Opini

Cuaca Panas Ekstrem, Buah Kapitalistik

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Endang Seruni
(Muslimah Peduli Generasi)

wacana-edukasi.com, OPINI– Akhir-akhir ini kita merasakan panas tidak seperti biasanya. Cuaca panas yang dikeluhkan hampir di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sebagian masyarakat berpendapat kondisi ini adalah dampak akan datangnya musim kemarau.

Melihat kondisi ini kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa suhu panas terjadi hampir di seluruh Indonesia. Suhu maksimum mencapai 37,2°C terpantau di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat. Sebagian besar negara-negara di Asia Selatan mengalami gelombang panas seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos dengan suhu panas melebihi 40°C ( Ayo Bogor.com 5 Mei 2023).

Sementara itu menurut Petugas Pelaksana Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan mengatakan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh dinamika atmosfer yang tidak biasa. Seperti terjadinya fenomena El Nino yaitu kondisi ketika suhu permukaan laut Pasifik menjadi lebih hangat daripada biasanya. Pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim ikut memicu gelombang panas yang semakin sering terjadi. Untuk itu masyarakat belum mewaspadai fenomena ini sebab bisa berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung penggunaan energi dan pola hidup yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak perubahan iklim (Liputan6.com, 28/42023).

Meskipun meskipun Indonesia tidak mengalami gelombang panas suhu di wilayah Indonesia terasa naik. Panas dirasakan oleh semua masyarakat memasuki musim kemarau dan pengaruh El Nino panas yang dirasakan tidak seperti biasanya. Gelombang panas yang berimbas pada perubahan iklim selain faktor alam juga akibat dari berbagai aktivitas penduduk bumi di berbagai negara. Seperti efek rumah kaca yang bisa merusak lapisan ozon, penebangan hutan secara liar, alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian. Beberapa hal inilah yang memicu naiknya suhu udara.

Inilah kondisi di mana sistem kapitalisme diterapkan. Sistem yang berdasarkan manfaat sehingga keuntungan menjadi prioritas. Tanpa berpikir sebab akibat sekalipun tidak sedikit upaya untuk memperbaiki dan memperbarui energi, namun faktanya tetap terkalahkan oleh kepentingan para kapital.
Panas yang dirasakan sebagian besar masyarakat negeri ini adalah persoalan bersama yang harus bertemu dengan solusi. Jika dalam sistem kapitalisme hanya mengejar keuntungan materi tanpa harus ada upaya untuk perbaikan secara nyata maka hal ini akan berbanding terbalik dengan sistem Islam.

Islam memandang persoalan atau masalah yang melanda alam disebabkan oleh dua faktor yaitu alam dan ada campur tangan perbuatan manusia.
Islam bukanlah semata-mata agama yang hanya mengatur masalah ritual. Namun Islam punya seperangkat aturan yang mengatur seluruh tata kehidupan manusia.
Islam adalah seperangkat aturan yang berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam sistem pemerintahan Islam tidak dibiarkan pengusaha melakukan alih fungsi lahan seperti lahan gambut untuk dijadikan menjadi lahan pertanian. Sementara lahan pertanian yang tidak produktif maka disulap menjadi perumahan-perumahan penduduk.
Bahkan eksploitasi tambang yang sembarangan oleh para kapitalis yang menyebabkan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan. Sebab di dalam Islam negaralah yang mengelola tambang dengan tetap memperhatikan dan menjaga kondisi lingkungan. Berbeda dengan sistem hari ini yang menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada pihak swasta atau asing. Sementara negara hanya berperan sebagai regulator semata.

Para pengusaha mereka seenaknya melakukan eksploitasi tambang sebab mereka merasa telah menunaikan kewajibannya untuk membayar pajak kepada negara. Oleh karena itu rakyat lah yang terus-menerus menjadi korban dan merasakan dampaknya. Sementara mereka tidak akan peduli dengan kondisi lingkungan akibat ulah mereka.

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh ulah manusia, sebagaimana firman Allah SWT,”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan,” (TQS Al Araf: 96)

Untuk itu keimanan dan ketakwaan pemimpin merupakan prioritas utama dalam menjaga dan memimpin suatu negara. Penguasa atau pemimpin dalam Islam adalah penguasa yang menyadari bahwa kepemimpinannya adalah sebuah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan rakyat dan Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga mereka tidak akan bermain-main dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi hanya sekedar mengejar keuntungan pribadi atau pun pencitraan. Bagaimana sabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam,”Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa-apa yang dipimpinnya” (HR. Bukhari & Muslim).

Untuk itu sudah saatnya kita kembali kepada sistem Islam. Terbukti Islam mampu menjaga umat dan memberikan solusi di setiap persoalan juga membawa rahmat bagi seluruh alam. Tidak seperti pada sistem sekuler yang hanya menyelesaikan masalah, tetapi memunculkan masalah yang baru.
Wallahu’alam bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 18

Comment here