Oleh Bunda Dee
(Member Akademi Menulis Kreatif)
“Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi suatu wabah dan kalian sedang berada di tempat itu, maka janganlah kalian keluar darinya.”
(HR. Muslim).
Wacana-edukasi.com — Badai Covid-19 semakin membara, meluluhlantakkan setiap sisi kehidupan manusia. Dua tahun sudah wabah ini ada di sekitar kita, alih-alih akan beranjak dan menghilang, fakta yang ada Covid-19 semakin mengganas dengan berbagai varian barunya. Baru-baru ini viral di media sosial video berdurasi singkat yang memperlihatkan antrean ambulans yang membawa pasien di halaman RSUD AL Ihsan, juga antrean di tempat penampungan isolasi pasien Covid-19. Hal ini mengindikasikan bahwa Covid-19 masih terus ada dan masih menelan korban kematian yang tidak sedikit.
Seperti yang terjadi saat ini di Kabupaten Bandung. Dikutip dari TribunJabar.Id, Jumat 11 Juni 2021. Saat ini tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) untuk pasien Covid-19 sudah 100 persen. Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Dewi Basmala mengatakan dari 151 tempat tidur pasien Covid-19 semuanya penuh. Kondisi ini sangat mengerikan karena sebagian pasien yang datang sudah dalam kondisi parah bahkan kritis sehingga meninggal di IGD. RSUD juga mempersiapkan penambahan tempat tidur lagi sebanyak 89 juga penambahan perawat 30 orang. Bahkan bila ada kejadian luar biasa atau outbreak akan disiapkan 500 tempat tidur khusus untuk perawatan Covid-19.
Dewi juga meminta masyarakat lakukan tes Covid sesegera mungkin bila ada gejala, agar lekas teratasi.
Sama seperti RSUD AL IHSAN, RS Boromeus pun berencana menambah kapasitas tempat tidur perawatan pasien Covid-19. Chandra Mulyono selaku Direktur RS Borromeus mengatakan Covid saat ini datang dari klaster keluarga. Pasien yang datang terdiri dari ayah, ibu kemudian anak-anaknya.
Berbagai upaya dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait, seperti yang dikatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung ibu Grace Mediana Purnami. Beliau menegaskan bahwa pihaknya akan selalu bekerja maksimal dalam penanganan Covid-19, tetapi ia juga meminta peran serta dari masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan, terutama mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas (5 M).
Sistem Kapitalismenya Gagal Tangani Pandemi
Namun sayang, berbagai upaya yang dilakukan tidak berhasil memutus rantai penyebaran Covid-19. Kegagalan dalam menangani wabah ini tampak dari jumlah pasien positif Covid Indonesia yang terus meningkat. Data yang diambil dari situs Covid-19.go.id per tanggal 17 Juni 2021, jumlah pasien Covid-19 sekitar 1.950.276 dengan kasus harian per 24 jam sebanyak 12.000 orang. Klaster-klaster baru muncul dalam waktu yang singkat. Kegagalan ini tidak dapat dipisahkan dengan sistem kehidupan kapitalisme itu sendiri, baik sistem ekonominya, politik, dan kesehatan yang tidak serasi dengan upaya penanggulangan pandemi ini. Misalnya kebijakan lokcdown yang harus diimbangi dengan sistem ekonominya agar kebijakan ini berjalan dan rakyat tenang menjalankannya. Kebijakan ini juga ditolak Indonesia karena alasan ekonomi. Meskipun ekonomi tidak menjadi lebih baik sesudahnya, sementara ratusan jiwa manusia dipertaruhkan.
Puncak kegagalan sistem kehidupan kapitalisme ini adalah dengan pengarusan agenda new normal yang berakibat fatal, membawa psikologi dan tindakan menormalkan sesuatu yang tidak normal. Hal yang terjadi saat ini pasien Covid-19 meningkat cepat, diikuti sistem pelayanan yang sedari awal sudah rapuh mengakibatkan ruang pelayanan kesehatan yang seharusnya nyaman menjadi tempat menakutkan. Semua itu membuktikan bahwa penguasa saat ini dengan sistem kapitalismenya sudah gagal, khususnya merespons pandemi ini secara benar.
Penanganan Covid-19 sangat berkaitan erat dengan kesehatan dan keselamatan jiwa. Oleh karenanya harus dilaksanakan secara efektif dan cepat. Perkaranya bukan sebatas masalah medis tetapi berkaitan dengan cara pandang terhadap kehidupan manusia dan keselamatan jiwa. Setiap episode kebijakan sistem kapitalisme sudah dapat ditebak alurnya, pada akhirnya rakyatlah yang jadi korban. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman bersama bahwa sudah saatnya mencari alternatif lain selain sistem kapatalisme ini. Sistem yang dapat memberi solusi tuntas setiap persoalan termasuk mengatasi pandemi. Sistem itu adalah sistem Islam.
Sistem Islam Alternatif Sempurna Tuntaskan Pandemi
Berbeda dengan sistem kapitalisme, sistem Islam memberi perhatian dan penghargaan tertinggi pada keselamatan jiwa manusia. Lebih dari itu Islam adalah sistem sempurna sebagai sistem kehidupan. Ada tiga prinsip Islam dalam menanggulangi wabah.
Pertama, lockdown sedari awal dan penuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Hal ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi suatu wabah dan kalian sedang berada di tempat itu, maka janganlah kalian keluar darinya.” (HR. Muslim).
Kedua, pengisolasian orang sakit. Orang yang sehat dan sakit akan dipisahkan melalui mekanisme yang dilakukan negara. Sehingga negara fokus mengobati orang sakit, dan yang sehat dapat beraktivitas seperti biasa.
Ketiga, mengobati pasien sampai sembuh dengan pelayanan yang paripurna. Didukung oleh sistem ekonomi dan politik yang benar sehingga layanan kesehatan akan dirasakan rakyat dengan murah bahkan gratis.
Jelas tergambar bagaimana Islam menuntaskan pandemi ini. Kebijakan yang tegas, lugas, dan tuntas. Sangat jauh dengan sistem kapitalisme dengan kebijakannya yang tumpang tindih dan membingungkan rakyat. Kehadiran Islam tidak saja menjadi solusi, tetapi lebih dari itu, ketika Islam diterapkan secara kafah keberkahan akan tampak hingga terwujud _rahmatan lil aalamin_.
Wallahu a’lam bishshawab
Views: 0
Comment here