Opini

Covid Menghanguskan India

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Tuti Amaliah

(Narasumber Kajian Remaja Muslimah Gensha Bekasi)

Wacana-edukasi.com — Kepulan asap kayu-kayu pembakar jenazah penuhi langit Taj Mahal. Jasad para korban bergelimpangan di jalan saat mengantre untuk dikremasi. Fasilitas kesehatan kewalahan karena sudah kehabisan tempat tidur serta suplai oksigen medis untuk merawat pasien. Hingga Relawan dari Ballia Imran Ahmed menggambarkan situasi tersebut dengan menuturkan, “Orang-orang tewas seperti lalat.”

Krematorium bekerja lembur, cerobong asap retak dan rangka besinya meleleh karena terus digunakan. Kayu dilaporkan langka di beberapa tempat. Para pekerja kremasi mendapatkan instruksi untuk melakukan penebangan pohon di taman kota. Bahkan beberapa keluarga dianjurkan membawa kayu sendiri untuk bahan bakar kremasi. Negara yang sebelumnya dijuluki pahlawan dalam memerangi Covid-19 kini berubah menjadi “neraka” Covid-19.

Negeri Bollywood kini tak mampu berlenggak- lenggok dalam kancah politik maupun perfilman. Pada Jumat (30/4/2021) India resmi mengumumkan ada 386 ribu kasus harian baru dengan 3.498 kematian. Angka tersebut akan terus bertambah di angka 300 ribu hingga 350 ribu lebih. Hal ini membuat India hanya membutuhkan delapan hari untuk mendapatkan 2,5 juta kasus baru corona. Bahkan pakar medis meyakini angka infeksi Covid-19 sebenarnya 10 kali lebih besar dari penghitungan resmi (www.cnbcindonesia.com).

Penyebab Badai Covid di India

Di tengah pandemi Covid yang belum usai, muncul beberapa tindakan sembrono yang dilonggarkan pemerintah India karena merasa puas dengan penanganan Covid sebelumnya. Safari politik mulai digencarkan dan tidak segan mengumpulkan lautan manusia dengan tujuan memenangkan pemilu yang dilakukan beberapa anggota partai politik.

Penyelenggaraan mega Kumbh Mela (ritual ziarah umat Hindu di India) yang mendatangkan kerumunan besar pemuja tanpa masker dan saling berdesakan tanpa menjunjung tinggi protokol kesehatan. Ini juga dianggap sebagai biang penyebaran Covid secara brutal. (kumparan.com).

Padahal sebelumnya, India adalah negara yang dinilai paling keras menerapkan _lockdown_ dibanding negara lain. Mereka juga menerapkan sistem pelacakan dengan aplikasi ponsel. Meskipun, cara itu tidak efektif karena hampir 75 persen populasi India tidak menggenggam ponsel karena garis kemiskinan. Banyak orang yang terinfeksi enggan melaporkan diri karena takut dibawa ke rumah sakit umum atau pusat karantina yang kumuh.

Penerapan lockdown berdurasi panjang pun dilakukan untuk menekan kurva pertambahan kasus positif Covid-19. Warga mendadak dilarang keluar rumah dan aparat tak segan memukul mereka yang melanggar agar kembali pulang. Hampir semua aktivitas ekonomi berhenti total termasuk logistik, manufaktur, transportasi umum, dan sebagian besar perawatan kesehatan.

Sayangnya, upaya yang dilakukan pemerintah India tidak disertakan dengan persiapan yang maksimum. agar konsep yang dijalankan bisa membuahkan hasil yang baik. Sebab pada dasarnya penanganan pandemi yang bersifat universal bisa diadopsi siapa pun, negara mana pun, bahkan dalam sistem apa pun. Pemerintah India hanya berusaha meredam gelombang Covid tanpa memperhatikan langkah-langkah jitu untuk men-support dari aturan yang diambil.

Demokrasi Kapitalis Gagal Menangani Pandemi

Dewan Pengawasan Kesiapsiagaan Global untuk keadaan darurat kesehatan mengatakan bahwa planet ini sangat tidak siap untuk pandemi yang berpotensi menghancurkan. Mencermati hal ini, sejatinya telah menegaskan bahwa dunia dalam naungan sistem demokrasi, tak siap menangani Covid-19. Realita menunjukkan bahwa sebagian besar negara-negara di dunia yang memang penganut sistem demokrasi kapitalis ini, telah gagal melawan pandemi.

Bertahannya pandemi Covid secara global tidak lepas dari karut marut penanganan sejak awal. Dalam Islam Rasulullah dan para sahabat mencontohkan dengan karantina wilayah. Memisahkan yang sakit dengan yang sehat. Bagi wilayah yang terdampak berat, diberlakukan karantina. Negara akan menjamin dan memenuhi kebutuhan bagi rakyat yang dikarantina. Bagi wilayah yang tidak terdampak wabah, kegiatan ekonomi masyarakat tetap berjalan.

Sistem negara Islam akan mendukung sepenuhnya segala daya dan fasilitas untuk menunjang sistem dan layanan kesehatan menghadapi pandemi. Seperti menyiapkan ruang perawatan lebih dari biasanya serta pusat-pusat riset dalam menciptakan inovasi dan teknologi yang canggih. Negara juga akan memperhatikan kebutuhan para tenaga kesehatan dan keluarga yang mereka tinggalkan.

Islam Mampu Mengendalikan Pandemi

Penyelamatan hidup manusia menjadi fokus utama negara Islam tanpa dihantui permasalahan ekonomi. sistem keuangan di bawah baitul mal akan menjadikan negara Islam stabil dan memiliki cadangan untuk permasalahan mendesak seperti wabah atau bencana lainnya. Jika pun kas negara dalam baitul mal kosong, dengan spirit ruhiah masyarakat rela mengorbankan hartanya untuk kemaslahatan bersama.

Sumber-sumber pemasukan APBN yang tersimpan di baitul mal berasal dari pemasukan tetap yakni fai’, ghanimah, anfal, kharaj, dan jizyah. Sedangkan pemasukan dari hak milik umum dengan berbagai macam bentuknya, pemasukan dari hak milik negara yakni usyur, khumus, rikaz, dan tambang.

Negara melayani testing secara masif untuk memudahkan pendataan kelompok yang tertular, rentan tertular, dan mereka yang sehat. Dengan begitu, isolasi dan karantina akan berjalan efektif.

Tidak lupa, penguatan nafsiyah_ pun dilakukan oleh negara agar masyarakat memahami wabah penyakit yang datang dari Sang Pencipta merupakan ujian bagi yang beriman. Masyarakat menyikapi hal ini dengan kesabaran dan keikhlasan.

Negara pun akan berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat dengan memberikan pemahaman utuh agar mereka menyadari bahaya dan pencegahan terhadap penyakit.

Pemimpin dalam sistem Islam akan memandang suatu persoalan dengan teliti dan saksama. Kebijakannya bertumpu pada perintah Allah dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

Tentu berbeda dengan sikap dan kebijakan pemimpin kapitalis sekuler yang hanya melihat untung rugi semata tanpa memikirkan keselamatan jiwa-jiwa manusia. Dengan kepentingan ekonomi di atas segala-galanya.

Wallahu a’lam bishshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 2

Comment here