Opini

Demokrasi Bukan Warisan Islam, Sebuah Renungan di Awal Tahun

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Zayyan

Wacana-edukasi.com — Di Awal tahun 2021 Indonesia masih menyisakan luka mendalam, musibah pandemi dan keterpurukan di seluruh sektor. Jumlah korban pandemi yang semakin meningkat secara signifikan, kasus korupsi merajalela bahkan dilakukan oleh pejabat setingkat menteri, pertumbuhan ekonomi minus, pendidikan tidak mampu melahirkan generasi unggul harapan ummat, kemiskinan, pengangguran dan PHK dimana-mana, diperparah lagi masalah penguasaan sumber daya alam oleh asing.

Muhâsabah ini tentu amat penting. Apalagi seiring perjalanan waktu, terjadi berbagai musibah yang menimpa umat. Sudah seharusnya kita berhitung apakah keadaan sekarang sudah sesuai dengan aturan Allah Swt? Ataukah justru merupakan akumulasi dari kemungkaran dan kemaksiatan diri dan umat?

Allah Swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk Hari Esok (Akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Tahu atas apa yang kalian kerjakan (TQS al-Hasyr [59]: 18).

Sistem demokrasi kapitalisme seolah menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikan semua karut marut permasalahan ini. Berkenaan dengan demokrasi, tidak satupun kita temukan di Alqur-an, Assunnah, Ijma’ sahabat bahkan di kitab-kitab mu’tabar para ulama sekalipun, tidak ada yang meriwayatkan bahwa demokrasi berasal dari Islam. Ini jelas mengindikasikan bahwa demokrasi bukan berasal dari Islam.

Demokrasi merupakan sistem kufur. Asas yang mendasari dari demokrasi adalah meletakkan kedaulatan di tangan rakyat (Asyyadatu li’ sya’bi). Artinya menyerahkan kepada manusia untuk menentukan halal dan haram dan memberikan wewenang untuk mengatur seluruh urusan manusia. Seharusnya kedaulatan itu hanya milik Allah (Asyyadatu li’ syar’i).

Di samping itu, demokrasi melahirkan paham kebebasan, yang mencakup kepada; 1) kebebasan berpendapat, yang menjadikan seseorang bebas untuk menghina atau mempersekusi orang lain, 2) kebebasan berkepemilikan yang berdampak kepada bebasnya individu-individu yang memiliki modal untuk menguasai kepemilikan umum, 3) Kebebasan beragama, yang artinya sesorang bebas untuk keluar-masuk agama dan paham ini juga berkontribusi banyaknya lahir agama baru dan ajaran sesat, 4) Kebebasan bertingkah-laku, dimana seseorang bebas mengekspresikan dirinya tanpa ada intervensi dari pihak manapun. Dan paham ini sukses meningkatkan pergaulan bebas tanpa memperhatikan norma-norma yang ada.

Plato sang pencetus ide demokrasi ini lahir pada tahun 427 SM, Rasulullah kita yang mulia lahir pada tahun 571 M, seandainya ide dari Plato ini memang cocok untuk diterapkan maka Rasul akan mewariskan ide demokrasi ini kepada ummatnya untuk menyelesaikan segala persoalan hidup mereka, tapi nyatanya beliau mewariskan sistem Islam lengkap dengan institusinya yaitu Khilafah untuk menerapkan aturan Islam, yang notabene berasal dari wahyu Allah.

Melihat fasad luar biasa yang ditimbulkan oleh demokrasi, maka sudah sepantasnya kita mencampakkan demokrasi di samping pada hakikatnya demokrasi bukan berasal dari Islam. Dan sudah seharusnya kita berada di garda terdepan untuk mendakwahkan kepada umat akan kerusakan yang ditimbulkan oleh demokrasi dan berjuang bersama-sama umat untuk tegaknya Izzul Islam wal muslim dalam naungan daulah Khilafah Islamiyah.

Wallohualam bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 10

Comment here