Opini

Demokrasi Melahirkan Politisi Pengabdi Kursi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh. Isty Da’iyah (Analis Mutiara Umat Institute)

wacana-edukasi.com– Ketika rakyat sedang kelimpungan mengatasi dampak domino kenaikan BBM, para petinggi negeri termasuk wakil rakyat sibuk mematut diri mencari pasangan kontestasi. Bahkan teriakan semua elemen masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya tidak juga mereka tanggapi. Terbukti BBM tetap melambung tinggi. Para petinggi justru sibuk berkoalisi untuk amankan kursi.

Dilansir dari tempo.co yang mewartakan pertemuan antara Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pada Ahad, 4 September 2022. Pertemuan mereka disinyalir untuk membicarakan kemungkinan terjadinya koalisi antara PDIP dan Gerindra pada Pilpres 2024 mendatang. Pertemuan ini akan ditindak lanjuti dengan pertemuan antara Ketua Umum PDIP dan Ketua Umum Gerindra (tempo.co 4/9).

Sementara itu berita tentang Puan Maharani yang mendapat kejutan saat tengah memimpin rapat paripurna pada hari Selasa (6/9/22), kini sedang menjadi trending di media sosial Tweeter pada hari Rabu (7/9/22). Ketika di luar gedung warga masyarakat melakukan demo memprotes kenaikan BBM, yang di dalam gedung justru ada yang melakukan kejutan ulang tahun (Kompas.com 7/9).

Dari fakta ini seharusnya rakyat menyadari, inilah watak asli dari sistem yang ada saat ini. Penderitaan rakyat tetap untuk rakyat, sementara kesenangan akan tetap milik pejabat dan korporat.

*Fakta Demokrasi*

Sepatutnya rakyat sadar kondisi demikian adalah watak asli sistem demokrasi. Sistem yang hanya melahirkan sosok pengabdi kursi bukan pelayan rakyat yang merasakan penderitaan mereka.

Jorgan demokrasi yang katanya dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, mana buktinya? Adakah kesejahteraan untuk rakyat. Terbukti dari tahun ke tahun rakyat miskin semakin bertambah, pengangguran semakin banyak, sementara yang kaya semakin kaya.

Dalam praktiknya, suara rakyat hanya dijadikan alat untuk tawar menawar politik antar partai. Rakyat dilupakan ketika pemilu sudah usai. Bahkan ketika rakyat menderita akibat hantaman pandemi yang baru saja usai, mereka menjadi raja tega menaikkan BBM dengan harga yang tinggi.

Demokrasi telah membohongi rakyat dengan janji-janji kesejahteraan. Semua petinggi partai dan para kontestasi akan mudah mengingkari, ketika sudah mendapatkan kursi. Bahkan kebijakan mereka justru membuat rakyat semakin menderita.

Demokrasi memang berisi para wakil rakyat, bahkan kesejahteraan rakyat cukuplah diwakilkan kepada anggota perwakilan dan para kroni penguasa. Mereka bertambah sejahtera, sementara rakyat semakin sengsara. Kesejahteraan benar-benar hanya diwakilkan juga.

Demikian juga, undang-undang yang dihasilkan dari keputusan mereka adalah undang-undang yang sarat kepentingan manusia. Undang-undang akan selalu berpihak kepada yang kuat secara politik dan modal. Slogan demokrasi hanyalah slogan tanpa bukti.

Demokrasi yang berbiaya tinggi, akan melahirkan politisi dan petinggi yang mengabdi kepada kursi. Karena modal juga harus segera kembali, maka kolaborasi penguasa, pengusaha juga oligarki akan menjadi pilar penting dalam sistem demokrasi.

Satu pertanyaan besar bagi rakyat, apakah masih percaya pada demokrasi? Sementara kesengsaraan dan ketidakadilan telah diperlihatkan dalam sistem ini.

*Sistem Islam Mensejahterakan*

Muslim sejati harusnya hanya berpegang teguh pada aturan Islam. Menjadikan Islam sebagai aturan dalam segala kehidupannya. Demikian juga dalam mengatur sebuah negara, Islam mempunyai aturan yang komprehensif.

Sebagai hamba Allah, tugas manusia hanyalah patuh dan tunduk kepada Allah Swt. Kita harus berjuang untuk mendapatkan keridaan Allah Swt.

Indonesia, yang telah Allah takdir kan mempunyai penduduk Muslim terbanyak di dunia, namun hingga saat ini Allah belum mentakdirkan untuk memberikan keberkahan pada negeri ini.

Mengapa negeri ini kaya, namun rakyatnya lebih banyak menderita? Mengapa, negeri mayoritas Muslim, namun tidak bisa tampil sebaik-baiknya penduduk?

Semua ini, karena negeri ini terlalu lama meninggalkan syariat-Nya. Banyak manusia yang sombong, menolak kebenaran yang datang dari Allah Swt. Hawa nafsu diikuti dengan memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya sebatas ritual individu saja. Agama tidak dipakai dalam urusan kehidupan apalagi dalam urusan negara.

Sudah saatnya, kita sebagai umat Islam, untuk menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam segala sendi kehidupan. Campakkan sistem kufur yang akan menjauhkan dari keberkahan, saatnya berjuang untuk tegaknya sistem yang berasal dari Allah Swt. Yakni sistem Islam kaffah.

Firman Allah Swt. yang artinya:
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”(QS Al-Jatsiyah[45]:18).

Wallahu’alam bishawab

Isty Da’iyah (Analisis Mutiara Umat Instituts)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here