wacana-edukasi.com, OPINI– Oleh : Diaz Ummu Ais
Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang mempengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Perlu diketahui bahwa peristiwa dalam hidup yang berdampak besar pada kepribadian dan perilaku seseorang bisa bepengaruh pada kesehatan mental.
Umumnya gangguan mental ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya seperti cedera kepala, faktor genetik, stess berat, pengaruh racun, dan mengalami trauma yang signifikan. Namun hari ini kita mendapati fenomena baru penyebab gangguan mental adalah kegagalan pemilu. Hal ini nampak dari persiapan beberapa Rumah Sakit yang menyediakan layan kesehatan untuk gangguan mental pasca pemilu.
Persiapan Rumah Sakit menghadapi Pasca Pemilu
Berkaca pada pemilu sebelumnya pada tahun 2019, banyak calon legislatif (caleg) yang berujung mengalami gangguan jiwa akibat gagal dalam pemilihan legislatif (pileg). Sejumlah Rumah Sakit telah menyiapkan ruangan khusus untuk mengantisipasi calon legislatif (caleg) yang mengalami gangguan mental akibat gagal dalam pemilihan legislatif (pileg) di tahun 2024 ini.
Diantaranya adalah Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) siap menerima calon legislatif yang mengalami persoalan kesehatan mental pasca pemilu ketika mengalami kekalahan atau tidak lolos Pemilihan Legislatif (PIleg), dikutip dari media online Krjogja.com.
“Biasanya yang datang itu yang kalah, artinya yang kalah itu tidak masuk ke DPR misalnya ke DPRD, itu ada. Untuk tingkat keparahan, mungkin yang kita lihat yang lalu sampai ada yang dirawat. Depresi ringan ada, depresi berat ada,” ungkap Wakil Direktur Jasa Medis RSPP Dody Alamsyah Siregar dalam konferensi pers di RSPP, Jakarta Rabu 10 januari 2024.
Tak hanya itu, Rumah sakit Oto Iskandar Dinata, Soreang Bandung Jawa Barat, juga menjadi salah satu rumah sakit yang menyiapkan ruangan khusus untuk caleg yang mengalami gangguan mental. Pihak RS Oto Iskandar Dinata juga menyiapkan dokter spesialis jiwa dikutip dari laman Kompas.TV.
Penyebab Gangguan Mental Pasca Pemilu
Berdasarkan penjelasan Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional DR. Dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, para caleg yang bersaing apada pemilihan uum 2024 rentan mengalami gangguan mental jika tidak memiliki tujuan yang jelas dan gagal melenggang menjadi dewan perwakilan.
Dikutip dari Kompas.TV, “Kalau caleg mencalonkan diri tapi tujuannya tidak jelas kemudian kalah, pasti akan kecewa berat,” ungkap Nova pada diskusi daring yang diadakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (11/12/2023).
Menurut Nova yang merupakan mantan anggota DPR dari partai Demokrat, berdasarkan pengalamannya menemukan pasien caleg yang gagal dalam pemilu hal itu berdampak pada kejiwaan mereka akibat terlilit hutang untuk biaya kampanye yang besar, atau kekecewaan yang berat akibat kegagalannya dalam pemilu sehingga mengalami depresi berat.
Ia juga memaparkan, caleg yang mencalonkan diri hanya demi berada di lingkaran kekuasaan ataupun hanya demi materi kemudian berujung kegagalan akan rentan mengalami gangguan kejiwaan.
Apa yang dilakukan oleh Rumah Sakit adalah bentuk persiapan sebagai antisipasi pasca pemilu. Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman dari pemilu sebelumnya.
Fenomena stress hingga depresi berat membuktikan bahwa pemilu dalam sistem demokrasi kapitalis hari ini rawan berakibat gangguan mental.
Kebutuhan biaya yang besar untuk mengikuti kontestasi memaksa para calon legislatif untuk mengerahkan segala cara untuk mendanai kampanyenya. Bahkan sampai ada yang berhutang. Hal ini dilakukan demi meraih kemenangan. Biaya yang dikeluarkan begitu tinggi, bahkan hingga milyaran rupiah. Hal inilah yang memici caleg yang gagal meraih kemenangan mengalami stress serta depresi.
Mudahnya para caleg yang mengalami kegagalan dalam pemilu dan berakibat gangguang mental atau stress juga disebabkan dari lemahnya mental para caleg. Padahal kekuatan mental seeorang akan menentukan sikap seseorang terhadap hasil pemilihan.
Sistem Kapitalis Penyebab Lemahnya Mental
Kondisi ini tentu saja dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang terapkan di dalam negeri ini. Pada faktanya, sistem pendidikan kapitalis sekuler telah gagal membentuk individu yang kuat dan tangguh. Sistem pendidikan sekuler kapitalis telah memisahkan aturan agama dari kehidupan.
Ini menyebabkan seseorang tidak memahami hakikat dirinya sebagai hamba Allah, serta bagaimana menyikapi setiap problematika kehidupan sesuai dengan aturan Allah SWT yaitu syariat Isalm. Sistem pendidikan kapitalis sekuler telah terbukti meningkatkan kasus gangguan mental ditengah-tengah masyarakat.
Selain itu sistem politik demokrasi kapitalis membutuhkan dana besar untuk memenangkan pemilihan dengan cara yang instan. Hal ini dikarenakan dalam sistem politik demokrasi menjadikan kekuasaan sebagai jalan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sehingga banyak orang-orang berbondong-bondong mencalonkan diri menjadi calon legislatf.
Cara Islam Memandang Kekuasaan dan Jabatan
Islam memandang kekuasaan dan jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah SWT. Karena itu harus dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah dan RasulNya, yaitu dengan syariat Islam.
Berbeda dengan sistem kapitalis dimana kekuasaan menjadai salah satu jalan memperoleh keuntungan materi yang besar, maka Islam menjadikan kekuasaan sebagai jalan untuk menerapkan syariat islam secara kaffah.
Seorang pemimpin dalam sistem Islam akan menjalankan amanahnya dengan penuh tanggung jawab. mereka adalah sosok yang bertanggung jawab dan tangguh. Generasi seperti ini lahir dalam sistem Islam yang sempurna.[]
Views: 8
Comment here