Surat Pembaca

Eksploitasi Perempuan di Balik Peringatan Hari Ibu

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Peringatan Hari Ibu 2022 akan dilaksanakan pada 22 Desember. Tahun ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) telah membuat tema Hari Ibu 2022. Menurut KemenPPA, catatan penting dari Peringatan Hari Ibu di Indonesia adalah bukan perayaan Mother’s Day sebagaimana yang diperingati di negara lain. Sejarah mencatat dicetuskannya Hari Ibu di Indonesia merupakan tonggak perjuangan perempuan untuk terlibat dalam upaya kemerdekaan bangsa dan pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan. Oleh karena itu, tema dan sub tema PHI setiap tahun akan berlandaskan catatan penting tersebut.

Tema utama PHI ke-94 adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU.

Dan juga ditetapkan sub tema
1. Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan
2. Perempuan dan Digital Economy
3. Perempuan dan Kepemimpinan
4. Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya

Bukan tanpa alasan tema yang diangkat pada peringatan hari ibu adalah tentang pemberdayaan ekonomi ibu.

Karena saat ini perempuan dianggap sebagai backbone atau tulang punggung keluarga dan negara.

Pakar ekonomi dari UGM, Poppy Ismalina Ph.D. membenarkan bahwa perempuan memiliki pengaruh besar dalam perekonomian bangsa. Menurut hasil penelitiannya sendiri, UMKM yang merupakan penyokong utama perekonomian Indonesia (99,99%) dan kontributor terbesar bagi PDB (60,5%), 60 persennya dikelola perempuan. (Newsindonesia, 18-12-2022)

Terlebih, produk yang dihasilkan UMKM selain harganya terjangkau, 80% orientasinya pun domestik. Artinya, produk-produk yang dihasilkan perempuan dianggap sebagai sumber kebutuhan masyarakat Indonesia terutama yang berada di bawah garis kemiskinan. Dari sinilah perempuan dianggap berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, memberi lapangan pekerjaan, bahkan pertumbuhan ekonomi bangsa.

Perempuan berdaya pada gilirannya akan mampu menaikan derajat mereka. Inilah yang oleh para feminisme dijadikan tahapan menuju terciptanya keadilan gander. Sebab menurut mereka akar persoalan permasalahan perempuan bermuara dari ketidakadilan gander. Namun demikian, pembacaan mereka bukan hanya keliru tapi juga menambah persoalan baru.

Feminisme menegasikan fakta bahwa yang terdampak akibat krisisi ekonomi bukan hanya perempuan, tetapi juga para laki-laki. Laki-laki yang di PHK jauh lebih banyak dari perempuan. Belum lagi persoalan upah rendah, diskriminasi, dan kekerasan terhadap pekerja laki-laki pun tidak kalah banyaknya. Oleh karena itu, dari sini kita bisa lihat, sesungguhnya akar persoalan yang menimpa perempuan dan laki-laki adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme.

Kecacatan sudut pandang sistem kapitalisme ini melahirkan banyak problem, misalnya tingginya kenakalan remaja, yang ternyata tumbuh seiring dengan hilangnya pengasuhan dari orang tua mereka. Lalainya orang tua dalam pengasuhan lantaran sibuk bekerja menjadi faktor terbesar tingginya kenakalan remaja. Lemahnya sistem pendidikan sekuler dalam menciptakan individu kuat dan masifnya budaya liberal dari media, berpadu dengan benteng keluarga yang rabuh hanya akan menghasilkan generasi sampah.

Pemberdayaan ibu dalam Islam bukanlah dengan menjadikan mereka produktif menghasilkan materi, melainkan menjadikan para ibu optimal dalam seluruh perannya yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunah.

Inilah sudut pandang yang lahir dari akidah Islam bahwa tolak ukur perbuatan seseorang bukan berdasarkan keuntungan materi, tetapi berdasarkan halal dan haram. Setidaknya ada tiga peran ibu yang jika amanah ini maksimal dijalankan, niscaya persoalan akan terselesaikan.

Peran ummun wa robbatul bait, yaitu seorang ibu dan manager rumah tangga. Perempuan telah Allah Taala titipkan rahim untuk mengandung dan melahirkan seorang anak, maka pengasuhan kepada anak-anaknya adalah perkara yang wajib.

Pemberdayaan ibu yang sesuai dengan syariat tentu membutuhkan sistem kehidupan yang memang memuliakan peran ibu agar tidak dieksploitasi atas nama pemberdayaan ekonomi. Mereka akan fokus pada amanahnya dan tidak terbebani kewajiban mencari nafkah. Insyaallah, penerapan syariat Islam dalam bingkai Khilafah akan mampu mewujudkan itu semua.

Ulfah Febriani

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 22

Comment here