi Indonesia dalam hal menangani wabah. Perlu penanganan serius. Agar tak banyak lagi korban yang berjatuhan.

Apakah PPKM darurat akan efektif dalam penanganan kasus coronavirus di Indonesia? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Rakyat sangat berharap, akan segera ke luar dari belenggu wabah.

Lalu bagaimanakah penanganan negara lainnya selain Malaysia?

Berikut beberapa negara yang telah berhasil keluar dari wabah yaitu New Zealand, Vietnam, Jerman,
Denmark, Taiwan, dan Korea Selatan keenam negara ini memiliki 4 jurus rahasia yang sama.
Dilansir dari Tim Mantrasukabumi 02 Juni 2020, Sudirman Said melalui wawancara di channel youtube Refly Harun, pada hari Sabtu, 30 Mei 2020. Menuturkan, bahwasannya ada empat jurus untuk keluar dari wabah, di antaranya:
Pertama, kebijakannya konsisten. Jadi lurus, tidak belok-belok, tidak maju mundur. Menurutnya kebijakan seperti itu akan diikuti oleh masyarakat. Kedua, yakni mendengarkan ahli. Ahli tentang virus. Ketiga, masyarakatnya mengikuti dan respect sama kebijakan yang konsisten. Keempat “Leadership yang clear”

Apa yang diutarakan oleh Sudirman Said betul adanya bahwa kebijakan apapun antara rakyat dan pemerintah harus seiring sejalan, agar kebijakan yang dikeluarkan tidak menimbulkan masalah di lain hari. Namun, yang terjadi di Indonesia tidaklah demikian. Kebijakan yang selalu berganti-ganti dan tidak melibatkan para ahli, sejak kemunculannya satu tahun lalu. Pada akhirnya masyarakat pun tidak respect pada kebijakan pemerintah. Seperti, mudik tidak boleh pergi wisata diperbolehkan. Contoh lainnya, masjid ditutup sebaliknya mall-mall dibuka.

Jadi, wajar saja jika akhirnya wabah belum bisa tertangani dengan baik sampai hari ini. Tidak heran, sebab sistem yang dipakai dalam penanganan wabah adalah sistem kapitalisme. Sistem buatan manusia yang takkan bisa menyelesaikan masalah, yang ada adalah masalah makin bertambah. Sebab kebijakan yang satu akan mempengaruhi kebijakan lainnya.

Padahal satu-satunya cara untuk menghentikan laju penyebaran virus adalah dengan lockdown (karantina wilayah). Hal ini pun telah dicontohkan sejak belasan abad lalu, oleh Rosulullah Saw dan para sahabat setelahnya. Terbukti lockdown dapat memutus mata rantai virus. Pada zaman kepemimpinan Amr bin Ash, masyarakat di suruh untuk berpencar (jaga jarak) tidak boleh melakukan kontak fisik. Bukan hanya itu, penguncian wilayah pun dilakukan. Akhirnya, hanya dengan hitungan hari, penyebaran virus dapat dihentikan.

Begitupun dengan Amirul Mukminin Umar bin Khatab, yang selalu taat pada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan syariat dengan penuh keimanan yang kuat dan kokoh. Mengurungkan niatnya untuk memasuki wilayah Syam yang kala itu sedang dilanda wabah. Sebagaimana hadits tentang wabah.

Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Islam dengan aturan paripurnanya telah terbukti bisa memecahkan segala permasalahan manusia, termasuk penanganan atas wabah. Lantas, jika Allah dan Rasul-Nya sudah menetapkan sebuah hukum, mengapa harus ada pilihan lain?

Allah Swt pun telah berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 36, yang artinya:

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan hukum, maka tidak akan ada pilihan hukum yang lain bagi mereka tentang urusan mereka. Mereka harus menaati hukum yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan”.

Wallohualam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here