Oleh: Sumariya (Anggota LISMA Bali)
wacana-edukasi.com, OPINI-– Hakim Konstitusi Arief Hidayat, menilai Pilpres 2024 merupakan kontestasi politik yang paling dipenuhi hiruk pikuk karena adanya pelanggaran etik di Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Adapun hasil sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden 2024 adalah MK menolak seluruh permohonan yang diajukan oleh pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 1 dan 3, Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.
MK menyatakan bahwa KPU selaku termohon telah mengikuti aturan dalam menindaklanjuti putusan MK yang mengubah syarat pendaftaran capres-cawapres. Juga kesimpulan MK bahwa dalil yang menganggap ada nepotisme hingga cawe-cawe dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), terkait munculnya putusan MK yang mengubah syarat usia capres-cawapres tidak beralasan menurut hukum. Selain itu, MK juga menyatakan bahwa tidak ada pihak yang menyatakan keberatan setelah Prabowo-Gibran ditetapkan sebagai capres-cawapres. MK juga menyatakan tidak ada bukti bentuk cewe-cewe Jokowi yang disampaikan Anies-Cak Imin dalam permohonannya dengan raihan suara Prabowo-Gibran. (news.detik.com)
Sengketa pemilu dengan semua hiruk pikuknya, sejatinya menggambarkan Demokrasi yang diterapkan di Indonesia. Padahal Demokrasi adalah sistem yang nyata kerusakannya, sebab dalam sistem ini kedaulatan ada di tangan manusia. Akhirnya hukum bisa diubah diganti dan dihapus menurut kepentingan tertentu. Hukum bisa dinilai benar dan salah juga menurut kepentingan tertentu. Akhirnya kebenaran dan keadilan menjadi hal semu. Dengan peristiwa ini, seharusnya umat semakin sadar bahwa Demokrasi bukanlah jalan perjuangan, terlebih memperjuangkan Islam.
Sejatinya, Allah SWT telah memberikan teladan bagi kaum muslimin dalam berjuang, yakni Rasulullah SAW. Tatkala Rasulullah SAW melihat kondisi masyarakat Quraisy masih jahiliyah dan rusak, aktivitas utama beliau adalah berdakwah. Beliau berdakwah mengubah pemikiran masyarakat yang jahiliyah ke pemikiran Islam. Rasulullah SAW mendakwahkan pemikiran Islam sebagai sistem kehidupan yang akan memberikan kemaslahatan di dunia maupun di akhirat. Pemikiran politis inilah yang menjadi warna dakwah Rasulullah SAW.
Aktivitas dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW terorganisasi secara rapi. Rasulullah SAW mulai berdakwah kepada keluarganya, kepada orang-orang terdekatnya, kemudian lingkungan sekitarnya, bahkan kepada pemuka Quraisy yang memiliki kedudukan. Beliau tidak hanya mengajak mereka memeluk Islam, mengajarkan mereka Al-Qur’an, tetapi Rasulullah SAW juga men-tatsqif (membina) orang-orang yang mau memeluk Islam agar memiliki kepribadian Islam, kemudian beliau menghimpun mereka dalam satu kutlah (kelompok) dakwah yang dipimpin oleh beliau sendiri.
Bersama para sahabat yang berada dalam kutlah inilah, Rasulullah SAW terus-menerus menawarkan pemikiran Islam ideologis kepada masyarakat. Rasulullah SAW dan para sahabat mencela tuhan-tuhan orang jahiliyah Quraisy, menunjukkan kebatilan dan kesesatan sistem kehidupan orang Quraisy karena tujuan beliau adalah penerapan Islam ideologis dalam sebuah tataran masyarakat dan negara. Rasulullah SAW konsisten dengan arah perjuangan dakwahnya dan tidak pernah mengenal kompromi sedikitpun. Beliau selalu lugas, tidak bermanis muka dan tanpa tedeng aling-aling di hadapan pembuka Quraisy. Hal ini terlihat ketika Rasulullah SAW pernah ditawari menjadi raja, diberi harta melimpah dan wanita cantik oleh pemuka Quraisy, dengan syarat Rasulullah SAW meninggalkan aktivitas dakwahnya. Namun, beliau menolak semua itu karena yang Rasulullah SAW harapkan adalah kekuatan yang menolong agama Allah (sultanan nashira), bukan kekuasaan prasyarat. Beliau melakukan semua itu agar tidak bercampur antara hak dan yang batil, yang benar dan yang salah. Dengan itu, masyarakat benar-benar dapat membedakan mana Islam dan mana tradisi jahiliyah yang menyesatkan.
Ketika pembuka Quraisy di Makah tidak ada yang memberikan pertolongan berupa kekuasaan, beliau beralih ke pemuka kabilah sekitar jazirah Arab. Beliau mendatangi Bani Tsaqif, Bani Kindah, Bani Kilab, Bani Amir bin Sha’sha’ah, Bani Hanifah dan lain-lain. Namun, tidak ada satupun yang mau memberi kekuasaan tersebut, sementara para sahabat tetap melakukan aktivitas dakwah ke tengah-tengah masyarakat dan Rasulullah SAW terus berupaya mencari pertolongan kepada pemilik kekuasaan.
Hingga akhirnya cahaya pertolongan itu datang dari Yastrib. Tatkala kabilah mereka datang ke Makah ketika musim haji, sekelompok orang kemudian masuk Islam. Setahun berikutnya di musim haji, mereka meminta Rasulullah SAW mengirim seorang sahabat bersama mereka untuk mengajari mereka Islam. Kemudian Rasulullah SAW mengutus Mus’ab bin Umair untuk menyiapkan masyarakat Yastrib. Alhamdulillah, melalui Mus’ab bin Umair tokoh terpenting dari tokoh Suku Aus dan Khazraj di Yastrib (Madinah) memeluk agama Islam, kemudian diikuti oleh para pengikutnya.
Sa’ad bin Mu’adz pemimpin Suku Aus memberikan kekuasaan kepada Rasulullah SAW tanpa syarat apapun, kemudian Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW menjadi kepala negara di Madinah dan mengganti sistem tatanan kufur dengan Islam, mengangkat para pejabat negara yang amanah dan memiliki kapabilitas memimpin masyarakat serta mengurus berbagai urusan umat berdasarkan syariat Islam.
Seperti inilah, tahapan yang dicontohkan Rasulullah SAW mengubah kondisi jahiliyah beserta sistem kufurnya dengan sistem Islam. Seharusnya perjuangan seperti inilah yang diupayakan oleh umat Islam saat ini. Umat Islam seharusnya mencari kutlah (kelompok) seperti kutlah Rasulullah, kemudian berjuang bersama kutlah tersebut dengan metode dakwah seperti yang Rasulullah SAW contohkan. Insya Allah dengan kesabaran, keikhlasan dan keistiqamahan para pejuang, Allah SWT akan segera mengirimkan pertolongan kepada kaum muslimin berupa sultanan nashira dan kemuliaan Islam ideologi bisa menaungi dunia kembali.
Wallahu a’lam bishshawab
Views: 9
Comment here