wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Lagi-lagi pemblokiran ribuan situs judi online oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terjadi. Dimana hal ini juga dilakukan pada tahun lalu. Menurut Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, Usman Kansong, judi online ilegal ini menyusupi dalam situs pemerintah sebanyak 5000 situs. Ditambah data Kementerian Kominfo telah memblokir 846.047 yang memuat konten judi online pada periode 2018 hingga 19 Juli 2023. Pada Januari hingga 17 Juli 2023, Kementerian menerima 1.859 aduan pemanfaatan rekening bank untuk judi online (tirto.id, 26/08/2023).
Dari fakta tersebut membuktikan bahwa dalam situs negara pun bisa disusupi judi online. Dimana dalam hal ini perlindungan situs sangat penting dan harus diperhatikan. Mengingat situs online pemerintah digunakan untuk pelayanan masyarakat.
Selain itu, SDM sangat kurang untuk meminimalisir terjadinya penyusupan tersebut. Pemerintah kurang mampu untuk mengelola dan melindungi situs. Minimnya pengetahuan teknologi informasi di instansi pemerintah daerah pun masih jadi kendala untuk menangkas perjudian online.
Apabila semakin banyak perjudian online masuk ke dalam situs pemerintah maka yang terjadi adalah banyak hal buruk yang nanti akan ditonton oleh masayarakat, atau pelayanan publik menjadi terhambat.
Teknologi semakin hari semakin canggih, banyak hal yang bisa kita akses melalui gadget. Pelayanan publik pun saat ini sudah memakai situs internet. Maka dari itu, ini PR besar bagi pemerintah untuk melindungi situs-situs pelayanan publik dari judi online. Mengharap pemblokiran saja tidak cukup karena judi online ini sangatlah banyak. Maka dari itu, harus ada orang yang ahli di bidangnya untuk melindungi situs-situs pemerintah. Pun tak hanya situs pemerintah saja, situs yang lainnya harus dilindungi untuk meminimalisir terjadinya hal yang serupa.
Indonesia kaya akan generasi cerdas. Generasi yang pintar akan bidangnya masing-masing. Terutama dalam hal teknologi. Beberapa dari mereka bisa diajak berkontribusi untuk negara. Tetapi nyatanya saat ini beberapa dari mereka tidak didengarkan, bahkan negara cenderung tidak peduli. Akhirnya karena tidak ada wadah yang bisa menampung mereka negara lain pun melirik yang bisa jadi nanti mereka dimanfaatkan dan berkontribusi di negara lain. Pemerintah seharusnya bisa belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu. Pemuda emas yang seharusnya bisa berkontribusi negara tetapi pada akhirnya berkontribusi ke negara lain. Miris!
Seperti halnya pada jaman Islam berjaya dulu. Dimana banyak pemuda-pemudi yang cerdas. Belajar Islam dengan bersungguh-sungguh sehingga, kontribusi pemuda tersebut besar untuk negara. Contohnya saja, Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel, atau Abdurrahman An Nashir (21 tahun). Pada masanya, Andalusia mencapai puncak keemasannya. Dia mampu menganulir berbagai pertikaian dan membuat kebangkitan sains yang tiada duanya.
Pemuda-pemuda inilah kebanggaan negara Islam, dimana pemerintah saat itu pun mengapresiasi kelebihannya dan memberikan wadah untuk mengasah kemampuannya. Sehingga, mereka bisa berkarya bahkan membantu negara.
Patutnya saat ini pemerintah berkaca akan keadaan yang telah terjadi. Sehingga tidak melulu tentang berpikir kapitalis. Yang hanya bisa menguntungkan pihak-pihak tertentu saja, tanpa memperhatikan nasib generasi negeri. Banyaknya generasi penerus yang cerdas memperkaya SDM negeri agar menjadi negeri yang benar-benar mandiri dan maju.
Wallahu A’lam bish shawab
Oleh : Hasnie Amirah K.
(Aktivis Muslimah, Ngaglik, Sleman, DIY)
Views: 12
Comment here