Oleh: Ummu Alila Arkan
Wacana-edukasi.com, OPINI--Daya beli masyarakat yang terus menurun telah membuat banyak orang mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Paylater menjadi salah satu pilihan solusi yang semakin populer. Sifatnya yang praktis menjadi daya tarik bagi masyarakat. Tetapi apa dampaknya bagi masyarakat?
Penurunan daya beli masyarakat
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, utang BNPL per Februari 2025 mencapai Rp 21,98 triliun. Angka ini turun sedikit dari bulan sebelumnya, namun naik 36,60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Liputan6.com 11/04/2025). Sementara itu, pasca-Idul Fitri, pedagang di Pasar Impres Lhokseumawe merasakan dampak penurunan daya beli masyarakat. Ini akibat besarnya biaya yang dikeluarkan selama lebaran. Meski demikian, harga bahan pokok tetap stabil dan pasokan dari Medan masih terjaga (rri.co.id, 10/04/2025).
Terkait dengan tradisi tahunan sendiri, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menyatakan bahwa jumlah pemudik Lebaran 2025 mengalami penurunan sekitar 4,69% menjadi 154,6 juta orang. Padahal tahun sebelumnya sebanyak 162,2 juta orang. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) juga memperkirakan bahwa tren wisatawan selama libur Lebaran 2025 akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Menurut Yusran, penurunan daya beli masyarakat terlihat dari penurunan penggunaan moda transportasi yang turun hingga 30 persen. Selain itu, peningkatan okupansi hanya berlangsung singkat, yaitu sekitar 3-4 hari, sebelum akhirnya menurun drastis ke angka 20 persen atau bahkan lebih rendah. Penurunan ini juga berdampak pada sektor akomodasi seperti hotel dan restoran, sehingga membuat fenomena ini sangat disayangkan karena mudik biasanya menjadi momen yang dinantikan masyarakat (pikiranrakyat.com, 13/04/2025).
Menggali akar masalah
Tekanan ekonomi yang semakin sulit, membuat masyarakat mencari cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara yang dipilih adalah dengan berutang menggunakan layanan paylater (pembayaran nanti) untuk belanja online. Cara ini dianggap lebih mudah dan praktis, karena tidak memerlukan uang tunai secara langsung.
Penerapan sistem kapitalisme di negara ini juga yang menyebabkan budaya konsumerisme semakin kuat di semua lapisan masyarakat. Mereka mengganggap kebahagiaan dan kesuksesan seringkali diukur berdasarkan standar materi dan budaya belanja yang tinggi. Paylater yang semakin populer saat ini justru memperkuat arus konsumerisme yang berbasis pada sistem ribawi. Padahal secara jelas di dalam ajaran Islam, riba adalah suatu aktivitas yang di haramkan.
Alih-alih dapat menyelesaikan masalah, paylater ini lebih berpotensi memperburuk keadaan. Beban kehidupan masyarakat pun kian bertambah. Apalagi jika berbicara soal dosa, hal ini jelas meningkatkan dosa yang dapat menjauhkan dari keberkahan.
Islam Solusi Ekonomi
Sistem Islam memiliki potensi yang sangat besar untuk menutup celah budaya konsumerisme yang semakin mengglobal di tengah masyarkat saat ini. Dalam sistem ini, setiap individu memiliki kesadaran bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan di dunia ini.
Sistem Islam dapat membentuk masyarakat yang lebih bertanggung jawab dan tidak terlalu konsumtif. Masyarakat Islam akan mempunyai kesadaran bahwa setiap tindakan mereka memiliki konsekuensi di akhirat kelak. Maka kesadaran tersebut menjadi rem dalam aktivitas mereka.
Masyarakat akan terbentuk ketaqwaannya juga memiliki standar kebahagiaan yang lebih tinggi dan lebih bermakna, yaitu mendapatkan Ridha Allah SWT. Bukan hanya melihat dari banyaknya uang yang dia miliki, atau budaya belanja yang sering dia lakukan. Mereka akan lebih fokus pada upaya untuk meningkatkan kualitas iman dan amal mereka, sehingga kebahagiaan yang mereka rasakan tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga ukhrawi.
Penerapan Islam kaffah akan membawa kesejahteraan yang sebenarnya bagi rakyat. Sistem ekonomi Islam dirancang untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap individu dan masyarakat. Artinya masyarakat akan hidup dalam kesejahteraan.
Dalam Islam, kebutuhan pokok manusia meliputi pangan, papan, dan sandang harus dipenuhi bagi setiap individu masyarakat. Selain itu, Islam juga menjamin hak dasar masyarakat berupa keamanan, pendidikan, dan kesehatan. Semua fasilitas ini harus dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Rasulullah saw. Dalam hadistnya menjelaskan bahwa ketersediaan kebutuhan-kebutuhan tersebut ibarat memperoleh dunia dan seisinya. Tentu Ini sebagai kiasan betapa pentingnya kebutuhan-kebutuhan tersebut bagi setiap individu masyarakat.
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja di antara kalian yang bangun pagi dalam keadaan diri dan keluarganya aman, fisiknya sehat, dan mempunyai makanan untuk hari itu, seolah-olah ia mendapatkan dunia.” (HR At-Tirmidzi)
Sistem ekonomi Islam sangat menghargai dan menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia. Di dalam negeri Khalifah akan senantiasa menjalankan politik ekonomi dengan tujuan yang sangat jelas yaitu menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga negaranya. Khalifah juga mendorong masyarakatnya untuk dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya dalam batas-batas kemampuan yang mereka miliki.
Dalam negara Islam yang berbasis pada sistem Khilafah, segala praktik ribawi akan dihapuskan dan dilarang keras. Negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar rakyatnya jauh dari keharaman dan memastikan kehidupan mereka sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, Khilafah akan berperan aktif dalam mengatur dan mengawasi aktivitas ekonomi dan keuangan masyarakat. Sehingga tidak ada lagi praktik riba yang dapat merugikan rakyat dan merusak tatanan sosial.
Oleh karena itu, jika saat ini kita masih menyaksikan banyak masalah ekonomi yang menimpa umat Islam, maka hal ini disebabkan karena mereka tidak menerapkan Sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan mereka.
Allah SWT berfirman, “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS Thahaa [20]: 124) [WE/IK].
Views: 2
Comment here