Surat Pembaca

Di Balik Euforia Perayaan Tahun Baru

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Euforia pergantian tahun kembali bersemangat dan kembali ramai, setelah tahun lalu teredam oleh pandemi covid-19. Para penjual petasan dan kembang api kembali ramai dengan para pembeli. Namun demikian, beberapa hari sebelumnya telah disampaikan pelarangan perayaan tahun baru, guna mencegah penularan Covid-19 dengan varian baru Omicron yang telah terdeteksi di Indonesia.

Ahmad Riza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta mengatakan “Tidak ada kegiatan malam tahun baru yang dapat menimbulkan kerusuhan dan melarang pesta kembang api, dan Polda juga akan menutup jalan-jalan utama agar tidak ada kerumunan. Demikian pula hal yang senada disampaikan oleh Eri Cahyadi, Walikota Surabaya, (CNN, 23/12/21).

Euforia tahun baru memang selalu dinanti-nantikan masyarakat bahkan di banyak tempat di seluruh dunia, sebagai moment bahagia bersama menghabiskan malam pergantian tahun dengan berbagai aktivitas seperti kumpul-kumpul di hotel, cafe, atau sekedar di depan rumah bersama kelurga ataupun tetangga. Makan-makan bersama, bakar-bakar jagung, ikan, menyulut petasan, kembang api dan lain-lain.

Namun apakah di balik euforia tahun baru?
Euporia tahun baru pertama kali dirayakan pada 1 Januari 45 SM (sebelum masehi), setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma. Ia mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah ada sejak abad ke-7 SM, dengan dibantu oleh Sosigenes seorang ahli astronomi yang menyarankan penanggalan baru dihitung dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Mesir. Itulah penanggalan kalender yang kita kenal sampai saat ini, yaitu yang disebut dengan penanggalan Masehi.

Saat ini di beberapa negara, tradisi perayaan tahun baru terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka. Sebagaimana yang terjadi di Brazil, pada setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan mengenakan pakaian putih bersih dan menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pinggir pantai, sebagai penghormatan kepada dewa yang terkenal dan melegenda di Brazil yaitu dewa Lemanja.

Sedangkan tradisi tahun baru orang- orang Romawi kuno adalah memberikan hadiah berupa potongan dahan pohon suci, dan di masa kekinian mereka memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, yaitu dewa pintu dan semua permulaan. Sedangkan kata Januari adalah diambil dari nama dewa bermuka dua, satu sisi wajahnya menghadap ke depan, sedangkan sisi yang satu lagi menghadap ke belakang. Demikian pula umat kristiani pun menjadikan perayaan tahun baru sebagai hari suci yang bergandengan dengan hari raya natal, sebagaimana yang sering ditulis dengan kata Merry Christmas and Happy New Year.

Terlebih lagi penggunaan terompet dan kembang api, dimana terompet adalah alat panggilan ritual bagi orang-orang Yahudi, dan menyalakan api adalah panggilan ritual bagi orang-orang Majusi (penyembah api).
Maka jelaslah bahwa euphoria perayaan tahun baru adalah meniru-niru kebiasaan orang kafir atau yang disebut dengan tasyabbuh bil kuffar. Rasulullah saw telah mengatakan bahwa ” Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Tasyabbuh ini dilakukan sedikit demi sedikit tanpa disadari kita telah terlepas dari aqidah yang lurus, sebagaimana Rasulullah saw pun telah mengatakan: ” Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk lubang dhob (lebang hewan tanah yang penuh liku-liku), pasti kalian akan mengikutinya. Kami (para sahabat) berkata, wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nasrani? Beliau menjawab: ” Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim No. 2669)

Tidak hanya sampai di situ, bahkan euphoria tahun baru lebih banyak sisi kemudhorotannya daripada kemaslahatannya, bahkan akan mempengaruhi akhlak dan amalan seorang muslim, karena hal tersebut juga adalah moment ajang membuka aurat dan mengumbar daya tarik seksual, campur baur antara laki-laki dan perempuan yang bahkan bisa berujung pada aktivitas seks bebas, peredaran narkoba dan minuman keras, hingga situasi yang memancing kerusuhan dalam riuhnya konser musik.

Ibnu Taimiyah berkata:
“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir (Majmu’ Al Fatwa, 22:154)

Maka, sudah semestinya tak ada perayaan tahun baru. Namun bergantinya tahun semestinya dijadikan sebagai moment muhasabah diri, yaitu mengintrospeksi diri sejauh mana telah melakukan kebaikan dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah di dunia, yaitu kehidupan akhirat yang kekal abadi. Demikian juga mengintrospeksi diri, sejauh mana telah melalaikan ketaatan kepada Allah, sementara waktu yang terus bergulir bermakna bahwa kesempatan hidup di dunia terus semakin berkurang.

Umar bin Khathtab ra berkata: ” Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang. Hal itu akan lebih memudahkan hisab kalian kelak (di akhirat), (Abu Nu’aim al-Asbahani, Hilyah al Awliya,1/25).

Maka janganlah kita tertipu dengan kesenangan dunia yang melalaikan kita kepada ketaatan kepada Allah swt. Jadilah orang yang cerdas, sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “Orang yang cerdas ialah orang yang selalu mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Orang yang lemah (bodoh) adalah orang selalu mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan kepada Allah swt (HR. at- Tirmizi).

Leyla
Dramaga,Bogor

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 213

Comment here