Surat Pembaca

Defisit Beras Efek Banjir

blank
Bagikan di media sosialmu

Wacana-edukasi.com — Menghadapi krisis banjir harus bijaksana karena rawan menyebabkan krisis beras. Sebagaimana yang dialami Kabupaten Kapuas Hulu saat ini sedang defisit beras 2.000-3.000 ton. Penurunan ketersediaan beras ini disebabkan gagal panen bulan Juli-September Tahun 2020 sebagai dampak terjadinya banjir. Sementara ini ketersediaan beras dipenuhi pejabat berwenang agar masyarakat sedikit terbantu (kalbarnews.id, 22/6).

Banjir merupakan fenomena alam yang terjadi setiap tahun, namun adakalanya debit air melebihi daya serap alam sekitar. Hal ini bisa disebabkan eksploitasi hutan secara serampangan. Bisa juga alih fungsi lahan yang tak lepas dari birokrasi Daerah dan Pusat, dari hutan menjadi perkebunan. Sehingga akhirnya merusak area sawah dan gagal panen di wilayah sekitarnya.

Penangan banjir tidak cukup hanya dengan memberikan bantuan perahu karet, namun harus bervisi kedepan agar gagal panen tidak berulang. Misalnya dalam manajemen penanganan bencana alam, hendaknya disusun dan dijalankan dengan berpegang teguh pada prinsip “wajibnya seorang pemimpin melakukan ri’ayah (pelayanan) terhadap urusan-urusan rakyatnya”.

Kemudian sistem pertaniannya. Bisa mencontoh dari sistem pertanian di Negara khilafah yang berbasis pada pengelolaan lahan pertanian berpijak pada dua kebijakan. Pertama, kebijakan intensifikasi di mana tanah-tanah pertanian yang ada harus dikelola dengan baik dan maksimal untuk memenuhi hajat hidup rakyat. Kedua, kebijakan ekstensifikasi menghidupkan tanah-tanah mati, sebagai hak milik mereka, atau dengan memberikan insentif berupa modal, dan sebagainya. Selain itu ditopang dengan perdagangan yang sehat, tidak ada monopoli, kartel, mafia, penipuan dan riba yang memang diharamkan dalam Islam, maka hasil pertanian akan terjaga. Dan bagi perusak lingkungan tentunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan perbuatannya, tidak pandang bulu

Dari musibah ini semoga menjadi acuan pembuatan kebijakan oleh pejabat daerah selanjutnya. Setiap permasalahan selalu ada penyelesaiannya, kembali kepada ideologi pemimpinnya. Dalam Islam, segala kebutuhan pokok dipenuhi untuk umat. Tidak membebani mereka dengan kebijakan yang makin menyulitkan disaat menghadapi krisis pangan. Seperti Khalifah Umar Bin Khattab yang membawakan sendiri sekarung gandum di malam hari untuk seorang wanita dhuafa yang kelaparan bersama anak-anaknya di tepian kota. Demikianlah kepedulian pemimpin yang diharapkan. Wallahu’alam bisshawab

Desi Siana (Pontianak-Kalbar)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here