Wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Kisah viral dialami salah satu peserta tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Sumatera Selatan (Sumsel). Pada tes Seleksi Kemampuan Dasar (SKD) seorang ibu diketahui malam hari berjuang melahirkan anaknya, kemudian pagi harinya berjuang mengikuti tes SKD di Opi Convention Center, Palembang. Saat tiba di lokasi tes, wanita tersebut tampak pucat dan lemas, menunjukkan kondisi fisiknya yang belum pulih sepenuhnya.
Kisah viral ini menarik haru dan simpati panitia dan netizen. Sesekali sang Ibu tersebut tampak menghela napas saat duduk di kursi roda, menandakan beratnya perjuangan yang harus dilewati. Akhirnya, sang ibu pun dibantu petugas dan anggota keluarganya untuk memasuki ruang tes. Warganet pun memberikan beragam komentar di media sosial. Banyak dari mereka yang memuji perjuangan sang ibu sekaligus mendoakan yang terbaik untuk keselamatan sang ibu yang menjalani tes pasca melahirkan itu (merdeka.com, 24/10/24).
Di satu sisi perjuangan ibu tersebut adalah luar biasa. Menahan rasa sakit setelah melahirkan, demi mengikuti tes CPNS. Di sisi lain, inilah ironi perempuan dalam sistem kapitalisme. Perempuan hari ini dituntut mandiri untuk bisa bekerja. Terlebih, posisi menjadi seorang PNS adalah impian sebagian besar masyarakat. Besarnya gaji yang diterima, tunjangan, stabilitas kerja, dan reputasi yang baik adalah salah satu alasan, menjadi PNS banyak diminati.
Belum lagi adanya kesenjangan sosial dalam sistem ini makin terasa. Yakni kemiskinan merajalela, dan rakyat harus berjuang sendiri dalam kehidupannya. Jadilah para perempuan ikut menopang ekonomi keluarga, karena tak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
Di tengah derita ekonomi yang semakin merajalela, seharusnya para perempuan menyadari bahwa sumber permasalahannya adalah pada tata kelola sistem yang salah. Sistem kapitalisme yang berasas sekularisme menihilkan peran agama dalam kehidupan. Jadilah setiap kebijakan yang lahir darinya tidak sesuai dengan fitrah manusia.
Sementara itu, Islam adalah sistem kehidupan yang sempurna yang diperuntukkan untuk mengatur hidup manusia. Dalam Islam, perempuan begitu mulia posisinya.
Ali ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Perempuan adalah saudara kandung laki-laki. Tidak memuliakan kaum wanita, kecuali orang mulia; dan tidak merendahkan mereka, kecuali orang hina.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Asakir).
Fungsi dan peran perempuan ketika menjadi ibu adalah penjaga dan pendidik anak-anaknya. Perempuan tidak dibebani bekerja, karena bekerja bagi perempuan bukumnya mubah. Laki-lakilah yang diberikan tanggung jawab untuk bekerja.
Oleh karenanya, negara dalam sistem Islam akan menjadikan para laki-laki ini bekerja. Misalnya dengan membuka lapangan kerja atau memberikan modal atau keahlian jika dibutuhkan. Kesejahteraan akan merata, karena ekonomi Islam tidak menjadikan kekayaan bertumpu pada para pemilik modal saja. Telah terbukti dalam sejarah Islam, ketika ekonomi diatur dengan syariat, maka kesejahteraan akan didapatkan.
Ismawati
Palembang, Sumsel
Views: 0
Comment here