Opini

Demam Konten Prank demi Menambah Follower

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Nabila Zidane (Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)

Wacana-edukasi.com — Seiring Bertambahnya waktu sosial media juga semakin berkembang mulai dari adanya Facebook, Twitter Instagram, YouTube dan lain sebagainya. Peruntukan dan isinya pun macam-macam mulai dari hal yang bermanfaat seperti konten dakwah, tips memasak, berbagai video motivasi, sampai yang unfaedah seperti konten jokes penuh jebakan atau yang biasa kita kenal dengan istilah “Prank”. Akting serius ternyata bohongan. Bahkan ada yang rela melukai diri sendiri, menipu orang tua, menipu istri dan anak, ataupun saudara, dan teman dekat.

Tak jarang sang korban terkadang ada yang panik, gemetar hingga menangis. Apakah hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah hiburan yang layak untuk di tertawakan? Sangat tidak etis apabila seorang anak tega nge-prank orang tuanya hingga menangis. Keluarga menjadi tidak tenang karena hampir setiap detik terancam konten prank dari anggota keluarga lainnya.

Kata prank sendiri berasal dari Bahasa Inggris yang berarti lelucon. Pada praktiknya, prank dilakukan dengan cara menjahili atau membohongi orang lain dengan tujuan bercanda, menghibur, membuat kaget, membuat panik, membuat malu hingga marah. Dan yang lebih parah bisa mengancam nyawa.

Beberapa waktu yang lalu publik sempat dihebohkan dengan berita adanya sekelompok remaja yang melakukan aksi prank dengan sasaran seorang teman yang sedang berulang tahun. Mereka menceburkannya ke underpass. Namun siapa sangka, rupanya sang korban tak bisa berenang hingga akhirnya meninggal dunia karena tenggelam. Berbahaya bukan?

Pandangan Islam tentang Konten di Media

Media massa adalah pelayan ideologi. Berbagai tayangan media tidak pernah bebas nilai. Dalam perspektif Islam media massa berfungsi strategis sebagai pelayan ideologi Islam.

Karena ideologi Islam bertujuan membawa rahmat bagi seluruh alam, maka mediapun berperan dalam membangun masyarakat yang kokoh, menunjukkan keagungan Islam sekaligus membongkar kebobrokan ideologi kufur buatan manusia.

Dalam kondisi khilafah tidak lagi eksis menaungi kehidupan muslim, media massa tidak lagi mampu menjalankan fungsinya untuk melindungi umat dari berbagai paparan negatif, baik konsumen medianya atau pelaku media itu sendiri. Sisi materialis menjadi pertimbangan utama sebuah konten dibuat, tak peduli harus membohongi publik. Mereka semakin gencar membuat tayangan atau produksi konten unfaedah untuk mengisi acara di televisi ataupun di radio ataupun di sosial media.

Masyarakatnya tak lagi bisa memilih tayangan bergizi yang mampu meningkatkan semangat juang untuk meninggikan kalimat Allah atau menjadikan Islam sebagai cara berpikir ataupun bersikap mereka. Namun, masyarakat lebih suka mengkonsumsi produksi yang sedang trendi, heboh, berisikan figur-figur terkenal. Isi media tak lagi penting, yang memikat adalah sisi bombastisnya yang penting menghibur.

Maka para pembuat konten pun terjerumus dalam produksi tak bermutu, membongkar aib sendiri, keluarga ataupun orang lain, membuat prank atau tipuan- tipuan, reka adegan dengan dalih sosial eksperimen atau sekadar merespons kelucuan-kelucuan via video atau film yang dibuat orang lain. Semua demi satu benda yaitu uang.

Padahal Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Celakalah orang yang berbicara, padahal ia berbohong untuk sekedar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia.” (HR Abu Daud, Nasa’i, Ahmad dan Baihaqi)

Selain dilarang berdusta, prank dengan cara menakut-nakuti juga tidak diperbolehkan, Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Daud)

Maka janganlah seseorang itu menjerumuskan diri ataupun mencelakakan diri bahkan membuat sarana bagi orang lain untuk kian menjauhkan mereka dari ketaatan pada Allah Swt. hanya semata-mata kepentingan iklan dan uang karena mereka akan tergolongkan menjadi manusia-manusia yang celaka.

Wallohualam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 12

Comment here