Opini

Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Ateh Fitriani

wacana-edukasi.com — Beberapa waktu terakhir Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2021 telah berhasil bertumbuh dengan positif. Ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan memuaskan pada kuartal II (Q2) 2021.

Di mana pertumbuhan tercatat 7,07% dibanding Q2 2020 5,3%. Namun sayangnya, Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai pertumbuhan ini adalah “pertumbuhan ekonomi semu”. Sebab menggunakan base rendah di tahun 2020. (cnbcindonesia.com, 7/8/2021)

Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Menembus Angka 7,07%

Menurut INDEF, di Q2 2020 pemerintah melakukan PSBB. Sementara di Q2 2021 pelonggaran PPKM terjadi. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan tinggi melebihi rata-rata pertumbuhan kuartalan Indonesia sebesar 5%,” kata lembaga itu dalam pernyataan yang diterima CNBC Indonesia, Sabtu (7/8/2021). Jangan terbuai, jika kita bicara tentang pertumbuhan ekonomi secara y-on-y (year-on-year), berarti kita akan membandingkan indicator ekonomi makro yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan berjalan di tahun ini dibandingkan triwulan yang sama ditahun sebelumnya. Yang artinya, angka 7,07% menunjukan perbandingan PDB di triwulan II-2021 terhadap triwulan II-2020.

Namun jika pertumbuhan ekonomi secara q-to-q (quarter-to-quarter) yang berarti PDB triwulan berjalan akan dibandingkan dengan triwulan berjalan akan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama, PDB Triwulan II-2021 akan dibandingkan dengan Triwulan I-2021 sehingga menghasilkan angka 3,31%. Angka pertumbuhan ekonomi secaya y-on-y dan q-to-q ini sudah sejak dulu dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan umum digunakan dalam penghitungan indikator makroekonomi.

Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi 7,07% ini merupakan akibat dari low-base effect. Pertumbuhan ekonomi jadi seolah tinggi akibat pada Triwulan II-2021 basis PDB yang sempat anjlok saat awal pandemik tahun lalu. Pada tahun ini, diindikasi mobilitas masyarakat jauh lebih aktif dibandingkan saat awal tahun lalu, sehingga memicu kegiatan ekonomi yang perlahan mulai membaik. Itulah kenapa persentase pertumbuhan ekonomi di Triwulan II-2021 menjadi meningkat. Dibalik angka pertumbuhan ini perlu diingat bahwa pertumbuhan ekonomi yang menembus angka 7,07% adalah efek pertumbuhan ekonomi yang rendah (-5,32%) pada Triwulan II-2020 sebelumnya, saat awal mula pandemi di Indonesia.

Dampak Kelesuan Ekonomi di Tengah Pandemi

Di tengah realita kelesuan ekonomi yang dirasakan publik, pemerintah umumkan pertumbuhan dengan angka yang cukup fantastis. Lebih dari setahun sudah, seisi dunia dilanda pandemi yang tak berkesudahan. Alih-alih mereda, berbagai varian baru dari mutasi virus justru perlahan berkembang dan memperburuk kondisi pandemi saat ini. Pagebluk lantas melumpuhkan berbagai sektor salah satunya pada sektor ekonomi. Hal ini membawa kita berefleksi kembali pada sebuah pertanyaan, benarkah situasi ini tak terhindarkan?

Semakin banyak jumlah pengangguran, penurunan tingkat kesejahteraan dan masalah lain. Tentu untuk menyelesaikan problematika ini tidak cukup dengan slogan dan jargon belaka. Membangun perekonomian yang tidak bergantung pada industri ekstraktif. Pandemi harusnya telah mengajarkan banyak hal dengan ribuan dampak yang ada. Membereskan beban negara yang tak kunjung selesai. Rasanya malu ingin teriak merdeka nyatanya masih terjajah oleh pandemi dengan segala problematika yang seiringan hadir pula.

Sebagai penerus, generasi milenial jangan sampai buta politik. Terlebih kita yang mengaku muslim. Seorang muslim tak sempurna agamanya jika tak paham politik.
Mengutip dari seorang pengarang Kartini F. Astuti, “Generasi kita harus berani dan peduli. Tanpa keberanian, orang-orang yang berjiwa peduli akan diterkam oleh ketidakadilan. Tanpa kepedulian, orang-orang yang berani hanya akan berkoar-koar demi kepentingan sendiri”. Kebutaan politik akan menyebabkan keterbelakangan negara, banyak anak terlantar, merebaknya kemaksiatan dan yang paling parah merajalelanya korupsi, hingga penguasaan negara asing yang menguras kekayaan negeri. Akan hal ini, banyak orang belum sadar atau bahkan mengacuhkannya. Terlebih ini kala pandemi.

Dampak yang semakin buruk bisa menimpa kita semua di masa depan jika tidak ada tindakan antisipasi. Akan tetapi bukan tidak mungkin kita semua bisa meredam segala kemungkinan terburuk. Dimulai dari sekarang. Setiap kisah pasti berawal maka inilah awal dari kisah untuk segera kita akhiri pandemi dan krisis dengan membangun awal baru. Awal baru itu dengan mengembalikan kemurnian agama Islam. Kuncinya adalah ada pada keimanan dan ketakwaan kita.

QS. Al-A’raf Ayat 96

‎وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Belajar dari negeri Saba’ yang awalnya subur dan makmur akan tetapi akhirnya dilanda bencana dan azab karena berpaling dari Allah.

QS. Saba’ Ayat 16

‎ فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ

“Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.”

Solusi Tuntas Atasi Problematika Negeri

Mencoba meniru negeri Saba’. Beri jiwa kita untuk bertafakur. Mendekatkan diri kepada Allah dan bertaubat. Menata hati tersebab fitnah-fitnah dunia ini. Rasulullah ﷺ sudah mewanti-wanti kita semua agar berhati-hati dengan fitnah ini. Rasulullah ﷺ ditawarkan Allah menjadi Raja, akan tetapi Rasulullah ﷺ lebih memilih menjadi hamba yang hidup dengan kesederhanaan. Betapa dahsyatnya fitnah yang ada di dunia ini. Rasulullah ﷺ juga menjelaskan tentang kerendahan dunia. Al Mustaurid bin Syidad radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Demi Allah, dunia dibandingkan dengan akhirat hayalah seperti seorang diantara kalian yang mencelupkan jarinya dilautan. Perhatikanlah betapa sedikit air yang menetes (setelah jari diangkat).

Namun sayangnya banyak yang memperebutkan dunia atas nama kedudukan. Seperti racun yang dimakan oleh orang yang tidak mengetahuinya, padahal didalamnya terdapat kebinasaannya. Semua kunci dan gudang perbendaharaan dunia yang disisi Allah telah ditawarkan kepada Nabi ﷺ, tak berkurang walaupun sehelai sayap seekor nyamuk. Namun, beliau tidak mau menerimanya.

Sebaik-baik aturan adalah aturan-Nya. Ia adalah pencipta yang Maha menilai dengan sangat adil. Namun kebanyakan dari kita banyak yang membangkang dengan membuat-buat aturan baru hanya untuk kepentingan individu. Maka solusi terbaik dari segala problematika yang ada saat ini adalah kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Yaitu dengan di terapkannya syariat Islam secara kaffah.

Wallahu’alam Bishowab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 30

Comment here