Surat Pembaca

Demo Buruh Tak Kunjung Usai, Butuh Perubahan Serius!

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Angesti Widadi

Wacana-edukasi.com “Kami tak percaya lagi pada itu partai politik, omongan kerja mereka. Tak bisa bikin perut kenyang. Mengawang jauh dari kami
punya persoalan. Bubarkan saja itu komedi gombal. Kami ingin tidur pulas. Utang lunas. Betul-betul merdeka. Tidak tertekan. Kami sudah bosan dengan model urip kayak gini. Tegasnya= aku menuntut perubahan!”

Suara hati buruh yang diinterpretasikan oleh pujangga Wiji Thukul sangat mewakilkan perasaan buruh se-Indonesia. Bertahun-tahun mereka memperjuangkan hak dan keadilan terhadap buruh tetapi tak kunjung dikabulkan oleh penguasa. Bagai kurva yang menurun, kondisi buruh di Indonesia makin buruk setiap tahunnya. Alih- alih memikirkan hak dan keadilan terhadap buruh, penguasa justru memperparah nasib buruh dengan adanya kebijakan Omnibus Law.

Maka wajar saja jika setiap peringatan hari buruh nasional, akan selalu dihias dengan demo di jalan dan depan gedung penguasa. Seperti yang terjadi di Bekasi pada hari buruh nasional. Para buruh masih terus memperjuangkan apa yang seharusnya mereka dapatkan, bahkan di bulan Ramadan sekalipun (Bekasi.pojoksatu.id, 1 Mei 2021).

Sudah bertahun-tahun mereka terpaksa hidup dengan kondisi yang memprihatinkan. Kerja rodi yang mereka lakukan tak kenal batas waktu tetapi hanya dibayar dengan upah rendah, bahkan dibayar dengan waktu jatuh tempo. Buruh juga selalu mendapat perlakuan tidak adil dan selalu dianaktirikan dalam lingkup industri di Indonesia. Penguasa tidak pernah serius dalam memperhatikan kesejahteraan buruh. Ini terlihat pada adanya gap yang besar antara kelas buruh dengan kelas menengah atas. Penguasa hanya menyenangkan hati para pemilik modal yang punya perusahaan besar, sementara mereka bertindak tidak berperikemanusiaan pada buruh yang diperas tenaganya untuk keuntungan pribadi.

Semakin besar nominal uang yang masuk ke rekening penguasa, maka penguasa akan semakin mementingkan keuntungan para pemilik modal dan menyenangkan hatinya, melupakan para buruh yang tak berdaya dan menjadi penggerak roda perekonomian mereka.

Penguasa membuat kesenjangan ekonomi terlihat nyata. Si miskin makin miskin, dan si kaya makin kaya. Buruh makin menderita karena tenaga mereka diperas tanpa belas kasih dan tidak mendapat upah yang layak, bahkan tidak mendapat kesejahteraan dalam hidupnya. Sementara yang kaya semakin kaya dan bisa tidur dengan nyaman tanpa memikirkan nasib buruk di hidupnya.

Begitulah potret buram industri kapitalis. Menggunakan uang dalam menjalankan pasar dan roda kehidupan. Buruh yang tak berdaya tidak bisa berbuat apa apa selain berusaha bertahan hidup untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka hanya dimanfaatkan tenaga mereka untuk kesenangan para kapital.

Buruh yang malang tak dapat tertolong oleh sistem kapitalisme yang jahat. Buruh yang malang, suaramu akan sia sia terbawa angin, karena berteriak dalam sistem kapitalisme hanya sebuah ilusi. Sistem kapitalisme hanya akan menyenangkan para tuan dan puan pemilik modal, bukan rakyat.

Masyarakat butuh perubahan yang serius demi menyelamatkan nasib para buruh se-Indonesia. Maka solusi yang serius hanyalah dengan mengembalikan semua persoalan pelik termasuk persoalan buruh yang terjadi di dunia kepada aturan Allah, Sang Pengatur terbaik kehidupan. Persoalan buruh merupakan satu dari efek domino akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Solusi yang tuntas demi perubahan yang serius dengan menerapkan seluruh aturan dari Allah.

Allah memberikan sistem Islam yang merupakan sistem terbaik untuk kita terapkan di dunia. Islam merupakan aturan yang penuh dengan rahmat bagi seluruh makhluk. Apabila kita menerapkan aturan Islam, maka hidup akan dipenuhi dengan keadilan, keamanan, dan kesejahteraan.

Angesti Widadi

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comments (1)

Comment here