Opini

Eksistensi Dunia Remaja yang Makin Menggila

Bagikan di media sosialmu

Oleh: Armayani

wacana-edukasi.com, OPINI-– Merayakan ulang tahun sudah menjadi trend di tengah-tengah masyarakat, termasuk dikalangan remaja. Namun, perayaan yang terlalu melampaui batas dapat memakan korban jiwa.

SMAN 1 Cawas, Klaten, melakukan evaluasi dan pembenahan total menyusul insiden meninggalnya ketua OSIS sekolah tersebut akibat tersetrum di kolam ikan seusai mendapat kejutan ulang tahun pada tanggal 8 Juli dari teman-temannya dengan ditabur tepung dan diceburkan ke kolam, dikutip di (Solopos.com 10/7).

Sedangkan pada media (Kompas.tv 11/7) Menurut Kapolsek Cawas, sebelum kejadian nahas tersebut, para anggota OSIS mengadakan rapat untuk membahas lomba yang akan dilaksanakan pada 25 Juli. korban Fajar Nugroho sebagai ketua OSIS sedang berulang tahun. Lalu korban diberi tepung diceburkan ke kolam taman sedalam 1,75 meter. Ternyata korban yang diduga tidak bisa berenang memegang pralon di atas kolam yang ada kabel listriknya dan tersetrum lalu meninggal dunia. Teman korbanpun yang sempat menolong tersetrum namun tidak meninggal dunia.

Tentu kejadian diatas menjadi contoh untuk masyarakat khususnya para remaja untuk berhati-hati dalam melakukan tindakan apapun. Tidak bisa kita pungkiri, memberikan kejutan ulang tahun terhadap teman menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka, baik itu dilakukan dengan melempar telur, tepung, atau prank-prank lainnya yang membuat suasana perayaan menjadi riuh dan hanya sekedar keseruan semata. Hanya saja, kejutan yang diberikan kadang terlalu berlebihan sehingga wajar jika ada korban dibalik perayaan tersebut.

Namun demikian, kenakalan remaja saat ini menjadi catatan penting bagi orang tua dan lingkungan sekitar, pasalnya perilaku remaja yang sering spontan tanpa pikir panjang mengenai akibat resiko dari tindakannya. Jelas cara berfikir mereka sudah menggambarkan ketidakpahaman atas akidah dan amal perbuatan sehingga membuat remaja mudah melakukan tindakan tanpa mempertimbangkan benar dan salah. Apalagi di sistem Kapitalisme yang hanya memandang individu dari materi semata.

Seharusnya, di masa remaja sudah mampu berfikir sebelum melakukan tindakan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka berbuat tanpa mencari tahu perbuatan yang dilakukannya, yaitu faktor pengetahuan tentang Islam, faktor pendidikan, faktor teknologi. Pertama, kurangnya pengetahuan tentang Islam, akhirnya menjauhkan diri mereka dari Islam, jelas di dalam Islam melakukan perbuatan yang sia-sia itu tidak dibolehkan, dan mereka tidak menyadari bahwa sekecil apapun perbuatan akan dipertanggungjawabkan di akhirat nantik. Walhasil tanpa kesadaran itu mereka akan melakukan suatu perbuatan sesuai kehendak dan keinginannya.

Kedua, Faktor pendidikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pendidikan saat ini sungguh tidak mendidik bagi para generasi bangsa, pendidikan saat ini hanya berorientasi pada nilai akademisi saja namun lupa dengan akhlak, moral, dan tingkah laku generasi telah lepas dari kontrol pendidikan. Faktor ketiga adalah teknologi, tentu perkembangan teknologi tidak bisa ditolak oleh manusia, karena memang teknologi saat ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan aktivitas. Namun disisi lain, tidak ada benteng yang melindungi kita dari informasi kejahatan dan kemaksiatan.

Akibatnya, teknologi justru menjadi bumerang bagi generasi seperti konten-konten unfaedah yang berseliweran di sosial media. Tayangan-tayangan dunia fantasi para artis, selebgram dan tokoh apapun itu dalam perayaan ulang tahun membuat remaja terpikir untuk menirunya.
Mirisnya lagi, di zaman modern ini sebagian besar pendidik generasi tidak mampu memberikan contoh yang baik bagi anak didikannya, banyak sekali konten yang ditampilkan tidak mendidik melainkan ikut nimbrung pada trend yang merusak generasi.

Lebih parahnya lagi, hilangnya peran orang tua yang menurut mereka hanya mencukupi materi dalam memenuhi kebutuhan anaknya namun ia lupa dengan perannya mendidik anak adalah hal yang utama, dan lingkungan sekitar yang acuh tak acuh terhadap perilaku generasinya, sehingga membuat para remaja bablas da

lam melakukan tindakan apapun itu. Sayangnya lagi, negara juga ikut lepas tangan dalam mengontrol generasi bangsa, mereka hanya didik untuk menjadi kuli negara dan perusahaan.

Untuk membentuk generasi emas maka tiga faktor tersebut harus saling bersinergi yang sesuai dengan hukum syara’. Islam memandang setiap individu adalah seorang hamba yang harus taat syariat, dan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan melainkan amal perbuatannya. Islam juga menerapkan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta cakap dalam pengetahuan, sains, dan teknologi, dan terampil dalam menjalani kehidupan yang Islamiyyah.

Pertama, dengan adanya ketakwaan individu maka terdorong untuk senantiasa taat kepada Allah Swt, Kesadaran bahwa manusia adalah ciptaan Allah menjadikan setiap perbuatannya akan terikat dengan hukum Allah. Serta didorong oleh sistem pendidikan yang mementingkan akidah, kepribadian Islam, yaitu pola pikir serta pola sikap yang Islami sehingga senantiasa terbiasa melakukan amal saleh.

Selanjutnya, Teknologi dalam Islam bertujuan untuk menyebarkan dakwah Islam, dan dilarang menyebar konten-konten yang tidak bermanfaat. Karena negara bertanggung jawab mengontrol sosial media, jika kedapatan ada pelanggaran dalam menggunakan sosial media maka akan di beri sanksi oleh negara sesuai kejahatan yang ia lakukan. Dalam Islam, kontrol orang tau sangatlah penting dikarenakan orang tua adalah Madrasah Ula, merekalah yang bertanggungjawab membina dan membimbing anaknya.

Serta juga dibutuhkan peran masyarakat, karena masyarakat dalam negara Islam itu saling memberikan nasihat, dan amar makruf nahi munkar. Jika ada orang yang berbuat kesalahan atau kejahatan maka akan saling menasehati sehingga tidak menjadi pemakluman atau dianggap biasa saja suatu kesalahan tersebut. Namun itu semua dibutuhkan kehadiran negara dalam menerapkan aturan yang datangnya dari Allah, yaitu penerapan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah. Negara akan memberikan sanksi terhadap pelaku kejahatan dengan tujuan menjadi penebus dosa bagi pelaku dan mencegah orang lain berbuat kejahatan. Inilah disebut dengan negara yang bersistem Islam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 9

Comment here